Home » , , » ....di Atap Sulawesi Tenggara....Puncak Mosero Sero, Gunung Mekongga || Pencinta Alam Konawe

....di Atap Sulawesi Tenggara....Puncak Mosero Sero, Gunung Mekongga || Pencinta Alam Konawe

Gunung Mekongga, Sungai Ranteangin

Gunung Mekongga terletak di Desa Tinukari, Kec. Ranteangin, Kab. Kolaka Utara. Gunung Mekongga merupakan pegunungan yang membentang luas meliputi beberapa kabupaten yaitu Kab. Kolaka Utara, Kab. Kolaka dan Kab. Konawe. Pegunungan Mekongga memiliki titik ketinggian 2620 MDPL . puncaknya murupakan titik tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gunung Mekongga merupakan salah satu gunung dengan medan terekstrim. Untuk mencapai puncaknya, para pendaki harus menempuh pejalanan 6 - 7 Hari dengan melintasi sungai, bergumul di medan semak belukar yang panjang dan rapat serta menempuh perjalanan naik turun bukit hingga tiba di Puncak Mosero sero Gunung Mekongga.

Gunung Mekongga, KPA Palapa Sultra
Kota Unaaha, Kab. Konawe

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pencinta Alam Konawe kembali mengadakan pendakian di Gunung Mekongga. Pendakian ke Gunung Mekongga merupakan kegiatan tahunan yang rutin dilaksanakan.Tim berjumlah 3 orang yang terdiri dari anggota KPA Palapa Sultra dan MDN TRAVENTURY yaitu Asran, Sugianto dan Muh. Dagri Nizar.
Setelah seluruh perlengkapan dan peralatan siap, pada hari Senin, 27 Januari 2020, sekitar pukul 10.30 WITA, kami memulai perjalanan dari Sekretariat KPA-Palapa Sultra di Kota Unaaha, Kab. Konawe ke Desa Tinukari, Kec. Ranteangin, Kab. Kolaka Utara. Perjalanan kami tempuh dengan mengendarai sepeda motor.
Gunung Mekongga, KPA Palapa Sultra
Sekretariat Lembaga Palem, Desa Tinukari, Kab. Kolaka Utara

Perjalanan darat ditempuh kurang lebih 8 jam dari Kota Kendari ke Desa Tinukari. Setibanya di Kota Kolaka, Kami singgah di Kantor BASARNAS untuk menyampaikan surat pemberitahuan kegiatan. Prosedur ini wajib dilakukan sebelum melakukan pendakian ke Gunung Mekongga.
kami mulai bergerak menyusuri perkampungan yang terdapat banyak pohon kelapa dan aktifitas masyarakat mengolah kopra. terdapat juga beberapa lahan kebun coklat warga yang sepertinya baru saja selesai panen.
Gunung Mekongga

Sesampainya di Desa Tinukari kami langsung menuju ke Kantor Polsek Ranteangin untuk melapor. Setelah itu kami seterusnya melapor ke Kepala Desa untuk memberitahukan kegiatan ini. Setelah berpamitan, kami akan langsung memulai perjalanan. Waktu masih menunjukkan pukul 17.00. Kami masih mempunyai waktu untuk bergerak sedikit hingga menemukan tempat untuk beristirahat malam ini. 
Gunung Mekongga
Tantangan pertama pendakian yaitu dengan menyebrangi Sungai Ranteangin yang lebarnya sekitar 30 Meter dengan kedalaman normal diatas lutut orang dewasa. Namun, ketinggiannya dapat mencapat leher saat hujan deras di daerah hulu sungai. Oleh karena itu para pendaki mesti mendapatkan informasi mengenai kondisi sungai sebelum memutuskan untuk melakukan pendakian, karena sudah banyak pendaki yang gagal. kebanyakan dari mereka gagal melanjutkan perjalanan karena tidak dapat menyebrangi sunga.
Gunung Mekongga
Malam itu kami menginap di rumah salah satu penduduk yaitu diseberang penyebrangan pertama. Rumah ini merupakan pondok kebun milik warga Desa Tinukari. Di Tempat inilah kami akan beristirahat dan akan melanjutkan perjalanan esok hari. Pondok kebun ini berasa di tengah kebun kakao di tepi sungai.
Gunung Mekongga
Malam harinya, mulailah kami menyiapkan segala kebutuhan untuk makan malam. Di dalam pondok sederhana ini kami menikmati suasana kesejukan kebun kakao. Suasana hawa pegunungan sangat terasa malam itu. Riak air sungai menemani keiruhan dalam pondok kebun ini. Peralatan masak mulai dioperasikan. Malam ini adalah malam pertama kami di perjalanan.
Gunung Mekongga
Pagi harinya, kami pun mulai beraktifitas. Satu per satu peralatan masak sudah mulai dioperasikan. Sambil menunggu makanan siap, kami sembari bersantai lepas menikmati udara pagi yang cukup lembut. Semalam kami istirahat sangat lelap. Maklumlah perjalanan darat yang kami tempuh sangat jauh, terlebih lagi menggunakan sepeda motor.
Gunung Mekongga
Tenaga harus diperkuat hari ini. Saatnya kita sarapan. Menu sudah siap disantap. Perjalanan kedepan, kita akan melalui medan basah. Maka, segeralah kami melahap sajian sarapan pagi itu. Hari ini adalah pergerakan pertama di pendakian ini. Kita akan melalui medan bervariasi. Melaui tanjakan panjang dan semak belukar.
Gunung Mekongga
Sekitar Pukul 9.00, kami pun siap memulai langkah. Cuaca pagi ini sangat bersahabat. Sejak tadi matahari sudah memancarkan sinar terangnya. Semoga saja kedepan cuaca akan tetap terus cerah dan bersahabat. Kami pun perlahan menyusuri beberapa ladang kakao untuk menuju titik penyebrangan kedua yang tidak jauh jaraknya dari penyebrangan pertama.
Gunung Mekongga
Di penyebrangan kedua, kita akan melintasi kembali Sungai Ranteangin. Pada kondisi normal, pendaki akan lebih mudah melewatinya karena ketinggian airnya hanya sebatas betis orang dewasa. Namun, pada kondisi deras bisa mencapai perut orang dewasa. Meskipun dalam kondisi normal, tetaplah berhati-hati dalam melangkah, karena di dasar sungai banyak terdapat batu-batu kali yang bisa membuat kita terpeleset atau terjatuh.
Gunung Mekongga
Untuk rute normal, para pendaki akan menyebrang sebanyak 4 kali di sungai yang sama, penyebrangan pertama dan kedua jaraknya tidak begitu jauh, dari penyebrangan kedua para pendaki harus menyusuri kebun lalu menyipir sungai dengan melewati beberapa bongkahan batu sampai akhirnya sampai di penyebrangan ketiga yang sedikit agak dalam dibandingkan penyebrangan pertama dan kedua.
Gunung Mekongga
Dari penyebrangan ketiga, kemudian pendaki harus menyusuri sungai di tepi kira dengan bongkahan batu yang besar sejauh 1.5 Km sampai akhirnya sampai di percabangan Sungai Mosembo dan Sungai Tinukari. Sebelum meninggalkan sungai dan memasuki jalur kebun cokelat, kami menyempatkan diri untuk bercebur di kejernian Sungai Ranteangin. Terasa sejuk dan segar rasanya badan kami setelah menempuh jalan setapak lurus yang cukup panjang jaraknya.
Perjalanan tadi cukup menjemukan juga, dimana kami melewati jalur pinggir sungai dengan banyak bongkahan batu disepanjang jalan. Meskipun jalurnya hanya di pinggir sungai, tapi tidak mudah untuk melewatinya, dibutuhkan kehati-hatian karena bebatuannya yang licin.
Siapapun pasti akan tergoda oleh kejernian sungainya. Sungguh jarang kami akan mendapatkan suasan seperti ini, bermain di sungai yang jernih dengan pepohonan rindang disekelilingnya. Udara segar pastinya berada disekeliling kami. Semuanya masih alami.
Gunung Mekongga
Di percabangan sungai, jalur selanjutnya yaitu menyebrangi sungai yang berada di sebelah kiri (Sungai Mosembo). Setelah itu menanjak menyusuri 2 kebun cokelat sampai akhirnya sekitar 15 menit akan menemukan sebuah pondok kebun yang juga merupakan Pos 1 pendakian Gunung Mekongga. Pondok ini milik Pak Jumarin atau Bapaknya Igo. Tempat sudah sangat familiar dengan seluruh pendaki Gunung Mekongga. Kebanyakan pendaki singgah dan menginap di tempat ini, baik saat pergi maupun turun gunung. Waktu tempuh normal dari desa ke Pos 1 ± 2 Jam, sehingga para pendaki masih bisa melanjutkan perjalanan ke Pos 2 dan menginap disana.
Gunung Mekongga
Dari Pos 1 perjalanan di lanjutkan ke Pos 2 dengan jalur landai dan sangat rindang. Jalurnya sangat terbuka karena setiap hari para petani coklat dan penebang kayu lalu lalang di jalur ini. Sekitar ± 2 Jam kami sampai di Pos 2. Tempat ini merupakan sebuah kebun yang luas yang ditanami sebagian besar Cokelat dan beberapa tanaman lain. Terdapat sebuah pondok yang cukup luas milik Pak Basir yang juga sebagai pemilik kebun ini. Ditempat ini cukup sejuk dan terbuka serta pemandangan pegunungan mekongga yang indah.
Gunung Mekongga
Kami memutuskan untuk menginap di Pos 2 ini. Malam itu kami cukup leluasa beraktifitas berhubung pemilik kebun sedang tidak ada di tempat. Seperti halnya aktifitas malam lainnya, kami segera menyiapkan minuman hangat dan makan malam. Seluruh barang bawaan kami keluarkan dari carrier. Kami mengatur segala kebutuhan untuk masak dan perlengkapan tidur.
Gunung Mekongga
Aktifitas masak-memasak tidak menggunakan peralatan dan bahan yang kami bawa, seluruhnya kami mempergunakan kayu bakar dan tungku di dalam pondok ini. Pemiliknya yaitu Pak Basir sangat welcome dengan kehadiran para pendaki. Beliau mempersilahkan para pendaki untuk menggunakan semua peralatan yang ada di dalah pondoknya.
Gunung Mekongga
Acara makan malam pun dimulai. Menu malam ini, kami memanfaatkan sayur-sayuran yang banyak tumbuh di sekitar pondok kebun milik pak basir ini. Di Pos 2 ini memang selalu menjadi tempat menginap pendaki baik saat akan naik dan sudah turun gunung. Para pendaki selalu berlama-lama disini. Banyak kesenangan yang bisa didapatkan disini, selain tersedianya banyak sayuran di tempat ini juga terdapat signal telepon selular, sehingga meskipun kita sudah berada di tengah hutan namun komunikasi masih dapat dilakukan. Di tempat ini juga terdapat sumber air yang mengalir deras. Para pendaki yang sudah turun gunung, pastilah membersihkan badan dan pakaian sebelum turun ke desa.
Gunung Mekongga
Kebun ini milik Pak Basir. Beliau merupakan seorang petani kakao dari Desa Tinukari. Bapak dua anak ini sudah lama berhijrah dari kampung halamannya di Tanah Toraja. Pak Basir sudah mulai berkebun sejak tahun 2000. Ia pun terhitung berhasil dalam usaha cocok tanamnya ini. Luas lahan perkebunannya sudah mencapai 3 Ha yang ditanamai berbagai macam komoditas seperti kakao, cengkeh, lada, aren, langsat, durian dan masih banyak lagi.
Pendakian ini merupakan untuk terakhir kalinya saya bertemua dengan Pak Basir. Setahun kemudian, tepatnya bulan februari 2021, beliau telah di panggil oleh yang maha kuasa. Kepergian beliau sangat membuat kami Pendaki Gunung Mekongga sangat terpukul. Bagaimana tidak,,selama puluhan tahun beliau merupakan sosok yang sangat dekat dengan pendaki. Menginap di pondoknya dan bercengkrama semalam dengan beliau adalah kesan yang tidak bisa terlupakan.
Gunung Mekongga
Menu sarapan pagi ini cukup menggiurkan. Kombinasi antara sayur pepaya, kelor, ikan asin, kerupuk dan tentunya Indomieee. Hari ini kami harus memperkuat tenaga. Caranya hanya dengan sarapan yang cukup, ditambah dengan minum kopi. Jalur sebentar, kita akan mulai memasuki setapak yang tertutup oleh semak belukar. Fisik dan psikologi harus prima.
Gunung Mekongga
Keesokan harinya, setelah makan pagi, kami segera mengemas seluruh barang bawaan dan meninggalkan Pos 2 menuju Pos 3. Waktu menunjukkan pukul 9.15 WITA dan hari ini cuaca cukup cerah dan hangat. Kita akan mulai memasuki hutan pegunungan Mekongga. Tantangan sudah menanti kami di depan sana. Kita harus menikmati pendakian ini agar semuanya terkesan mudah dan tidak membebani.
Gunung Mekongga
Jalur selanjutnya melewati sebuah kebun cokelah milik Pak Ramadhan. Setelah itu kami mulai memasuki jalur pendakian sebenarnya dimana tidak ada lagi aktifitas lalu lalang petani cokelat. Jalurnya sedikit tertutup dan banyak ditumbuhi semak belukar. Jalurnya semakin menanjak landai dan rimbun serta melewati beberapa sisa kebun yang sudah bertahun tahun ditinggalkan.
Gunung Mekongga
Pos 3, Pendakian Gunung Mekongga

Pos 3 merupakan tempat yang sedikit terbuka dan berada di kemiringan. Di tempat ini terdapat sumber air yang mengalir namun jarang dijadikan tempat camp. Kami hanya istirahat siang sejenak dan menikmati kopi hangat dengan sedikit camilan. Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 memakan waktu ± 2,5 Jam.
Jalur ke Pos 4 masih melewati medan yang sama dengan melalui medan landan dan rapatnya semak belukar. Sesekali kami harus berjalan jongkok beberapa meter untuk melewati jalur yang berbentuk lorong. Terdapat juga beberapa longsoran yang harus dilewati dengan menuruni dan menyipir jalur.
Gunung Mekongga
Pos 4, Pendakian Gunung Mekongga

Kurang lebih ± 3 Jam perjalanan dari Pos 3, akhirnya kami sampai di Pos 4 yang juga akan menjadi tempat kami menginap malam ini. Sesungguhnya Pos 4 masih berada ± 100 Meter dari tempat ini, namun karena Pos 4 ukurannya sangat sempit maka kebanyakan pendaki mendirikan tenda di tempat ini.
Gunung Mekongga
Pos 4, Pendakian Gunung Mekongga

Sejak 2 tahun yang lalu, tempat ini dinamakan Pos Tugu Sulawesi yang memang terdapat sebuah tugu kecil setinggi ± 2,5 M yang didirikan oleh TNI saat mereka melakukan pendakian Gunung Mekongga 2 tahun lalu (2016). Pos ini merupakan Pos yang terluas yang dapat menampung puluhan tenda yang juga terdapat mata air tidak jauh dari pos ini.
Gunung Mekongga
Pos 4, Pendakian Gunung Mekongga

Keesokan harinya sekitar pukul 9.00 WITA, kami melanjutkan kembali perjalanan ke Pos berikutnya. Jalurnya tidak berbeda jauh dengan kemarin, yang masih melewati semak belukar. Sekitat 5 menit berjalan sampailah kami di Pos 4, dan tidak jauh dari Pos 4 terdapat sebuah Air Terjun yang lumayan besar yang berada dialur pendakian.
Gunung Mekongga
Letak air terjun ini ± 20 Meter dari Pos 4, sehingga pendaki yang menginap di Pos 4 mengambil air di air terjun ini. Sumber air di tempat ini sangat melimpah dan mengalir sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Hampir semua pendaki meyempatkan beristirahat di tempat ini sambil mengisi kembali wadah minuman sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos 5
Gunung Mekongga
Dari air terjun jalur selanjutnya yaitu menyipir punggungan dengan medan licin dan sempit serta tanaman semak belukar yang tumbuh rapat. sesekali banyak jalur yang harus dilewati dengan berjongkok melewati batang pohon yang rebah atau semak belukar yang rapat.

Perjalanan ke Pos 5 populasi tanaman semak semakin banyak dan menutupi seluruh jalur, bahkan beberapa ruas jalur tertutup habis. Kondisi ini sangat menghambat kecepatan pendaki karena waktu dihabiskan untuk membabat semak dalam posisi mendaki dengan beban carrier yang berat. Jalur HBi ini merupakan salah satu tantangan di pendakian Gunung Mekongga. selama 3 hari, para pendaki harus berjibaku dengan rapatnya jalur HBI yang ditumbuhi segala macan tanaman semak berduri. Sangat disarankan untuk memakan pakaian tertutup atas bawah untuk menghidari goresan dan sayatan dedaunan tajam juga menghindari "Pacet" (sejenis lintah) yang bergerilya disepanjang jalur Pegunungan Mekongga. Namun meskipun dihindari tetap saja pacet akan hinggap di kaki atau badan sebagai pertanda bahwa anda pernah mendaki ke Gunung Mekongga.
Gunung Mekongga
Pos 5 (Foya-Foya), Pendakian Gunung Mekongga

Sekitar ± 3 Jam dari Pos 4, sampailah kita di Pos 5. Kebanyakan pendaki menyebutnya Pos Foya-Foya, karena biasanya dijadikan tempat penghabisan logistik sebelum pendaki turun kembali ke desa. Pos 5 terletak di tepi jalur dengan permukaan yang cukup rata dan dapat menampung sekitar 7 tenda.
Gunung Mekongga
Pos 5 (Foya-Foya), Pendakian Gunung Mekongga

Terdapat sumber air mengalir di depan Pos 5, namun terkadang diwaktu-waktu tertentu sumber air tersebut kering. Kondisi demikian terjadi beberapa tahun terakhir sehingga sudah jarang pendaki yang menginap di tempat ini. Kebetulan saat pendakian ini, sumber airnya mengalir deras berhubung beberapa hari terakhir sering turun hujan.

Setelah break siang, perjalanan dilanjutkan dengan melewati kembali jalur HBI yang sangat rapat oleh tanaman semak belukar. Disepanjang masih juga terdapat pacet yang menempel di sepatu, badan dan leher. Pendaki harus tenang saat melepaskannya, jangan sampai kelebihan panik yang dapat membuat luka sayatan baru di kulit.

Jalur setelah Pos 5 sudah banyak dilewati pemandangan terbuka dengan tampilan pegunungan mekongga. Di posisi seperti ini sangat cokok untuk mengambil gambar ataupun beristirahat mengambil napas setelah bergumul dengan jalur semak yang tertutup rapat.

Dahulu jalur pegunungan mekongga merupakan jalanan yang dilalui oleh kendaraan berat yang mengolah kayu hampir di seluruh ruas punggungan pegunungan mekongga. Sisa-sisa aktifitasnya masih dapat disaksikan sekarang. Disepanjang jalan masih ditemukan drum kosong, potongan-potongan besi, basecamp yang sudah lapuk, jembatan kayu dan masih banyak lagi. Bisa dibayangkan aktifitas hilir mudik kendaraan tronton dan truk mengirim kayu dari hulu ke hilir.

Aktiftas perusahaan HBI tersebut berlangsung cukup lama dan beribu-ribu gelundongan kayu yang telah ditebang dan diolah. Menurut informasi, aktifitas perusahaan HBI menjangkau 5 Kecamatan di Kab. Kolaka dan Kab. Kolaka Utara yang bermula dari Kec. Wolo (Kab. Kolaka) sampai Kec. Lapai (Kab. Kolaka Utara). Kondisi saat itu di tempat ini bukanlah seperti suasana hutan rimba tetapi lebih seperti lokasi industri yang penuk kebisingan oleh aktifitas mesin pengolah kayu.

Menurut sumber resmi, perusahaan HBI dimiliki oleh Mba Tutut yang merupakan putri Presiden RI ke 2 (HM. Suharto). Akibat aktifitasnya yang semakin merangsek jauh kedalam hutan dan juga seudah melewati batas ketinggian, maka pada tahun 1999 masyarakat dan beberapa lembaga lingkungan hidup meminta agar aktiftas perusahaan HBI dihentikan. Akhirnya secara perlahan aktifitas PT. HBI berangsur-angsur berhenti. Sekarang kita hanya bisa melihat peninggalan jalan yang mereka rintis di wilayah pegunungan mekongga.

Melihat dari lebar jalannya, dipastikan jalur HBI dahulu dilewati oleh kendaraan besar dan berat dengan berbagai macam model dan ukuran. Dilihat dari jejak, banyak kendaraan dengan ban besar lalu lalang dijalur ini dahulu. Pada beberapa titik, pendaki akan menemukan jalur terbuka, tapi lebih banyak jalur tertutup semak-semak.

Setelah berjalan sekitar 1.5 jam dari Pos 5, akan ditemukan sebuah tempat luas yang dahulunya merupakan tempat penampungan kayu gelondongan. Jalur pendakian yaitu mengambil jalur kiri menanjak. Terdapat juga jalur lurus yang bukan menuju puncak melainkan menuju sumber air. Jarak sumber air tersebut cukup jauh sekitar 30 Menit jalan menurun yang terjal.

Setelah mengambil jalur kiri. Pendakian selanjutnya yaitu menanjak dengan kemiringan 50-60. Tanjakan ini terlihat berat karena jalurnya terbuka namun kami melewatinya dengan penuh semangat karena didepan sana terdapat sebuah tempat yang terbuak dengan pemandangan yang memukau. Tempat tersebut dinamakan Puncak HBI

Tanjakan ke Puncak HBI cukup menguras energi. Jalur yang dilalui sangat menanjak. Akan tetapi jalur ini membuat kami sedikit bergerak leluasa karena tidak adanya semak-semak yang menghambat. Meskipun sesekali terdapat juga jalur semak-semak namun tidak begitu panjang dan tidak begitu menghambat pergerakan. Semakin mendekati Puncak HBI, tanjakannya semakin berat dan berbatu.
Gunung Mekongga
Puncak HBI, Pendakian Gunung Mekongga

Sekitar 1 Jam perjalanan dari lokasi sisa penampungan gelondongan kayu di bawah, akhirnya kami sampai di Puncak HBI. Dinamakan Puncak HBI karena tempat ini merupakan titik tertinggi dari jalan HBI. Di tempat ini merupakan lokasi yang terbuka dengan pemandangan Gunung Mosembo di arah barat laut. Terlihat juga hamparan pegunungan mekongga yang begitu luas terbentang ke wilayah utara.

Saat cuaca cerah, tempat ini menyajikan pemandangan yang mempesona. hamparan bukit dan pegunungan tersusun rapi serta kabut-kabut yang meyelimuti lembah. Kami tidak lupa mengabadikan gambar dan video saat berada di tempat ini.

Di sepanjang jalur pendakian Gunung Mekongga hanya ada beberapa tempat untuk melihat pemandangan terbuka, salah satunya adalah di Puncak HBI ini. setelah beberapa jam melalui jalur semak-semak yang tertutup, kami pun melepaskan seluruh lelah dan letih dengan memandang jauh ke arah pegunungan dan sesekali berteriak. Tak lupa pula sebatang rokok dan camilan ringan menemani break kami di tempat ini.

Tidak jauh dari Puncak HBI, sekitar 25 menit kami sampai di Pos 6. Untuk mencapai tempat ini dari Puncak HBI dilalui dengan jalan menurun panjang, kemudian mengambil jalur naik ke kanan mengikuti string line, setelah itu berjalan sekitat 10 Menit dengan tanjakan landai sampai menemukan sebuah genangan besar yang terdapat banyak kayu mati di tengah-tengahnya. Di Pos 6 inilah kami akan menginap malam ini. Kami tiba sekitar pukul 16.30. Dalam hitungan yang tidak terlalu lama, tenda dan seluruh perlengkapan telah ditempatkan pada posisinya. Setelah menikmati minuman hangat dan makan malam, kami bergegas tidur karena besok perjalanan panjang akan dilalui.
Gunung Mekongga
Pos 6 (Coca-Cola), Pendakian Gunung Mekongga

Tidak jauh dari tempat Camp kami terdapat sebuah genangan besar. Oleh pendaki, tempat itu dinamakan Danau Coca-Cola. Airnya merah seperti coca-cola dan terdapat banyak kayu-kayu mati yang sudah berlumut ditengahnya. Disekeliling Danau Coca-Cola ini diselimuti lumut tebal dari dasar danau sampai permukaan. Danau ini merupakan sumber air bagi pendaki yang menginap di Pos 6 ataupun pendaki yang melanjutkan perjalanan ke hutan lumut dan puncak.
Gunung Mekongga
Pagi harinya sebelum sarapan, kami menyempatkan diri untuk berpose di sekitar Danau Coca-Cola. Kedalaman airnya antara mata kaki dan pangkal paha orang dewasa. Anda harus berhati-hati saat akan berpijak di air karena dari permukaan terlihat dangkal, padahal terkadang dalam. Berdasarkan penglihatan kami, tidak ada ikan air tawar yang hidup di danau ini, yang ada hanya lumut dan jenis-jenis alga.
Gunung Mekongga

Gunung Mekongga

Gunung Mekongga

Sekitar pukul 07.00 pagi, kami siap berangkat melanjutkan perjalanan ke Puncak. Metode yang kami pakai pada pendakian ini adalah melepas barang di Pos 6 lalu melakukan perjalanan naik ke puncak dan turun kembali ke Pos 6 selama satu hari. Cara ini coba kami lakukan untuk menghindari kondisi dingin di hutan lumut pada malam hari. Cara ini bisa anda lakukan, dengan syarat persiapan fisik dan mental yang baik, manajemen waktu serta solidaritas tim yang terjaga sepanjang pendakian. Seluruh peralatan kami tinggalkan di Pos 6. Kami hanya membawa air minum, cemilan, rokok, kamera dll kebutuhan lain yang diperlukan di puncak nantinya.

Perjalanan dimulai dengan melewati tanjakan tertutup semak dengan pijakan berbatu. Saat hujan, jalur ini dialiri air, sehingga membentuk seperti selokan kecil. Sekitar 10 menit kami sampai di sebuah lokasi yang luas dan rata. Tempat ini biasa juga di jadikan lokasi camp meskipun tidak terdapat sumber air.

Sekitar 5 Menit kemudian kami sampai di Pintu Gerbang hutan lumut pegunungan mekongga. Pintu Gerbang ditandai dengan berakhirnya jalur HBI dan kami akan memasuki jalur setapak melalui hutan lumut. Hutan lumut ditandai dengan perubahan hawa menjadi sejuk dan lembab.

Jalur hutan lumut dilewati dengan model tanjakan yang bervariasi dengan sudut tanjakan 30 s.d 60 derajat. Untuk melewati jalur ini, kami berpatokan pada sudut perjalanan dan tanda-tanda jalur yang tersebar disepanjang jalan. Tanda jalur berupa plat, pita dan cat warna. Keberadaan tanda jalur ini besar manfaatnya bagi pendaki untuk memastikan kebenaran arah yang dituju. Oleh karena itu sangat diharapkan kepada pada pendaki untuk menjaga dan memperjelas tanda jalur yang sudah ada, sehingga akan lebih mempermudah pendaki-pendaki lainnya.

Jalur Hutan lumut Pegunungan Mekongga cukup panjang dengan model kontur tanah bervariasi. Sesekali kami harus menanjak, menyipir dan terdapat juga jalur landai bahkan sedikit menurun. Jalur hutan lumut yang kami lewati sekelilingnya dipenuhi lumut, dari permukaan tanah sampai ujung pohon didominasi oleh lumut. Dalam keadaan demikian hawa dingin sangat mendominasi baik siang hari terlebih malam hari.
Gunung Mekongga

Setelah berjalan sekitar 2 Jam dari Pos VI, sampailah kami di Pos VII. Jalur yang dilewati cukup menanjak dan berliku-liku. Pos VII berada pada sebuah bukit kecil. Ditempat ini biasa juga dinamakan Pos Batu Meriam karena terdapat sebuah batu yang menyerupai meriam dan menghadap ke arah kiblat.

Gunung Mekongga
Disini layak untuk mendirikan tenda. Biasanya pendaki menginap di tempat ini meskipun hanya dapat menampung 1 tenda saja. Terdapat juga bongkahan batu besar di sebelahnya yang menyerupai tebing dengan tinggi sekitar 10 Meter. Kami hanya istirahat sejenak di tempat ini dan segera melanjutkan perjalanan ke Pos VIII.

Waktu saat itu menunjukkan pukul 9.00 pagi. Kami bergegas meninggalkan Pos VII mengingat target kami masih jauh dan harus kembali ke Pos VI. Setelah lepas dari Pos VII, kembali kami menuruni bukit lalu menyusuri celah batu yang lembab lalu kembali menanjak terjal dengan kemiringan 65 derajat. Kami harus berhati-hati saat melewatinya karena pijakannya banyak batu kerikil yang mudah bergerak dan membahayakan pendaki dibawah.
Gunung Mekongga
Setelah berjalan kurang lebih 45 Menit dengan medan menanjak, sampailah kami di Puncak Salah. Tempat ini dulunya dianggap sebagai Puncak Gunung Mekongga. Terdapat batu-batu cadas yang cukup besar menjulang di atas bukit ini. Jalur pendakiaannya pun harus melewati sela-sela batu. Pendaki harus berhati-hati jangan sampai terkait atau tergores.

Kami hanya singgah sejenak untuk berpose. Landscape dari tempat ini cukup memberikan ketenangan bagi kami yang sejak tadi berjibaku dengan tanjakan hutan lumut. Dari tempat ini pegunungan mekongga terlihat dari arah barat daya dan jajaaran bukit kawasan puncak di arah tenggara. Setelah berjalan sekitar 10 Menit dengan model jalur naik turun, kami sampai di titik air terakhir di jalur pegunungan Mekongga. Mata air ini berada di sisi kanan jalur. Untuk mencapainya kami harus turun sekitar 25 Meter dengan mengikuti string line. Semua wadah air yang sempat kami bawa diisi penuh.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan mengikuti arah string line. Tidak jauh dari mata air, terdapat sebuah tempat terbuka. Biasanya para pendaki menginap di tempat ini sebelum menuju puncak esok harinya. Tempat ini bernama Pos Transit. Lokasinya cukup luas dan dapat menampung 4 tenda. Kondisi sekitarnya terdapat pohon-pohon rimbun yang tertutupi lumut.

Waktu menunjukkan pukul 10.40. Karena target masih jauh, segera kami meninggalkan tempat ini mengikuti arah jalur pendakian dimulai dengan menuruni bukit lalu menanjak kemudian menyipir lalu menuruni jurang yang sangat terjal. Model jalur ini kami lewati satu persatu.
Gunung Mekongga
Untuk menuju puncak Mekongga dari Pos Transit, kami harus melwati setidaknya 4 bukit dengan tipe naik turun. benar-benar perjalanan yang menguras energi dan ketahanan fisik. Saat melewati jalur naik turun ini, konsentrasi dalam melihat jalur dan string line tetap dibutuhkan, jangan sampai pendaki terlena oleh jalur yang biasanya melenceng.
Gunung Mekongga

Sekitar 2 jam kemudian sampailah kami di Pintu Gerbang Mosero-Sero. Tempat ini merupakan bongkahan batu yang menyerupai pintu gerbang dan terbentuk secara alami. Banyak versi mitos mengenai pintu gerbang ini di kalangan masyarakat Desa Tinukari, baik letaknya maupun bentuknya.
Gunung Mekongga
Tidak jauh dari Pintu Gerbang, sekitar 5 menit sampailah kami di Pos terakhir Gunung Mekongga. Ini berarti tinggal selangkah lagi kami akan mencapai Puncak. Pos VIII merupakan Pos terakhir. Tempat ini sangat luas dan dapat menampung puluhan tenda. Lokasinya tidak terlalu lembab seperti di Pos Transit. Kebanyakan pendaki menginap di Tempat ini sebelum melakukan Summit Attack esok harinya.

Jalur ke puncak di mulai dengan mengikuti string line ke arah kanan lalu menanjak dan terus menanjak melewati bebatuan. Disisi kiri merupakan tebing-tebing puncak mekongga yang bendiri tegak menjulang. Semakin menanjak, puncak semakin dekat. Sudah mulai terasa tiupan angin yang berputar-putar. Ini menandakan kita sudah berada di tempat terbuka.
Gunung Mekongga
Sesekali kami harus sedikit memanjat melewati batu-batu besar. Jalur kemudian menyusuri jalan setapak 10 Meter dan akhirnya Tugu Trianggulasi dapat terlihat. Untuk mencapainya kami melewati batu-batu cadas dengan model menyipir dan sedikit memanjat. Batu-Batu cadas ini cukup runcing dan dapat membahayakan pendaki jika tidak berhati-hati melewatinya. Jalur ini merupakan tantangan terakhir pendaki sebelum sampai di Tugu Trianggulasi Puncak Gunung Mekongga.
Gunung Mekongga
Akhirnya sekitar pukul 13.00 sampailah kami di Puncak Gunung Mekongga 2620 MDPL. Alhamdulillah seluruh tim dalam keadaan sehat waf afiat. Kekompakan dan kebersamaan selalu kami jaga sepanjang pendakian sehingga perjalanan ini meskipun berat namun sangat menyenangkan.
Gunung Mekongga
Rasa Syukur kepada Ilahi Rabbi, akhirnya kami diizinkan kembali untuk menapakkan kami di salah satu Gunung Tersulit di Sulawesi dan Indonesia. Perjalanan selama beberapa hari yang sangat menguji stamina, mental, fisik dan persaudaraan terbayar lunas saat kami berhasil menapaki Puncak Mekongga.
Gunung Mekongga
Alam telah banyak memberikan pelajaran berharga untuk bisa kita terapkan dalam kehidupan. Pendakian ini memberikan banyak pelajaran dan ilmu baru bagi kami. Gunung Mekongga merupakan ikon dan kebanggaan Sulawesi Tenggara yang terus kita jaga dan pelihara untuk generasi selanjutnya.
Gunung Mekongga
Telah banyak pendaki yang merasakan sensasi berpetualang di Gunung Mekongga. Salah satu gunung yang memiliki tantangan komplet yang akan menguji jati diri anda sebagai petualang sejati. Gunung Mekongga menyajikan nuansa berpetualangan yang mungkin tidak ditemukan di Gunung-gunung lain di Indonesia.
Gunung Mekongga
Pegunungan Mekongga berada di Kab. Kolaka dan Kab. Kolaka Utara, puncaknya sendiri berada di Kab. Kolaka Utara. Pegunungan Mekongga merupakan tipe pegunungan karst dimana 70 % dari kawasannya merupakan hamparan batuan kapur, gamping dan kalsit, maka tidak heran pegunungan ini terdapat banyak goa dan tebing sehingga ekositem serta flora dan faunanya memeliki keanekaragaman yang khas dan telah diakui oleh banyak kalangan dari dalam dan luar negeri.
Gunung Mekongga

Gunung Mekongga

Bagi saya pribadi, Pendakian ini merupakan yang Ke-14 kalinya saya berada di Puncak Gunung Mekongga. Rasa Syukur tak terhingga kepada Allah SWT yang masih mengizinkan saya untuk kembali ke tempat ini. Insya Allah di lain waktu saya akan berkunjung kembali ke tempat yang mengagumkan ini.

Penulis : Muhammad Dagri Nizar
 
 

Video Pendakian Gunung Mekongga (Part 1)



 Video Pendakian Gunung Mekongga (Part 2)

No comments:

Post a Comment

Flag Counter