Home » » Taman Nasional di Indonesia

Taman Nasional di Indonesia

TAMAN NASIONAL DI INDONESIA
Kalimantan :

TN Gunung Palung TN Danau Sentarum
TN Betung Kerihun  TN Bukit Baka Bukit Raya
TN Tanjung Puting TN Sebangau
TN Kutai TN Kayan Mentarang
Sulawesi :

TN Laut Bunaken TN Bogani Nani Wartabone
TN Kepulauan Togean  TN Lore Lindu
TN Bantimurung Bulusaraung TN Laut Taka Bonerate
TN Rawa Aopa Watumohai TN Laut Wakatobi
Maluku & Papua :

TN Aketajawe Lalobata TN Manusela
TN Teluk Cendrawasih  TN Lorentz
TN Wasur *****
Peta Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara mega biodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati dunia. Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia sebanyak ± 6.000 spesies flora dan fauna yang dimanfaatkan sehari-hari untuk pangan, obat-obatan, kosmetik, pewarna dan lain-lain; keanekaragaman ekosistem alam sebanyak ± 47 tipe; sedangkan keanekaragaman genetik sampai saat ini belum banyak diketahui, walaupun telah digunakan untuk pemuliaan berbagai kepentingan budidaya tumbuhan dan satwa.

Keanekaragaman spesies Indonesia tercatat dalam urutan kesatu untuk mamalia (436 spesies, 51% endemik), kupu-kupu (121 spesies, 44% endemik) dan palem (477 spesies, 47% endemik); keempat untuk reptil (512 spesies, 29% endemik); kelima untuk burung (1.519 spesies, 28% endemik); keenam untuk amphibi (270 spesies, 37% endemik); dan ketujuh untuk tumbuhan berbunga (29.375 spesies, 59% endemik).

Sebagian besar kekayaan keanekaragaman hayati tersebut berada di kawasan hutan alam, terutama di dalam kawasan konservasi. Kawasan konservasi di Indonesia mencakup areal seluas 27 juta hektar terdiri dari Kawasan Suaka Alam (cagar alam dan suaka margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (taman nasional, taman wisata alam, dan taman hutan raya) dan taman buru.

Salah satu kawasan konservasi terbaik untuk menyaksikan keanekaragaman, keunikan, kekhasan, dan keindahan flora/fauna yang endemik, langka dan dilindungi, termasuk menyaksikan keindahan dan keajaiban fenomena alam adalah di taman nasional. Taman nasional mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pelestarian keaneka-ragaman hayati, sehingga penunjukan dan penetapannya diupayakan sedapat mungkin mencakup perwakilan semua tipe ekosistem yang berada dalam tujuh wilayah bio-geografi pulau di Indonesia.

Taman Nasional disamping memiliki daratan berupa hutan, pantai, savana, rawa, juga memiliki perairan dengan kehidupan laut, seperti karang, ikan, moluska, biota laut, mangrove, dan lain-lain), yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Bali Barat dan Komodo. Sedangkan taman nasional yang hampir seluruhnya berupa perairan dengan kehidupan lautnya yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Taka Bonerate, Wakatobi, Bunaken dan Teluk Cendrawasih.

Taman nasional daratan maupun perairan memiliki ciri khas tertentu , dan mempunyai multi fungsi yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Taman nasional dikelola dengan sistem zona dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, kebudayaan dan pariwisata/rekreasi alam.
Sistem zona merupakan penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan peruntukannya sesuai kondisi, potensi dan perkembangan yang ada. Secara umum pembagian zona pada setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba/bahari, zona pemanfaatan dan atau zona-zona lain yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan berdasarkan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati.
Zona Inti merupakan kawasan taman nasional yang berfungsi untuk perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta perubahan dan perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia, kecuali kegiatan untuk penelitian, pemantauan, perlindungan dan pengamanan.
Zona Rimba (daratan) atau Zona Bahari (perairan laut) merupakan kawasan taman nasional di daratan/perairan laut yang berfungsi untuk penyangga zona inti dan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti, serta dapat dikunjungi oleh pengunjung untuk kegiatan rekreasi terbatas. Di dalam zona rimba maupun bahari, dapat dilakukan kegiatan pengelolaan seperti pembinaan habitat dan populasi satwa/tumbuhan, pembuatan jalan setapak, menara pengintai, pondok jaga, sarana kemudahan wisata dan lain-lain.
Zona Pemanfaatan merupakan kawasan taman nasional yang diperuntukan untuk menampung pengunjung maupun pengelolaan. Di dalam zona pemanfaatan dapat dibangun sarana akomodasi untuk keperluan pengunjung (bumi perkemahan, wisma tamu, jalan dan tempat parkir, pusat informasi dan lain-lain) dan sarana pengelolaan taman nasional (kantor, stasiun penelitian, dan lain-lain). Sarana yang dapat dibangun dibatasi luasnya maksimun 10 persen dari luas zona pemanfaatan.

Beberapa taman nasional telah mendapat perhatian/ pengakuan secara internasional sebagai Warisan Alam Dunia (Taman Nasional Ujung Kulon, Komodo, dan Lorenz); Cagar Biosfer (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Komodo, Tanjung Puting, Lore Lindu, Gunung Leuser, dan Siberut); Lahan Basah Internasional (Taman Nasional Berbak dan Danau Sentarum).
Beberapa tumbuhan dan satwa yang terdapat di kawasan taman nasional telah menjadi simbol/lambang daerah dan nasional, seperti raflesia, anggrek, komodo, badak jawa, orangutan, jalak bali, maleo, enggang gading, kupu raja, elang jawa dan lain-lain.
Selain itu, di taman nasional terdapat keunikan dan kekhasan alam, antara lain: danau tiga warna di Taman Nasional Kelimutu (Nusa Tenggara Timur), karang atol ketiga terbesar di dunia terdapat di Taman Nasional Taka Bonerate (Sulawesi Selatan), dan salah satu dari tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis terdapat di Taman Nasional Lorentz
Untuk dapat memahami keterkaitan peranan/manfaat kawasan taman nasional dengan kepentingan pembangunan daerah atau nasional, dapat dilihat manfaat ekologis kawasan taman nasional yang dapat dikuantifikasi, yang terdiri dari :
- Nilai guna langsung (direct use values), yang dapat dihasilkan langsung dari kawasan taman nasional serta mudah untuk dikuantifikasi sebagai manfaat kawasan taman nasional, antara lain berupa produk hasil hutan, bahan makanan, bahan baku obat-obatan dan manfaat rekreasi.
- Nilai guna tidak langsung (indirect use values), yang mencakup manfaat fungsional dari proses ekologis yang secara terus menerus memberikan perananannya kepada masyarakat dan ekosistem serta tidak mudah untuk dikuantifikasi, antara lain berupa pengendalian banjir, penyediaan sumber air, perlindungan badai, siklus nutrisi, pendukung kehidupan global berupa penyerapan karbon/polutan, dan pengendalian perubahan iklim, menjaga kesehatan manusia, dan lain-lain. Nilai guna tidak langsung tersebut memperlihatkan secara nyata mengenai adanya keterkaitan yang jelas antara kawasan taman nasional dengan pembangunan daerah/ekonomi;
- Nilai guna pilihan (option value), yang meliputi manfaat sumberdaya alam yang dapat disimpan, disisihkan atau dipertahankan untuk kepentingan/ pemanenan yang akan datang, antara lain berupa keanekaragaman hayati, sumberdaya genetik, perlindungan jenis/species, keragaman ekosistem, proses evolusi, dan produk-produk tersebut umumnya belum diketahui dan tidak memiliki nilai pasar pada saat ini
- Nilai guna non-konsumtif meliputi nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values). Nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat kepada kawasan konservasi karena adanya nilai keberlanjutan akan keberadaan sumberdaya tertentu seperti konservasi habitat dan species tertentu, integritas nilai-nilai spiritual, estetika, dan kultural. Sedang nilai warisan merupakan nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini terhadap suatu daerah tertentu agar tetap utuh untuk dapat diberikan kepada generasi mendatang seperti konservasi habitat, upaya preventif terhadap perubahan yang tidak dapat diperbarui. Nilai guna non-konsumtif tersebut umumnya tidak dapat terefleksikan dalam harga pasar.
Nilai guna dari kawasan taman nasional umumnya akan mendorong tumbuhnya manfaat langsung melalui proses efek ganda (multiplier effect) seperti misalnya uang yang dikeluarkan oleh seorang pengunjung pada kunjung ke suatu kawasan taman nasional akan mendorong penambahan pengeluaran di suatu wilayah tertentu untuk penginapan, makan dan minum, pembelian barang kerajinan tangan, pajak dan sebagainya. Disamping biaya manfaat tersebut terdapat pula biaya-biaya yang ditimbulkan akibat limbah karena beroperasinya penginapan dan restaurant maupun vandalisme dan lain-lain, yang akan mengurangi keuntungan bersih yang diperolehnya. Oleh karena itu penting untuk menghitung dan melihat manfaat dan biaya ekonomi dari kawasan taman nasional agar manfaatnya akan lebih nyata di dalam pembangunan daerah atau nasional.

Prinsip Pengelolaan Taman Nasional
Kebijaksanaan teknis pembangunan dan pengelolaan taman nasional di Indonesia yang dilakukan mencakup:
1. Taman Nasional dikelola dengan sistem zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Zona inti adalah bagian dari kawasan Taman Nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Taman Nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan pengunjung, dan zona lain adalah zona di luar tertentu seperti zona rimba dan zona pemanfaatan tradisional.
2. Kegiatan yang diperbolehkan dilakukan di dalam kawasan taman nasional meliputi penelitian dan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak mengurangi fungsi pokok dari kawasan taman nasional tersebut.
3. Kegiatan pariwisata dan rekreasi dapat dikembangkan secara terbatas pada zona pemanfaatan taman nasional, serta pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan pariwisata alam kepada BUMN/BUMD atau swasta atau koperasi selama jangka waktu tiga puluh tahun untuk penyediaan sarana dan prasarana pariwisata alam di zona pemanfaatan taman nasional berdasarkan Rencana Pengelolaan Pariwisata Alam Taman Nasional.
4. Pembangunan dan pengelolaan taman nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan serta saling terkait dan menunjang dengan kepentingan pembangunan wilayah di sekitarnya (Integrated Conservation and Development Programme), sehingga mampu menjamin upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Kewenangan pembangunan dan pengelolaan di dalam kawasan taman nasional sepenuhnya berada dalam tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan. Sementara itu kegiatan pembangunan dan pengelolaan di luar kawasan taman nasional dan berkaitan dengan kepentingan masyarakat berada dalam tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Dinas/Instansi terkait.
6. Pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan taman nasional dilaksanakan dengan melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten yang dikaitkan dengan program pengembangan daerah.
7. Untuk meningkatkan kepedulian dan peranserta masyarakat dalam menunjang kepentingan pengembangan dan pengelolaan taman nasional ditempuh melalui upaya; melaksanakan koordinasi antar sektor/dinas/instansi terkait dalam penyusunan program pembangunan wilayah secara terpadu, penyuluhan kepada masyarakat dan pembinaan peranserta masyarakat yang berada di sekitar kawasan taman nasional, dan pengembangan dan pengelolaan daerah penyangga taman nasional.
8. Upaya pokok untuk meningkatkan pengelolaan dan pengembangan taman nasional ditempuh kegiatan;
(a) perencanaan,
(b) penataan kawasan,
(c) pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistem,
(d) pemanfaatan kawasan,
(e) penelitian dan pengembangan,
(f) perlindungan dan pengamanan kawasan
(g) pembinaan kelembagaan,
(h) koordinasi,
(i) pembangunan sarana dan prasarana
(j) pembinaan peranserta masyarakat dan
(k) pemantauan dan evaluasi.

Sebagian besar taman nasional memiliki obyek dan daya tarik wisata yang beragam dan unik seperti hutan, satwa, pantai, danau, goa, sungai, gunung, air terjun, budaya setempat dan lain-lain. Umumnya obyek tersebut letaknya tidak berjauhan satu sama lain, sehingga memudahkan pengunjung memilih paket-paket wisata yang ditawarkan.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengunjung taman nasional yaitu:
Berkemah
Kegiatan berkemah dapat dilakukan di setiap lokasi taman nasional, pengelola taman nasional hanya menyediakan tempat untuk berkemah dengan peralatan yang terbatas, dan pengunjung (rombongan) disarankan membawa peralatan berkemah sendiri. Lokasi berkemah umumnya berada di dalam hutan, dan ada pula yang berlokasi di tepi pantai seperti di Taman Nasional Alas Purwo, Karimunjawa dan Wakatobi. Kegiatan berkemah di taman nasional ini sangat mengesankan, karena sambil berkemah dapat mendengarkan deburan ombak laut, kicauan burung, makan ikan bakar; dan pada saat tertentu terutama pada bulan Juni-Oktober dapat menyaksikan peselancar kelas dunia beraksi diatas gelombang laut.

Mendaki Gunung
Mendaki gunung merupakan atraksi untuk menikmati ciptaan Tuhan dari puncak gunung seperti pemukiman/desa, hamparan hutan, aliran sungai dan sebagainya. Kegiatan mendaki gunung dapat dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, Kerinci Seblat, Bukit Tigapuluh, Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun, Meru Betiri, Bromo Tengger Semeru, Baluran, Gunung Palung, Bukit Baka-Bukit Raya, Kayan Mentarang, Bogani Nani. Disamping pelajaran kemandirian, juga para pendaki gunung dapat menjelajahi hutan tropis alami sebelum mencapai puncak gunung.

Arung Jeram
Kegiatan arung jeram dapat dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Tigapuluh, Gunung Halimun, Kerinci Seblat, Bukit Baka-Bukit Raya, Betung Kerihun, Kayan Mentarang dan Manusela. Sungai Kapuas yang terdapat di Taman Nasional Betung Kerihun merupakan sungai kelima terpanjang di dunia, memiliki jeram-jeram pada tingkat kesulitan III s/d V. Sedangkan jeram-jeram yang ada di Taman Nasional Kayan Mentarang, dianggap oleh pencinta arung jeram kelas dunia sangat berbahaya. Ini merupakan pilihan yang tepat bagi pengarung jeram profesional untuk menguji kemampuannya.

Menyelam dan Snorkeling
Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara terkenal di dunia dengan taman lautnya berupa keindahan keanekaragam jenis karang dan ikan. Disamping itu masih banyak lokasi taman nasional yang memiliki taman laut yang tidak kalah indahnya dan relatif belum dikenal.

Keunggulan lokasi penyelaman di taman nasional dengan lokasi penyelaman di kawasan lainnya, bahwa selain penyelam dapat menyaksikan beragamnya jenis karang, ikan, lamun, dan lain-lain, dapat pula menyaksikan atraksi burung-burung dan satwa liar darat yang sedang mengasin di pantai. Para penyelam dapat menggunakan waktu luangnya untuk mengamati Menyelam dan snorkeling dapat dilakukan di Taman Nasional Siberut, Ujung Kulon, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Baluran, Bali Barat, Alas Purwo, Komodo, Bunaken, Taka Bonerate, Wakatobi, Teluk Cendrawasih, dan Togean.

Berselancar
Selancar angin dapat dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri, sedangkan selancar gelombang laut hanya dapat dilakukan di Taman Nasional Ujung Kulon dan Alas Purwo. Perselancar dunia lebih mengenal Plengkung di Taman Nasional Alas Purwo dengan sebutan G-Land. Keistimewaan kawasan Plengkung tersebut karena memiliki panjang gelombang sampai sejauh 2 km, tinggi gelombang 3-7 meter dan banyaknya gelombang dapat mencapai 6 lapis. Plengkung merupakan salah satu dari empat lokasi berselancar terbaik di dunia. Lokasi ini sangat menantang bagi para peselancar karena memiliki karakter khusus, yaitu berselancar dengan teknik yang dikenal sebagai "left-handed".

Wisata Bahari
Wisata bahari di taman nasional sangat menarik terutama wisatawan mancanegara, karena cukup beragam dan lengkap. Wisata bahari seperti berjemur di pasir putih, berenang, menyelusuri pantai, memancing ikan laut, voli pantai, bersepeda, dan bersampan; dapat dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Siberut, Ujung Kulon, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Alas Purwo, Baluran, Bali Barat, Komodo, Bunaken, Taka Bonerate, Wakatobi dan Teluk Cendrawasih.

Bersampan
Bersampan di danau dan di teluk dapat dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Kerinci Seblat, Gunung Gede Pangrango, Bromo Tengger Semeru, Meru Betiri, Alas Purwo dan Lore Lindu.

Menyelusuri Sungai
Menyelusuri sungai menggunakan sampan atau perahu karet sambil menikmati keindahan hutan dan suara satwa, memberikan suatu kesan/kenangan tersendiri bagi pengunjung taman nasional. Kegiatan tersebut dapat dilakukan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Way Kambas, Ujung Kulon, Kayan Mentarang, Betung Kerihun, Gunung Palung, Bukit Baka-Bukit Raya, Wasur dan Lorentz. Sungai-sungai di taman nasional Pulau Kalimantan, selain memberikan atraksi menyelusuri sungai, juga merupakan sarana transportasi atau jalur masuk-keluar kawasan.

Pengamatan Hidupan Liar
a. Satwa
Pada umumnya, satwa yang terdapat di taman nasional yang dilindungi dan langka dari kehidupan liar. Satwa tersebut ada yang relatif mudah dilihat dan didengar suaranya, namun ada pula yang relatif sulit untuk didengar dan diamati. Satwa yang sulit untuk dilihat,biasanya berada pada zona inti taman nasional. Untuk mengamati kehidupan satwa umumnya pengunjung mempergunakan teropong atau untuk mengabadikan pengamatannya digunakan kamera video ataupun kamera foto. Dalam pengamatan satwa tersebut dibutuhkan keberanian dan kesabaran.

Beberapa satwa yang menarik untuk dinikmati tingkah lakunya dan relatif mudah dilihat serta didengar suaranya, antara lain komodo, gajah, banteng, tapir, kambing hutan, kijang, rusa, kancil, jenis-jenis primata (orangutan, siamang, lutung, owa, bekantan, monyet, dan tangkasi. Dari jenis-jenis burung

Indonesia termasuk negara terkaya di dunia dalam jenis burung yaitu sebanyak 1.531 jenis termasuk jenis endemik, seperti di Pulau Sulawesi ada 14 marga burung yang aneh dan unik.

Burung-burung yang terdapat di taman nasional sebagian besar memiliki bulu yang sangat indah dan suara yang merdu. Taman nasional dihuni oleh ratusan jenis burung, dan beberapa diantaranya termasuk jenis endemik seperti burung elang jawa di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun dan Karimunjawa; burung merak di Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Alas Purwo; burung jalak bali di Taman Nasional Bali Barat; burung enggang gading di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya dan Taman Nasional Gunung Palung; burung maleo di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Rawa Aopa Watumohai dan Lore Lindu; burung kakatua seram di Taman Nasional Manusela; dan burung puyuh salju di Taman Nasional Lorentz.

Burung dari Siberia/Australia/Cina dapat dilihat di Taman Nasional Berbak, Sembilang, Way Kambas, Meru Betiri, Wasur dan Alas Purwo.

Beberapa jenis burung yang dijadikan maskot, antara lain cempala kuneng (Copsychus pyrrhopygus) Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, kuau besar (Argusianus argus) Propinsi Sumatera Barat, serindit (Loriculus pusillus) Propinsi Riau, jalak bali (Leucopsar rothschildi) Propinsi Bali, elang bondol (Haliastur indus) Propinsi DKI Jakarta, enggang gading(Rhinoplax vigil) Propinsi Kalimantan Barat, kuau melayu (Polyplectron malacensis) Propinsi

Kalimantan Tengah, maleo (Macrocephalon maleo) Propinsi Sulawesi Tengah, julang sulawesi(Aceros cassidix) Propinsi Sulawesi Selatan, nuri raja (Alisterus amboinensis) Propinsi Maluku dan cendrawasih duabelas kawat (Seleucidis melanoleuca) Propinsi Papua Barat.

b. Tumbuhan
Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan lebih dari 29.375 jenis tumbuhan berbunga, dandiantaranya terdapat tumbuhan endemik yaitu sekitar 124 famili di Papua Barat, 59 famili di Kalimantan, 17 famili di Sumatera dan tujuh famili di Sulawesi.

Kawasan hutan taman nasional mewakili sebagian besar kekayaan tumbuhan tersebut, dan sebagian lainnya berada di hutan produksi yang masih utuh, hutan lindung dan hutan konservasi lainnya.

Berdasarkan ketinggian tempat pada masing-masing hutan taman nasional di Indonesia, rata-rata tipe vegetasi yang menyusun hutan tersebut diklasifikasi sebagai hutan pantai, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, bambu, hutan selalu hijau, hutan dataran rendah,hutan sub-montana, hutan montana dan hutan alpin.

Beberapa jenis tumbuhan yang ada di taman nasional dan mempunyai nilai penting bagi kesejahteraan masyarakat, yaitu tumbuhan obat-obatan (empon-empon, kayu putih, jahe,kayu pait dan lain-lain), tanaman hias (anggrek, palem dan lain-lain); sedangkan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti rotan, meranti, keruing, jelutung, getah merah, pulai, kayu hitam, damar dan lain-lain.

Jenis tumbuhan yang termasuk catatan baru antara lain Neouvaria acuminatissima, Musa lawitiensis,Dacryodes laxa, Castanopsis inermis, Buchanania sessilifolia, Vatica cuspidata, Shorea lepidota, Xanthophyllum chartaceum, dan Syzygium spicata yang terdapat di Taman Nasional Kayan Mentarang dan Taman Nasional Betung Kerihun. Masih banyak tumbuhan yang belum teridentifikasi seperti di Papua Barat yaitu propinsi yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tersembunyi.

Berikut adalah beberapa bunga istimewa, indah, menarik, dan unik.

Bunga anggrek
Sebagian besar taman nasional memiliki keanekaragaman anggrek hutan seperti anggrek bulan yang telah ditetapkan secara nasional sebagai puspa pesona; anggrek sepatu, anggrek lidah ular, anggrek topi, anggrek kucing dan lain-lain.

Bunga raflesia
Bunga raflesia merupakan tumbuhan yang unik dan cenderung mengandung misteri. Keunikan dari raflesia tidak hanya dalam ukuran dan sifatnya sebagai parasit, tetapi juga secara biologi bunga ini sangat istimewa karena yang terlihat hanya bagian bunganya saja, tidak mempunyai akar, daun ataupun batang. Rafflesiaceae terdiri dari 8 genera dan umumnya terdapat di daerah tropik Indonesia dan Malaysia. Bunga raflesia di dunia sebanyak 17 jenis dan 12 jenis diantaranya terdapat di Dari 12 jenis bunga raflesia, delapan jenis diantaranya terdapat di Taman Nasional: Rafflesia arnorldi di Bukit Barisan Selatan dan Kerinci Seblat, R. zollingeriana di Meru Betiri, R. hasseltii di Kerinci Seblat dan Bukit Tigapuluh, R. borneensis, R. witkampii dan R. ciliata di Kutai, R. micropylora dan R. atjehensis di Gunung Leuser.
Bunga raflesia telah ditetapkan secara nasional sebagai puspa langka. Nama bunga tersebut diambil dari nama Stamford Raffles (Administrator Inggris) pada abad 18.

Bunga Bangkai
Bunga bangkai adalah tumbuhan istimewa seperti bunga yang memenuhi udara di hutan dengan bau daging busuk sebagai pemikat lalat penyerbuknya. Bunga bangkai tersebar di taman nasional Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Bunga bangkai yang sudah diidentifikasi adalah bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bangkai raksasa (A. titanum dan A. companulatus). Musim berbunganya setahun sekali dengan waktu berbunga yang pendek.

Eidelweiss dan Alamanda
Bunga eidelweiss dan bunga alamanda lebih dikenal sebagai bunga abadi dan bunga perdamaian. Umumnya penyebaran bunga tersebut terdapat di taman nasional Sumatera,

Kantong Semar
Kantong semar (Nephentes sp.) atau lebih dikenal sebagai tumbuhan pemakan daging di pegunungan. Bentuknya menyerupai kantong yang merupakan jebakan maut bagi serangga. Kantong semar memancing calon mangsanya dengan menggelantungkan sebentuk kantong kemerahan pada tangkai yang tidak beraturan.

Palem
Indonesia menduduki urutan pertama jenis palem di dunia yaitu sekitar 477 spesies dan 47 persen merupakan endemik. Palem termasuk anggota suku tumbuhan di hutan pamah tropika yang paling penting. Buahnya dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dan minyak. Batang dan tangkai daunnya digunakan dalam pembuatan perabotan, bangunan rumah dan perahu; daunnya digunakan sebagai atap, tikar dan pakaian. Tumbuhan palem terdapat pada sebagian besar taman nasional di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua Barat.

Bakau/ Payau
Pohon bakau itu mempersona. Ibarat seorang ibu yang terus menjaga anak-anaknya dari gempuran arus air laut. Berdiri kokoh menahan gelombang laut dan terus-menerus mengatasi rendaman garam dan pasang surut perairan laut. Ekosistem hutan bakau memiliki keanekaragaman hayati dan produktivitas yang tinggi, karena merupakan pertemuan antara habitat aquatik dan terestrial. Selain merupakan habitat bagi jenis-jenis burung, ular dan mamalia serta berbagai satwa lainnya; juga merupakan obyek pengamatan hidupan liar yang menarik.

Pohon Ara
Pohon ara dapat diibaratkan sebagai suatu keranjang makanan yang menyediakan buah berlimpah bagi berbagai jenis satwa di hutan. Yang paling menarik adalah perkembangan pertumbuhan pohon ara pencekik yang dikenal sebagai pohon beringin. Pohon beringin itu tumbuh bersandar pada pohon inang, dan dengan kemampuan akar-akarnya menggantungkan diri untuk membelitkan batang pohon inangnya.

c. Kehidupan Bawah Laut
Taman nasional yang memiliki daratan berupa hutan, pantai, savana, rawa dan kehidupan laut (karang, ikan, moluska, biota laut, mangrove, dan lain-lain) yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Bali Barat dan Komodo. Sedangkan taman nasional yang hampir seluruhnya berupa perairan dengan kehidupan lautnya yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Taka Bonerate, Wakatobi, Bunaken dan Teluk Cendrawasih.
Kehidupan bawah laut merupakan salah satu daya tarik wisata alam yang sangat luar biasa. Keindahan karang, corak dan perilaku ikan, dan tumbuhan laut lainnya yang dimiliki taman nasional Indonesia telah terkenal di manca negara.

Karang dan Ikan
Diperkirakan terdapat lebih dari 350 jenis karang yang hidup di Indonesia, diantaranya 261 jenis hidup di Taman Nasional Taka Bonerate, 259 jenis di Taman Nasional Komodo, 150 jenis di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, 112 jenis di Taman Nasional Wakatobi, 90 jenis di Taman Nasional Karimunjawa, 13 genera di Taman Nasional Bunaken, 54 jenis di Taman Nasional Kepulauan Seribu, 45 jenis di Taman Nasional Bali Barat dan 33 jenis di Taman Nasional Ujung Kulon.

Karang-karang tersebut umumnya berbentuk cabang, keras (massive), meja, lembaran daun, jamur, pipa, merayap mengikuti substrat dan lain-lain. Karang ada yang berumur puluhan dan mungkin ratusan tahun yang perlu dijaga kelestariannya. Sungguh disayangkan, apabila umur karang yang ratusan tahun, rusak hanya dalam sekejap saja.

Ikan terumbu karang terdiri dari ikan yang bertulang rawan (hiu dan pari) dan ikan yang tidak bertulang rawan. Di Indonesia, ikan yang tidak bertulang rawan diperkirakan lebih dari 5.000 jenis yaitu sekitar 1.000 jenis terdapat di Taman Nasional Komodo, 295 jenis di Taman Nasional Taka Bonerate, 242 jenis di Taman Nasional Karimunjawa, 209 jenis di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, 144 jenis di Taman Nasional Kepulauan Seribu, 142 jenis di Taman Nasional Ujung Kulon, 93 jenis di Taman Nasional Wakatobi, 91 jenis di Taman Nasional Bunaken, dan 32 jenis di Taman Nasional Bali Barat.
Taman Nasional Komodo memiliki jenis ikan karang yang paling banyak dibandingkan taman nasional laut lainnya. Jenis-jenis ikan yang ada antara lain Abudefduf leucogaster, Amphiprion tricinctus, Chaetodon speculum, Chelmon rostratus, Cheilinus undulatus, kerapu (Epinephelus sp.), cakalang (Katsuwonus spp.), baronang (Siganus sp.), kuda gusum (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), bendera (Platax pinnatus) dan sadar (Siganus lineatus).

Mamalia Laut
Paus berpindah dalam jarak yang jauh yaitu sekitar 20.000 km per tahun. Laut dalam yang ada di Indonesia bagian Timur dan selat antara Flores dengan Lombok termasuk Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan Taman Nasional Komodo, merupakan koridor migrasi penting bagi paus dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Diantara enam jenis paus yang sering terlihat di Taman Nasional Komodo, paus biru (Balaenoptera musculus) merupakan jenis yang paling menarik untuk diamati.

Lumba-lumba gasing moncong panjang (Stenella longirostris), moncong pendek (Lagenodelphish hosei), lumba-lumba pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus)maupun duyung (Dugong dugon) sering terlihat di sebagian besar taman nasional yang memiliki perairan laut.

Moluska
Kelompok Gastropoda seperti kerang kepala kambing (Cassis cornuta) dan triton terompet(Charonia tritonis); Bivalva seperti kima selatan (Tridacna derasa), kima raksasa (T.gigas), kima besar (T. maxima), kima lubang (T. crocea), kima sisik (T. squamosa); Cephalopoda seperti nautilus berongga (Nautilus pompilius) dan moluska yang tidak mempunyai cangkang seperti kelinci laut (nudibranch); hampir semuanya terdapat di taman nasional yang memiliki perairan laut.

Biota Laut Lainnya
Biota laut lainnya seperti bintang laut berduri, berbulu, basket, gorgonian, pena laut, cacing laut, anemon, sponge dan lili laut, terdapat di sebagian besar taman nasional yang memiliki perairan laut.

Lamun dan Algae
Lamun atau lebih dikenal sebagai rumput laut (sea grass) merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga sejati yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan laut. Diperkirakan jenis lamun di seluruh dunia sebanyak 52 jenis dan di Indonesia telah ditemukan sebanyak 15 jenis seperti Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Enhalus acoroides dan lain-lain. Lamun dapat dilihat di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Karimunjawa dan Bunaken.

Sedangkan ganggang laut (sea weed) termasuki golongan algae yang banyak dijumpai di perairan dangkal pada rataan terumbu karang. Ganggang dapat dilihat di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Karimunjawa dan Bunaken.

Penyu

Penyu yang ada di dunia sebanyak tujuh jenis, dan enam jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Taman nasional yang sering didatangi penyu untuk tempat peneluran, yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu, Meru Betiri, Alas Purwo, Komodo, Bunaken, Taka Bonerate, Manusela dan Teluk Cendrawasih. Jenis penyu yang dimaksud adalah penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressa), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Penyu belimbing adalah jenis penyu terbesar ukurannya, panjang badannya dapat mencapai 2 meter dan beratnya 500 kg. Sedangkan penyu lekang merupakan penyu terkecil dengan berat badan 50 kg.

Satwa penyu mendapat perhatian dunia Intenasional karena daerah jelajahnya yang sangat jauh (dari Indonesia bisa sampai ke Australia), juga karena satwa tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi untuk dikonsumsi dan untuk souvenir/perhiasan. Upaya konservasi yang telah dilakukan untuk menjaga penyu-penyu tersebut agar tidak punah, yaitu dengan penangkaran penyu. Salah satu kegiatan penangkaran tersebut adalah dengan menetaskan telur-telur penyu dan membesarkan anakan penyu sampai

Menikmati Gejala Alam

Taman nasional memiliki beberapa gejala alam yang unik dan menarik untuk dikunjungi pengunjung seperti air terjun, danau, goa, air mineral, air panas dan kawah. Pengunjung banyak yang datang ke Taman Nasional Kelimutu hanya melihat keanehan danau tiga warna ataupun hanya menikmati keheningan Danau Gunung Tujuh di Taman Nasional Kerinci Seblat.

Danau gunung tujuh di Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan salah satu danau air tawar gunung, cukup banyak dikunjungi pengunjung.

Pengambilan Foto dan Film
Taman nasional merupakan lokasi yang sangat cocok untuk pengambilan foto dan film karena keindahan alamnya. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Nasional Komodo paling sering dijadikan lokasi pengambilan foto dan pembuatan film terutama untuk mengabadikan keindahan alam yang unik dan menarik.

Wisata Goa
Goa alam/buatan di taman nasional merupakan atraksi wisata disamping sebagai tempat meditasi oleh pengunjung terutama di Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Bogani Nani Wartabone (gua berkamar), Baluran (goa Jepang), Alas Purwo (ada 40 buah), Betung Kerihun dan Bantimurung Bulusaraung.

Goa-goa di Taman Nasional Betung Kerihun memiliki keindahan sketsa-sketsa alam yang terbentuk di perut bumi akibat proses alam, seperti Goa Diang Kaung yang memiliki nilai purbakala dengan lukisan-lukisan goa yang telah berusia ribuan tahun, Goa Diang Arong yang menakjubkan dan memiliki nilai arkeologi, Goa Tolo yang merupakan goa vertikal dengan kedalaman 120 m. Selain itu terdapat goa kapur (karst) seperti di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Bantimurung Bulusaraung.

Bukit kapur Maros Pangkep di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berbentuk tower adalah merupakan kawasan karst yang terluas kedua di dunia, sesudah yang terdapat di Cina bagian Tenggara. Ekosistem karst adalah merupakan ekosistem unik, karena terdiri dari ekosistem endokarst dan exokarst yang saling berhubungan dan saling ketergantungan.

Ekosistem Karst Maros-Pangkep, memiliki lansekap karst yang unik. Gua-guanya berornamen stalaktit dan stalakmit, bernilai historis/situs purbakala, berpanorama alam indah yang dapat dikembangkan sebagai laboratorium alam untuk mendukung ilmu pengetahuan dan pendidikan konservasi alam serta kepentingan ekowisata.

Budaya dan sejarah
Sebagian besar taman nasional memiliki beberapa situs budaya/sejarah yang sering dikeramatkan oleh masyarakat/pengunjung seperti Pura Luhur Giri Salaka di Taman Nasional Alas Purwo (peninggalan sejarah Kerajaan Blambangan), Makam Jayaprana dan Pura Gili Kencana di Taman Nasional Bali Barat (upacara umat Hindu dan pura tertua di Pulau Bali), kuburan batu peninggalan Suku Dayak Ngorek di Taman Nasional Kayan Mentarang (diperkirakan telah ada sejak 350 tahun yang lalu), upacara religius Kasodo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Arca Ganesha di Taman Nasional Ujung Kulon, peninggalan megalitik di Taman Nasional Lore Lindu, Kitab suci umat Kristen tahun 1898 di Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan lain-lain.

Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
Semua lokasi taman nasional memiliki ragam obyek penelitian seperti keanekaragaman hutan/ekosistem, berbagai jenis vegetasi hutan tropis, anggrek, jamur, tumbuhan obat-obatan, mamalia, reptilia, amphibia, burung, serangga, biota laut, bentang alam, gejala alam, pariwisata alam, budaya/sejarah, dan lain-lain. Keanekaragaman hayati (jenis, genetik dan ekosistem) di taman nasional merupakan obyek yang menarik untuk diteliti guna pengembangan ilmu pengetahuan/teknologi, dan merupakan tantangan bagi para peneliti lokal/internasional. Selain itu, terdapat beberapa taman nasional yang disebut sebagai lokasi kekayaan keanekaragaman hayati yang tersembunyi seperti di Taman Nasional Lorentz, Kayan Mentarang, Betung Kerihun, Bukit Barisan Selatan, Lore Lindu dan lain-lain. Penelitian yang telah dilakukan di taman nasional tersebut banyak menemukan catatan baru (new record) tumbuhan, satwa/serangga dan lain-lain.

Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi banyak melakukan kegiatan penelitiannya di taman nasional. Hasil-hasil penelitian mengenai keanekaragaman hayati dan sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar taman nasional telah dilakukan oleh organisasi internasional seperti UNESCO, CIFOR, WWF, TNC, CI, atau LSM/lembaga non-pemerintah seperti WARSI, KEHATI, LATIN, YGN, TELAPAK INDONESIA, dan lain-lain. Penelitian multidisiplin yang dilakukan di taman nasional, telah menghasilkan berbagai metoda baru dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan (pengelolaan hutan lestari, hasil hutan non kayu, arang kayu bekas kebakaran/perambahan, multi fungsi bambu dan lain-lain).

Taman nasional merupakan wahana yang tepat untuk mendidik generasi muda dalam aksi "Tidak ada hutan, tidak ada masa depan". Setiap tahunnya, pengelola taman nasional berhasil mendidik kader-kader konservasi yang diharapkan mampu mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem, terencana, dengan sasaran masyarakat dan para pelaku pemanfaatan dan pengembang sumberdaya alam hayati dan ekosistem. Melalui aspek pendidikan ini, pengunjung memahami dan mengerti bagaimana komponen serta sistem alam berproses, aktivitas pengelolaan dan konservasi dilakukan, memberi kesan dan kesadaran yang dapat mendorong pengunjung terlibat aktif dalam kegiatan konservasi alam.

Menunjang Budidaya
Melalui perencanaan yang menyeluruh, terpadu dan partisipatif kegiatan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat setempat/sekitar taman nasional dalam pelayanan jasa sebagai pemandu, porter, angkutan, penyediaan penginapan/homestay, makan-minum dan lain-lain.

Taman nasional sebagai bank plasma nutfah merupakan penyedia sumber plasma nutfah untuk mendukung kegiatan budidaya tumbuhan/satwa seperti budidaya anggrek, budidaya tumbuhan obat, penangkaran rusa, burung, telur burung walet dan lain-lain yang bernilai ekonomi.

Hal tersebut dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan strategi dan azas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. Dari keuntungan ekonomi yang diciptakan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian taman nasional.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan kita mengenal mengenai hutan dan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. terdiri dari :
a. kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan,
b. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dan
c. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.

2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
4. Hutan kota adalah kawasan tertentu di setiap kota yang ditetapkan untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika dan resapan air.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alama Hayati dan Ekosistemnya, kita mengenal mengenai kawasan konservasi dan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang mencakup kawasan cagar alam dan kawasan suka margasatwa
2. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang mencakup kawasan taman nasional, kawasan taman wisata alam, dan kawasan taman hutan raya.
3. Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber-daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu : fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi.

Sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama-sama dengan unsur non-hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Kriteria Taman Nasional
Suatu kawasan untuk dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai taman nasional, harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
- kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;
- memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya sertya gejala alam yang masih utuh dan alami;
- memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
- memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam;
- merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain yang karena pertimbangan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

Larangan Bagi Pengunjung
- Membawa senjata api/angin/bius/tajam, binatang peliharaan, benih tanaman, bahan kimia, gitar, tape recorder/radio, minuman keras dan obat-obatan terlarang.
- Melakukan tindakan yang dapat merusak keutuhan kawasan baik terhadap tumbuhan maupun satwa.
- Berburu, menangkap, membawa dan memiliki satwa atau bagian-bagiannya baik dalam keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian.
- Melukai/membunuh satwa kecuali satwa tersebut membahayakan keselamatan pengunjung.
- Mengambil, merusak, membawa dan memiliki telur/sarang satwa, kecuali untuk tujuan penelitian.
- Menebang, memotong, mengambil dan memiliki tumbuhan dan bagian-bagiannya dalam keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian.
- Melakukan sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi tanah.
- Merusak, mengambil dan memiliki biota laut dan bagian-bagiannya baik dalam keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitan.
- Melakukan kunjungan di luar lokasi yang telah ditentukan.
- Melakukan vandalisme pada tumbuhan, batu, bangunan, dan lain-lain.
- Membuang sampah dan bahan-bahan lainnya yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kecuali pada tempat-tempat yang telah disediakan.
- Melakukan kegaduhan/kebisingan yang dapat mengganggu keberadaan satwa.
- Menyalakan api yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran, kecuali pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
- Mendirikan kemah/tenda di luar daerah bumi perkemahan, kecuali untuk kegiatan ekspedisi dan penelitian.
- Mentaati route yang telah ditentukan dan tidak boleh membuat rintisan baru bagi kegiatan mendaki gunung, arung jeram, menyelusuri sungai dan menjelajahi hutan.

Kewajiban Pengunjung
- Membayar karcis masuk yang besarnya ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
- Melapor kepada petugas pada saat kedatangan dan kembali dari kawasan.
- Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku serta petunjuk petugas.
- Memberikan dukungan, bantuan dan partisipasi untuk ikut mengamankan dan melestarikan kawasan.
- Meminta pendidikan konservasi kepada petugas (pengunjung rombongan).
- Menunjukan sertifikat bagi kegiatan menyelam dan berselancar.
- Didampingi petugas taman nasional bagi kegiatan penelitian.
- Melapor dan mempresentasikan hasil sementara penelitiannya kepada Kepala Taman Nasional yang bersangkutan.
- Menyerahkan laporan akhir hasil penelitian kepada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam dan kepada Kepala Taman Nasional yang bersangkutan.

Hak Pengunjung
- Mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas taman nasional.
- Jika diperlukan, pengunjung dapat meminta pemanduan dari petugas taman nasional.
- Pengunjung mempunyai saran masukan kepada petugas dalam rangka peningkatan pelayanan pengunjung.

Hal Yang Harus Diperhatikan Pengunjung
A. Kunjungan untuk tujuan rekreasi biasa
1. Kunjungan untuk tujuan berkemah
- Beberapa hari sebelumnya, pengunjung mengajukan permohonan kepada taman nasional yang bersangkutan.
- Lokasi kegiatan harus sesuai dengan persyaratan ijin yang telah diberikan.

2. Kunjungan untuk tujuan mendaki gunung, arung jeram, menyelusuri sungai, dan menjelajah hutan
- Beberapa hari sebelumnya, pengunjung mengajukan permohonan kepada taman nasional yang bersangkutan.
- Pengunjung yang mengidap penyakit jantung disarankan untuk tidak melakukan kegiatan arung jeram.

3. Kunjungan untuk tujuan menyelam, snorkeling, menyelam, dan berselancar
- Pengunjung yang tidak bisa berenang disarankan untuk tidak melakukan kegiatan tersebut di atas.
- Lokasi kegiatan hanya terbatas pada lokasi yang telah ditentukan oleh Kepala Taman Nasional.
- Pengunjung dapat meminta persyaratan/informasi kepada petugas taman nasional bagi yang ingin belajar menyelam dan berselancar.

B. Kunjungan Untuk Penelitian
- Peneliti dapat meminta informasi obyek penelitian kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
- Khusus peneliti asing harus mendapat rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan instansi terkait lainnya yang dipersyaratkan dalam perijinan.
- Ijin penelitian diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Departemen Kehutanan).

Guna kenyamanan, keamanan dan kepuasan selama kunjungan, kepada pengunjung agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Menggunakan kain yang cukup tebal dan berlengan panjang.
- Menggunakan sepatu yang nyaman dipakai dan tidak mudah terpeleset.
- Membawa makanan, minuman, perlengkapan dan peralatan yang secukupnya sesuai dengan tujuan kunjungan.
- Membawa obat-obatan P3K seperti obat sakit kepala, sakit perut, obat luka, obat malaria, obat anti racun/bisa, dan obat-obatan yang bersifat pribadi.
- Membawa obat-obatan anti nyamuk, serangga dan cream untuk mencegah kulit terbakar.
- Tidak mengeluarkan kata-kata yang bersifat arogan dan perbuatan yang tidak senonoh.
- Tetap waspada selama kunjungan terutama terhadap bahaya ular, jalan licin, daerah yang mudah longsor dan sebagainya.
- Mematuhi petunjuk baik yang terdapat pada papan-papan petunjuk/informasi maupun yang disampaikan oleh petugas taman nasional.
- Mempelajari ciri-ciri atau jenis-jenis tumbuhan/satwa yang beracun/berbisa.
- Khusus yang akan melakukan kegiatan pengamatan satwa/tumbuhan/biota laut, disarankan agar membawa buku panduan maupun peralatan seperti teropong, kaca pembesar dan sebagainya.
- Khusus yang akan melakukan kegiatan seperti mendaki gunung, menjelajah hutan, arung jeram dan menyelusuri sungai; agar membawa kantong plastik tempat membawa kotoran (seperti sampah, botol, kaleng dan lain-lain) yang habis digunakan selama perjalanan

No comments:

Post a Comment

Flag Counter