Taman Nasional Laut Wakatobi

Taman Nasional Laut Wakatobi

Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 393/Kpts-VI/1996
Tanggal 30 Juni 1996  

Luas  : ± 1.390.000 Ha   

Letak :
Provinsi Sulawesi Tenggara,  Kabupaten Buton, kecamatan  Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia,  dan Binongko.  

Koordinat :   
05° 12' - 06° 10' LS dan
123° 20' - 124° 39' BT

Umum

Taman Nasional Laut Kepulauan Wakatobi merupakan kawasan konservasi perairan laut (marine conservation area). Nama Wakatobi diambil dari singkatan nama pulau-pulau besar yang menyusun kepulauan ini, yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, nama lain dari gugusan pulau-pulau tersebut adalah Kepulauan Tukang Besi.

Latar belakang penunjukannya sebagai kawasan konservasi laut adalah karena wilayah perairan laut Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi memiliki potensi sumber daya alam laut yang sangat tinggi, baik jenis dan keunikannya, serta panorama bawah lautnya yang menakjubkan.  

Keanekaragaman hayati Taman Nasional Wakatobi unik, karena pulau ini terletak di daerah "Wallacea" yang merupakan daerah penampalan biota Asia dan Australia, di dalamnya masih ditemukan hutan hujan tropis di seluruh pulau dihampir seluruh ketinggian. Kondisi ini sudah sulit dijumpai di daerah tropis Asia.

Sejarah
1. Tahun 1996 ditunjuk sebagai kawasan konservasi laut
2. Tahun 1997 ditetapkan sebagai Taman Nasional.

Fisik

Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Tahun 1980 formasi geologi Taman Nasional Wakatobi terdiri dari batuan sedimen tersier dan pleistosen berkapur serta karang pleistosen batuan miosin, napal, dan eosin. Selain itu berdasarkan peta geologi BAPPEDA Buton (1992) bahwa hamparan Kepulauan Tukang Besi (Taman Nasional Wakatobi) tersusun atas batuan gamping.

Menurut Peta Tanah Kabupaten Buton, kawasan  ini termasuk ke dalam 2 (dua) kelompok besar jenis tanah, yaitu:
a. Kelompok pertama termasuk tanah-tanah yang terletak pada ketinggian di
    bawah 100 m dpl. Tanah-tanah ini antara lain terdiri atas kambisol, mediteran,
    gleisol, podsolik, alluvial, grumosol, dan regosol.
b. Kelompok kedua termasuk tanah yang terletak pada ketinggian di atas 100 m
   dpl, yang terdiri atas jenis tanah kambisol kromik, regosol kalkarik, dan
   mediteran kromik.

Topografi
Kawasan Taman Nasional Wakatobi mencakup seluruh Kepualauan Tukang Besi yang terdiri dari 4 pulau besar, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko, serta pulau-pulau kecil antara lain Pulau Tokobao, Lintea Utara, Lintea Selatan, Kampenaune, dan Hoga serta  Tolandono. Keempat pulau besar tersebut pada umumnya memiliki topografi yang hampir sama, secara vertikal dapat dilasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas ketinggian, yaitu:
1. Dataran rendah dengan ketinggian antara 0 - 25 m dari permukaan laut.
2. Dataran sedang dengan ketinggian antara 25 - 100 m dari permukaan laut.
3. Dataran tinggi dengan ketinggian antara 100 - 500 m dari permukaan laut.

Lapangan Pulau Wangi-Wangi sebagian besar bergelombang, berbukit sedang, berbukit agak tinggi pada bagian yang mendekati puncak Wangi-Wangi (274 m dpl). Dataran landai hanya didapatkan di sekitar pantai dengan luas yang tidak begitu besar, kemudian diikuti dengan lapangan agak terjal.

Lapangan Pulau Kadelupa berupa bukit-bukit yang memanjang sejak dari arah Barat Laut menuju ke Tenggara. Pulau ini mempunyai dua puncak, satu di sebelah Barat Laut dengan nama puncak Kadelupa (151 m dpl), sedang puncak kedua  terletak di sebelah Tenggara, disebut puncak Sampuagiwolo (203 m dpl). Secara umum lapangannya bergelombang, berombak, berbukit, dan bagian lapangan yang landai hanya di sekitar pantai, namun tidak begitu luas.

Pulau Tomia memiliki puncak-puncak yang terletak di bagian tengah, memanjang dari arah Barat menuju Timur. Sebagian besar bentuk lapangan pulau ini berbukit-bukit, bergelombang, sedikit rata dan datar. Permukaan lapangan datar dan rata, hanya sedikit ditemukan di sekitar pantai. DI pulau ini terdapat dua puncak bukit, yaitu Bukit Tomia (251 m dpl) dan Bukit Lagole (271 m dpl).

Pulau Binongko secara umum topografinya tidak banyak yang terjal, namun permukaan lapangan cukup bergelombang serta kadang-kadang ditemui permukaan yang berbukit. Pada bagian atas terdapat dua bukit, yaitu Bukit Terpadu (222 m dpl) dan Bukit Palahidu (142 m dpl).

Konfigurasi peraian lautnya datar kemudian landai kearah laut, dengan beberapa daerah perairan bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam terletak disebelah Barat dan Timur P. Kaledupa (sampai 1.044 m). Dasar perairan bervariasi antara berpasir dan berkarang.  

Iklim
Berdasarkan pembagian iklim Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C. dengan curah hujan  bervariasi antara 1.500 - 2.000 mm per tahun. Bulan-bulan kering Juli hingga Nopember. Suhu harian berkisar antara 19°-24° C. Kelembaban udara rata-rata 80%.

Kawasan Taman Nasonal Wakatobi terletak pada daerah laut tropis basah yang termasuk peralihan, karena pengaruh angin Barat dan angin Timur. Angin Barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari, sedang angin Timur terjadi pada bulan Juli sampai dengan September. Pada keadaan tersebut keadaan laut cukup sulit untuk dilayari, karena arus kencang dan ombak besar serta gelombang sering mencapai 2 hingga 3 meter.

Hidrologi
Di Kepulauan Wakatobi tidak dijumpai adanya sungai-sungai besar yang permanen. Hal ini disebabkan bentuk kepulauan yang kecil serta tersusun atas batuan kapur yang bersipat mudah meloloskan air hujan. Oleh karena itu di beberapa tempat dapat dijumpai sungai bawah tanah yang merupakan ciri khas ekosistem karst. Sungai bawah tanah tersebut di pesisir tepi laut, terutama di Pulau Wangi-Wangi muncul menjadi mata air yang dapat digunakan sebagai sumber air minum.

Adanya sumber-sumber air tersebut sangat penting dalam mendukung upaya peningkatan kepariwisataan, karena sumber air tersebutlah yang diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi air bersih bagi wisatawan. Di Pulau Wangi-Wangi diperkirakan terdapat sekitar 40 buah sumber air, di Pulau Kaladupa sekitar 13 sumber air, di Pulau Tomia 4 sumber air, dan di Pulau Binongko 15 sumber air.

Biotik

Taman Nasional Wakatobi memiliki 7 (tujuh) tipe vegetasi, yaitu:
a. Hutan mangrove (Mangrove formation),
b. Hutan pantai (Beach formation),
c. Hutan rawa dataran rendah (Lowland swamp forest),
d. Vegetasi tebing sungai (Riverbank vegetation),
e. Hutan hujan dataran rendah (Lowland rainforest),
f. Hutan hujan pegunungan (Mountain rainforest), dan
g. Terumbu karang (Coral reef).

Flora

Sulawesi Tenggara terletak di antara dua pusat keanekaragaman hayati botani, di bagian Barat dan Timur dari Malesia (kawasan biogeografi yang membentang dari Malaysia sampai Papua Nugini), namun Sulawesi Tenggara miskin akan dunia tumbuhan bila dibandingkan dengan kawasan lainnya di sebelah barat garis Walaceae.

Berikut jenis-jenis tumbuhan yang ada di kawasan taman nasional.
a. Hutan mangrove (Mangrove formation)
    Vegetasi mangrove merupakan jalur sempit, letaknya tepat di belakang pantai
    berpasir yang agak tinggi di sepanjang pantai utara. Jenis-jenis tumbuhan yang
    dominan antara lain tancang (Sonneratia alba), bakau-bakau (Rhyzopora
    acuminata, dan R. mucronata), Bruguiera sexangula, api-api (Avicenia sp.), dan
    nipah (Nypa fructicans).
b. Hutan pantai (Beach formation)
    Vegetasi pantai berkembang dengan baik di sepanjang pantai di Pulau Wangi-
    Wangi, Kaladupa, Tomia, Binongko dan berbagai pulau-pulau kecil lainnya.
    Jenis-jenis dominan adalah Ipomoema pescaprae, Scinifax sp., ketapang
    (Terminalia acattapa), pandan (Pandanus sp.), dan cemara laut (Casuarina
    equisetifolia).
c. Hutan rawa dataran rendah (Beach formation)
    Formasi ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang perkembangannya
    kurang baik, letaknya di belakang jalur-jalur mangrove di pantai Pulau Wangi-
    Wangi dan Kaladupa. Jenisnya antara lain Nauclea sp., Ficus nodosa,
    Baringtonia racemosa, Eugenia sp, Callophyllum soulatri, C. inophyllum, Alstonia
    scolaris, dan jabon (Anthocephalus cadamba).
d. Vegetasi tebing sungai (Riverbank vegetation)
    Tipe vegetasi ini perkembangannya sangat baik di sepanjang sungai-sungai
    musiman atau di celah-celah tebing. Jenis-jenis yang ditemukan antara lain
    benuang (Octomeles sumatrana), leda (Eucalyptus deglupta), kasa (Pometia
    pinata), cemara laut (Casuarina equisetifolia), beringin (ficus sp), Litsea sp,
    Eugenia Sp, dan Alstonia spectabilis.
e. Hutan hujan dataran rendah (Lowland rainforest)
    Tipe vegetasi ini menutup sebagian besar dataran rendah di Pulau Wangi-
    Wangi. Jenisnya antara lain meranti (Shorea sp.), kapur (Hopea spp.), kempas
    (Koompassia malaccensis), kenari (Canarium spp.), Callophyllum inophyllum,
    Instia bijuga, Myristica succdaea, M. aromatea, dan Podocarpus spp.
f. Hutan hujan pegunungan (Mountain rainforest), dan
g. Terumbu karang (Coral reef)
    Kepulauan Wakatobi memiliki ± 25 buah gugusan terumbu karang dengan
    keliling total mencapai 600 km. Secara umum terumbu karangnya dibagi
    menjadi 3 tipe, yaitu:
    - Terumbu karang tepi (Freenging reef/shore reefs)
    - Terumbu karang penghalang (barrier reefs),
    - Terumbu karang cincin (Atoll).
    Di kawasan ini terdapat beberapa organisasi lain yang berasosiasi dengan
    terumbu, seperti Lithothamnion dan alga hijau genus Halimeda, serta lamun
    (sea gress).

Fauna

Mamalia; Antara lain tikus hutan (Rattus sp.), tupai, musang (Paradoxurus hermaphroditus, Vivera tangulunga), berbagai jenis kelelawar (Rousettus amplixicaudus, Pteropusmelaopogon, Pteropus ocularis, dan Macroglossus minimus).

Burung; Antara lain jenis angsa-batu coklat (Sula leucogaster), alap-alap (Acciper sp.), elang bondol (Haliastur indus), ibis roko-roko (Plegadis falcinellus), bintayung besar (Fregata ariel), cangak abu (Ardea cinerea), burung serindik (Numenitus arquata), kuntul (Egretta spp.), delimukan zamrud (Chalcophap indica), trinil pantai (Actitis hypoleucos), cerek melayu (Charadrius peronii), dan raja udang erasia (Alcedo atthis).

Reptil dan amfibi; Antara lain katak pohon, katak sawah, ular, kadal dan berbagai jenis penyu, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Lepidochelys alivaceae).

Ikan; Kekayaan jenis ikan yang dimiliki taman nasional ini sebanyak 93 jenis ikan konsumsi perdagangan dan ikan hias, diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), amphiprion melanopus, ikan bendera (chaetodon specullum), chelmon rostratus, heniochus acuminatus, lutjanus monostigma, caesio caerularea, botana (Acanthurus sp.), cakalang (Katsuwonus sp.), kerapu (Epinephelus sp.), cucut (Carcarias sp.), dan ikan lumba-lumba.

Moluska; Antara lain kima raksasa (Tridacna gigas), kima sisik (T. squamosa), kima lubang (T. croaca), kima tapak kuda (Hippopus hippopus), dan lola (Trochus niloticus).

Krustase; Antara lain rajungan (Portunus sp.), kepiting laut (Scyllaserata), dan udang karang (Panulirus sp.).

Biota laut lain; Berbagai karang keras dan lunak banyak dijumpai di perairan taman nasional ini dan sampai saat ini baru teridentifikasi 125 jenis karang dan lunak. Jenis-jenis karang tersebut diantaranya Sarcophyton sp., Lobophyton sp., Sinularia sp., Clavularia sp., Lemnalia sp., Xenia sp., Tubipora musica, karang biru (Heliopora caerutea).

Wisata

Pulau Hoga (Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah, dan wisata budaya.

Daya tarik wisata keempat pulau besar Taman Nasional Wakatobi diantaranya adalah lanskap yang indah dan unik dari bentang alam yang tersusun dari padang rumput, hutan, peladangan, pemukiman, pantai berpasir putih dan halus, bentang alam laut berupa karang atol yang bervariasi bentuknya serta berciri khas untuk setiap lokasi, serta pemandangan alam bawah laut.

Bagi yang menyukai wisata budaya, maka kehidupan masyarakat asli yang hidup di sekitar taman nasional ini, dapat menjadi daya tarik yang tidak kalah dengan potensi alam taman nasional itu sendiri. Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional adalah suku laut atau yang disebut suku Bajau. Catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura, Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau. Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan.

Musim kunjungan terbaik: bulan April sampai Juni dan Oktober sampai  Desember.

Cara mencapai Lokasi
- Kendari ke Bau-bau dengan kapal cepat reguler setiap hari (2 kali
  keberangkatan) dengan lama perjalanan 5 jam atau menggunakan  kapal  kayu  
  dengan lama perjalanan  12 jam.
- Bau-bau ke Lasalimu berkendaraan roda 4 selama 2 jam, kemudian dari
- Lasalimu-Wanci menggunakan  kapal cepat selama 1 jam atau kapal kayu
  selama 2,5 jam. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan
  Taman Nasional Laut Wakatobi.

Pengelolaan

Taman Nasional Laut Wakatobi  dikelola oleh Balai Taman Nasional Laut Wakatobi, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.  

Alamat Pengelola Kantor
Balai Taman Nasional Laut Wakatobi
Jl. Murhum No. 47, Bau-bau, Buton, Sulawesi Tenggara
Telp. (0402) 21826

No comments:

Post a Comment

Flag Counter