TAMAN NASIONAL TESSO NILO
Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 255/MENHUT-II/2004
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 255/MENHUT-II/2004
Tanggal 19 Juli 2004
Luas : ± 38.576 Ha
Letak :
Provinsi Riau, Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu
Koordinat :
01° 17' - 03° 36' LS dan
101° 31' - 102° 44' BT
Umum
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan areal bekas pengusahaan hutan, namun berdasarkan penelitian, kawasan ini masih memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Kawasan ini memiliki ekosistem hutan dataran rendah yang masih tersisa di Provinsi Riau, bahkan hutan dataran rendahnya memiliki peringkat tertinggi dalam biodiversitas.
Penunjukan kawasan seluas ± 38.576 ha sebagai Taman Nasional Tesso Nilo merupakan langkah awal untuk dapat mewujudkan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo seluas ± 185.000 ha yang akan menjadi habitat bagi kepentingan perlindungan dan pelestarian Gajah Sumatera di masa mendatang.
Sejarah Kawasan
- Tahun 1986 areal hutan di Provinsi Riau seluas ± 9.456.160 Ha ditunjuk sebagai kawasan hutan, diantaranya terdapat Kelompok Hutan Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu yang berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas.
- Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo seluas kurang lebih 38.576 Ha, merupakan areal HPH PT. Inhutani IV (eks HPH PT. Dwi Marta) yang telah dicabut izinnya oleh Menteri Kehutanan pada Agustus 2003, sebagai persiapan penunjukan kawasan konservasi Tesso Nilo.
- Tahun 2004, Menteri Kehutanan merubah fungsi sebagian Kawasan Hutan Produksi terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau seluas ± 38.576 ha menjadi Taman Nasional Tesso Nilo.
Fisik
Geologi dan Tanah
Menurut Verstappen (1973), bagian Timur kawasan taman nasional berupa rawa dataran rendah, sedangkan bagian Baratnya adalah dataran rendah. Kondisi litologinya dicirikan oleh bahan organik semi lapuk yang berasal dari gambut tropis zaman kuarter dan batuan pasir Kaolinit, batuan liat serta tufa asam yang sudah mengalami proses pelapisan sedimen dari zaman kuarter (Lamonier, 1997). Penggolongan tanah oleh USDA, jenis tanah yang mendominasi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo ini adalah Tropohemist (sekarang Haplohemist) dan Paleudults.
Topografi
Taman Nasional Tesso Nillo mempunyai topografi relatif datar dan sedikit bergelombang dengan kemiringan 10° - 15° dan ketinggian tempat 100 - 200 m dpl.
Iklim
Tipe iklim di kawasan ini sangat basah dengan jumlah curah hujan tahunan 2000 - 3000 mm.
Biotik
Flora
Flora Taman Nasional Tesso Nilo merupakan perwakilan ekosistem transisi dataran rendah dan tinggi dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantaranya terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku dalam setiap hektarnya. Berbagai jenis flora yang dilindungi dan terancam punah terdapat juga di taman nasional ini, seperti kayu bata (Irvingia malayana), kempas (Koompasia malaccensis), jelutung (Dyera costulata), kayu kulim (Scorodocorpus borneensis), tembesu (Fagraea fragrans), gaharu (Aquilaria malaccensis), ramin (Gonystylus bancanus), keranji (Dialium spp), meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus spp), dan beberapa jenis durian (Durio spp).
Disamping tumbuhan di atas, di taman nasional ini juga terdapat tidak kurang 82 jenis tumbuhan obat. Patalo/pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah salah satu tumbuhan obat yang populer sebagai obat kuat, biasanya akarnya dicampur dengan janin kijang yang diambil dari kandungan induknya kemudian direndam dalam alkohol. Patalo bumi ini juga biasa digunakan untuk obat malaria.
Jenis tumbuhan obat lainnya diantanya, kunyik bolai (Zingiber purpureum), jarangau (Acorus calamus), lengkuas putih (Alpina galanga), aka bulu (Argyreia capitata), sundik langit (Amorphopalus sp), dan akar kayu kuning (Lepionurus sylvestris) yang merupakan obat penyakit kuning.
Fauna
Faunanya terdiri dari 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, 3 jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia, 18 jenis amfibia dan berbagai jenis serangga.
Mamalia; antara lain harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarcos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus), babi hutan (Sus spp.), tapir (Tapirus indicus), dan bajing (Callosciurus spp).
Primata; antara lain owa (Hylobates agilis), lutung simpai (Presbytis femoralis), dan beruk (Macaca nemestrina),
Burung; antara lain beo Sumatera (Gracula religiosa), burung kipas (Rhipidura albicollis), elang ular (Spilornis cheela), alap-alap capung (Microchierax fringillarius), kuau (Argusianus argus), burung udang pungung merah (Ceyx rufidorsa), julang jambul hitam (Aceros corrugatus), kangkareng hitam (Anorrhinus malayanus), rangkok badak (Buceros rhinoceros), ayam hutan (Gallus gallus), dan betet ekor panjang (Psittacula longicauda).
Reptil; antara lain ular kawat/ular hitam (Ramphotyphlops braminus), ular kopi (Elaphe flavolineata), Ular picung air (Xenochrophis trianguligerus), ular cabe kecil (Maticora intestinalis), ular sendok , ular kobra (Ophiphagus hannah), sanca sawah (Python reticulatus), ular gendang/phyton darah sumatera (Python curtus), dan buaya sinyulong (Tomistoma schlegeleii).
Amphibia; antara lain katak serasah berbintik (Leptobrachium hendricksoni), kodok buduk sungai (Bufo asper), kodok buduk (B. melanostictus), katak lekat (Kalophrynus pleurostigma), percil bintil (Microhyla heymonsi), katak sawah (Fejervarya cancrivora), katak kangkung (Limnpnectes malesianus), katak batu (L. macrodon), bancet rawa sumatera (Occodozyga sumatrana), kongkang kolam (Rana chalconota), kongkang gading (R. erythraea), kongkang kasar (R. glandulosa), kongkan racun (R. hosii), kongkang jangkrik (R. nicobariensis), dan kongkang sungai totol (R. signata).
Ikan; Jenis ikan yang paling melimpah adalah ikan pantau (Rasbora bankanensis). Jenis ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan konsumsi yang terkenal di daerah Riau dan Jambi. Ikan julung-julung (Hemirhampodon), dan ikan segitiga (Rabora heteromorpha) merupakan ikan hias.
Wisata
Tujuan utama penunjukan taman nasional ini adalah sebagai pusat habitat gajah sumatera, namun demikian potensi wisata alam masih cukup besar diantaranya atraksi kehidupan gajah liar itu sendiri, melihat panorama hutan dan atraksi satwa.
Cara mencapai lokasi
Akses ke Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau sangat mudah dan banyak alternatif. Dapat dicapai dengan pesawat udara, dan darat. Kawasan hutan Tesso Nilo dapat ditempuh melalui jalan darat dari Kota Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau selama ± 5 jam melalui jalan koridor, yaitu jalan logging yang digunakan untuk mengangkut kayu tebangan.
Pengelolaan
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan taman nasional baru yang pengelolaannya sementara diselenggarakan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam Riau sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Luas : ± 38.576 Ha
Letak :
Provinsi Riau, Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu
Koordinat :
01° 17' - 03° 36' LS dan
101° 31' - 102° 44' BT
Peta Taman Nasional Tesso Nilo |
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan areal bekas pengusahaan hutan, namun berdasarkan penelitian, kawasan ini masih memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Kawasan ini memiliki ekosistem hutan dataran rendah yang masih tersisa di Provinsi Riau, bahkan hutan dataran rendahnya memiliki peringkat tertinggi dalam biodiversitas.
Penunjukan kawasan seluas ± 38.576 ha sebagai Taman Nasional Tesso Nilo merupakan langkah awal untuk dapat mewujudkan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo seluas ± 185.000 ha yang akan menjadi habitat bagi kepentingan perlindungan dan pelestarian Gajah Sumatera di masa mendatang.
Sejarah Kawasan
- Tahun 1986 areal hutan di Provinsi Riau seluas ± 9.456.160 Ha ditunjuk sebagai kawasan hutan, diantaranya terdapat Kelompok Hutan Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu yang berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas.
- Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo seluas kurang lebih 38.576 Ha, merupakan areal HPH PT. Inhutani IV (eks HPH PT. Dwi Marta) yang telah dicabut izinnya oleh Menteri Kehutanan pada Agustus 2003, sebagai persiapan penunjukan kawasan konservasi Tesso Nilo.
- Tahun 2004, Menteri Kehutanan merubah fungsi sebagian Kawasan Hutan Produksi terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau seluas ± 38.576 ha menjadi Taman Nasional Tesso Nilo.
Fisik
Geologi dan Tanah
Menurut Verstappen (1973), bagian Timur kawasan taman nasional berupa rawa dataran rendah, sedangkan bagian Baratnya adalah dataran rendah. Kondisi litologinya dicirikan oleh bahan organik semi lapuk yang berasal dari gambut tropis zaman kuarter dan batuan pasir Kaolinit, batuan liat serta tufa asam yang sudah mengalami proses pelapisan sedimen dari zaman kuarter (Lamonier, 1997). Penggolongan tanah oleh USDA, jenis tanah yang mendominasi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo ini adalah Tropohemist (sekarang Haplohemist) dan Paleudults.
Topografi
Taman Nasional Tesso Nillo mempunyai topografi relatif datar dan sedikit bergelombang dengan kemiringan 10° - 15° dan ketinggian tempat 100 - 200 m dpl.
Iklim
Tipe iklim di kawasan ini sangat basah dengan jumlah curah hujan tahunan 2000 - 3000 mm.
Biotik
Flora
Flora Taman Nasional Tesso Nilo merupakan perwakilan ekosistem transisi dataran rendah dan tinggi dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantaranya terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku dalam setiap hektarnya. Berbagai jenis flora yang dilindungi dan terancam punah terdapat juga di taman nasional ini, seperti kayu bata (Irvingia malayana), kempas (Koompasia malaccensis), jelutung (Dyera costulata), kayu kulim (Scorodocorpus borneensis), tembesu (Fagraea fragrans), gaharu (Aquilaria malaccensis), ramin (Gonystylus bancanus), keranji (Dialium spp), meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus spp), dan beberapa jenis durian (Durio spp).
Disamping tumbuhan di atas, di taman nasional ini juga terdapat tidak kurang 82 jenis tumbuhan obat. Patalo/pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah salah satu tumbuhan obat yang populer sebagai obat kuat, biasanya akarnya dicampur dengan janin kijang yang diambil dari kandungan induknya kemudian direndam dalam alkohol. Patalo bumi ini juga biasa digunakan untuk obat malaria.
Jenis tumbuhan obat lainnya diantanya, kunyik bolai (Zingiber purpureum), jarangau (Acorus calamus), lengkuas putih (Alpina galanga), aka bulu (Argyreia capitata), sundik langit (Amorphopalus sp), dan akar kayu kuning (Lepionurus sylvestris) yang merupakan obat penyakit kuning.
Fauna
Faunanya terdiri dari 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, 3 jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia, 18 jenis amfibia dan berbagai jenis serangga.
Mamalia; antara lain harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarcos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus), babi hutan (Sus spp.), tapir (Tapirus indicus), dan bajing (Callosciurus spp).
Primata; antara lain owa (Hylobates agilis), lutung simpai (Presbytis femoralis), dan beruk (Macaca nemestrina),
Burung; antara lain beo Sumatera (Gracula religiosa), burung kipas (Rhipidura albicollis), elang ular (Spilornis cheela), alap-alap capung (Microchierax fringillarius), kuau (Argusianus argus), burung udang pungung merah (Ceyx rufidorsa), julang jambul hitam (Aceros corrugatus), kangkareng hitam (Anorrhinus malayanus), rangkok badak (Buceros rhinoceros), ayam hutan (Gallus gallus), dan betet ekor panjang (Psittacula longicauda).
Reptil; antara lain ular kawat/ular hitam (Ramphotyphlops braminus), ular kopi (Elaphe flavolineata), Ular picung air (Xenochrophis trianguligerus), ular cabe kecil (Maticora intestinalis), ular sendok , ular kobra (Ophiphagus hannah), sanca sawah (Python reticulatus), ular gendang/phyton darah sumatera (Python curtus), dan buaya sinyulong (Tomistoma schlegeleii).
Amphibia; antara lain katak serasah berbintik (Leptobrachium hendricksoni), kodok buduk sungai (Bufo asper), kodok buduk (B. melanostictus), katak lekat (Kalophrynus pleurostigma), percil bintil (Microhyla heymonsi), katak sawah (Fejervarya cancrivora), katak kangkung (Limnpnectes malesianus), katak batu (L. macrodon), bancet rawa sumatera (Occodozyga sumatrana), kongkang kolam (Rana chalconota), kongkang gading (R. erythraea), kongkang kasar (R. glandulosa), kongkan racun (R. hosii), kongkang jangkrik (R. nicobariensis), dan kongkang sungai totol (R. signata).
Ikan; Jenis ikan yang paling melimpah adalah ikan pantau (Rasbora bankanensis). Jenis ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan konsumsi yang terkenal di daerah Riau dan Jambi. Ikan julung-julung (Hemirhampodon), dan ikan segitiga (Rabora heteromorpha) merupakan ikan hias.
Wisata
Tujuan utama penunjukan taman nasional ini adalah sebagai pusat habitat gajah sumatera, namun demikian potensi wisata alam masih cukup besar diantaranya atraksi kehidupan gajah liar itu sendiri, melihat panorama hutan dan atraksi satwa.
Cara mencapai lokasi
Akses ke Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau sangat mudah dan banyak alternatif. Dapat dicapai dengan pesawat udara, dan darat. Kawasan hutan Tesso Nilo dapat ditempuh melalui jalan darat dari Kota Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau selama ± 5 jam melalui jalan koridor, yaitu jalan logging yang digunakan untuk mengangkut kayu tebangan.
Pengelolaan
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan taman nasional baru yang pengelolaannya sementara diselenggarakan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam Riau sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola
Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau
Jl. Raya Pekanbaru, Bangkinang KM. 8,5 Kotak Pos 1048
PEKAN BARU - RIAU
Telp. 0761 - 63135 - 64053
Fax. 0761 - 63135
Sumber :
Kementerian Kehutanan RI
No comments:
Post a Comment