Taman Nasional Lore Lindu

TAMAN NASIONAL 
LORE LINDU


Dasar Penetapan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 646/Kpts-II/1999
Tanggal 23 Juni 1999

Luas : ± 217.991,18 Ha

Letak :
Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara) dan Kabupaten Donggala (Kecamatan Palolo, Kulawi, Sigi Biromaru dan Dolo).

Koordinat :
119° 57' - 120° 22' BT dan
01° 03' - 01° 58' LS

Umum
Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu dari lima kawasan konservasi terpenting di wilayah Timur Indonesia. Kawasan ini merupakan habitat bagi 80% burung endemik Sulawesi dan mewakili 90% dari keanekaragaman mamalia darat, serta sumber air dari Danau Lindu dimana setiap tahunnya telah menyumbang jutaan dolar bagi perekonomian Propinsi Sulawesi Tengah

Peta Taman Nasional Lore Lindu
Kawasan Lore Lindu juga memiliki banyak tempat-tempat peninggalan megalith dari jaman pra sejarah, baik di dalam maupun sekitar kawasannya, oleh karena itu UNESCO menetapkan kawasan ini sebagai World Heritage Site.

Karena keunikan, kekayaan keanekaragaman hayatinya, keindahannya, serta arti pentinya bagi masyarakat, maka banyak organisasi internasional menganugerahkan status istimewa pada Taman Nasional Lore Lindu ini, antara lain:
1. Sebagai Cagar Biosfer (World Heritage Site) oleh UNESCO,
2. Sebagai Nominasi Lokasi Warisan Dunia,
3. Sebagai Kawasan Burung Endemik.
4. Sebagai Pusat Keanekaragaman Hayati,
5. Sebagai Kawasan Ekologi Global 2000, dan
6. Sebagai salah satu Pusat Penelitian di Sulawesi Tengah.

Sejarah Kawasan
1. Kawasan Taman Nasional Lore Lindu berasal dari tiga fungsi kawasan konservasi, yaitu:
a. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian Tahun 1973.
b. Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian Tahun 1978.
c. Suaka Margasatwa Lore Lindu (perluasan Lore Kalamanta) yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian Tahun 1981
2. Pertama kali pemberian status bagi Taman Nasional Lore Lindu adalah pada tahun 1982 bertepatan dengan Konggres Ketiga Taman Nasional Dunia di Bali. Luas pada saat pengumuman ini adalah 231.000 Ha.
3. Pengumuman tersebut kemudian diperluas dengan penunjukan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1993 menjadi 229.000 Ha
4. Kawasan ini kemudian ditetapkan oleh Menteri pada tahun 1999 dengan luas 217.991,18 Ha sebagai Taman Nasional Lore Lindu.

Hutan Taman Nasional Lore Lindu
Fisik
Geologi dan Tanah

Taman Nasional Lore Lindu terletak di antara 2 patahan utama yang terdapat di Sulawesi Tengah. Pada daerah pegunungan, umumnya berasal dari batuan asam seperti Gneisses, Schists dan Granit yang memiliki sifat peka terhadap erosi.

Formasi lakustrin banyak ditemukan di bagian Timur taman nasional dan umumnya merupakan dataran danau atau berawa. Bahan endapan berasal dari campuran batuan sedimen, metamorpfosa dan granit.

Bagian Barat banyak ditemukan formasi aluvium yang umumnya membentuk kipas aluvial/koluvial. Daerah ini juga banyak ditemukan teras-teras yang bertingkat.

Strata dan sedimen yang ditemukan kawasan Taman Nasional Lore Lindu yaitu ;
- Kompleks Gumbasa: komponen utama dari ikatan ini adalah batuan metamorphic dan termasuk granit gneissic, diorit bneissic, gneiss dan schist.
- Kls Unit Batuan Latimojong
- Ineba Vulkanik
- Tpkg Kambuno Granit
- Tmpi (g) Batuan Intrusif
- TQpm Unit Batuan Napu
- Qp Unit Batuan Pakuli
- Ql Deposit Lacustrine

Keadaan tanah di Taman Nasional Lore Lindu dan sekitarnya, umumnya bervariasi dari yang belum berkembang (Entisol), sedang berkembang (Inseptisol) sampai yang sudah berkembang (Alfisol), serta sebagian kecil Ultisol.

Kedalaman solum tanah umumnya dangkal sampai sedang, terutama di daerah daratan, sedang di daerah perbukitan ditemukan solum dangkal sampai dalam dengan tekstur lempung berpasir. Tanah dangkal pada umumnya ditemukan pada pinggir sungai (tanggul sungai) dan bagian perbukitan pegunungan yang curam.

Pada bagian Timur taman nasional, tanah relatif belum berkembang sampai sedang berkembang, antara lain Typic Troporthen, Typic Eutropepth, Typic Tropoquept, Andic troporthent (dalam jumlah sedikit), dan Fluventic Eutotropeth (dalam jumlah sedikit).

Pada bagian Barat tanah-tanahnya antara lain Typic Troporthent dan Fluventic Eutropept, Typic Eutropept, Lythic Eutropept, dan atau Lytic tropopept.

Topografi
Taman Nasional Lindu berada pada ketinggian 300 sampai dengan lebih dari 2.000 m dpl, dengan puncak tertinggi Gunung Nokilalaki (2355 m dpl) dan Gunung Tokosa/Rorekatimbu (2.610 m dpl). Lembah atau dataran yang relatif luas terdapat di Lembah Palolo, Lindu, Napu, Bada, dan Kulawi.

Berdasarkan analisi peta topografi, berikut adalah kondisi kelerengan keseluruhan kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
- datar (0-8%) seluas 7 %
- landai (8-15%) seluas 6%
- agak curam (15-25%) seluas 15%
- curam (25-45%) seluas 4%
- sangat curam(> 45%) sekitar 68%.

Iklim
Curah hujan disekitar Taman Nasional Lore Lindu bervariasi dan tidak merata sepanjang tahun. Fontannel dan Chanterfort (1978, dalam RPTN Lore Lindu) melaporkan bahwa rata-rata curah hujan tahunan secara umum berada diatas 3.000 mm. Bahkan pada bulan-bulan kering, terutama di wilayah pada ketinggian 1000 m dpl atau lebih, curah hujan masih tinggi. Suhu maksimum pada kisaran 26° hingga 35° C, sedangkan suhu minimumnya pada kisaran 12° hingga 17° C. Kelembaban udara rata-rata 98% dan kecepatan angin rata-rata 3,6 km per jam.

Benda Pra Sejarah di Taman Nasional Lore Lindu
Hidrologi
Taman Nasional Lore Lindu adalah kawasan tangkapan air yang besar, dan merupakan sumber air bagi dua sungai besar yaitu sungai Gumbasa di bagian Utara yang bergabung dengan sungai Palu di bagian Barat serta sungai Lariang di bagian Timur, Selatan, dan Barat. Fungsi hidrologis ini sangat besar manfaatnya bagi masyarakat sekitar kawasan dan Sulawesi Tengah umumnya.

Biotik
Vegetasi
Delapan vegetasi utama yang dapat dijumpai adalah :
1. Rawa ; Tumbuhan yang dapat dijumpai antara lain: Pandan, Dacrydium sp., Sagu, Burmannia disticha, Anggrek besar yang tumbuh di tanah (Phaius tankervilleae), Nepenthes sp., Rhododendron
2. Hutan monsoon ; Tumbuhan yang mendominasi antara lain: Pteros-permum cf. Diversifolium. Belum ada survei mengenai hutan monsoon ini.
3. Dataran rendah ; Tanaman yang dijumpai a.l: Artocarpus vriesianus, Elmerillia ovalis dan beberapa jenis dari Dipterocarpaceae.
4. Pegunungan Rendah ; Kawasan ini didominasi famili Sapotacese dan Fagaceae, namun ditemukan pula jenis Acer niveum, Bruinsmia styracea, Santiria sp. yang merupakan karakteristik sub-tipe-hutan ini. Pohon-pohon palem (Calamus sp.) dan tumbuhan kayu merambat juga umum ditemui.
Pohon-pohon berdiameter lebih besar dari 60 cm banyak ditemui dan kanopinya tersusun secara baik, tertutup dan berlapis-lapis. Pegunungan ; Tipe hutan ini dicirikan adanya jenis Castanopsis accuminatissima (nama lokal: kaha) yang membentuk hampir 60-70% daritempat mereka hidup dan dapat dikenali secara mudah. Beberapa jenis lainnya adalah Tristania whiteana, Calophyllum sp. Jenis Myrtus ditemui pada tempat yang lebih tinggi dan terbatas pada wilayah-wilayah yang lebih kering. Podocarpus neriifolia dan Dacrydium imbricatus dapat memiliki tingkat dominasi cukup tinggi pada saat kaha tidak ditemui.
5. Pegunungan tinggi ; Tumbuhan yang dapat ditemui antara lain : Dawnosia, tumbuhan bambu kecil (Begonia spp., Elatostema spp, Cyrtandra spp., Agathis celebica, Ternstroemis, Lithocarpus spp., Phyllocladus hypophyllus)
6. Hutan semak belukar ; Tanaman yang banyak dijumpai adalah pohon-pohon ramping, serta memiliki daun kecil, seperti: Rhododendron sp. Phyllocladus hypophyllus, Burmania sp., Nepenthes.
7. Hutan awan ; Tumbuhan yang dijumpai berupa lumut dan pohon kecil jamur dan alga yang menutupi batang, ranting dan daun dari pohon-pohon yang ada. Selain itu dijumpai pula Eugenis spp., Weinmannia descombesiana, beberapa genus Theacea.
8. Anthropogenik

Fauna
Burung ; Sampai tahun 2002 tercatat 225 jenis burung dalam Taman Nasional Lore Lindu, termasuk 78 endemik Sulawesi serta 46 jenis termasuk jenis langka. Berdasarkan data yang ada, Lore Lindu merupakan habitat bagi 80% jenis burung endemik dan 82% jenis langka di Sulawesi. Jenis burung yang sangat terkenal diantaranya burung Maleo, dan Enggang paruh merah.

Fauna Krabuku
Mamalia ; 77 jenis mamalia besar maupun kecil tercatat di Taman Nasional Lore Lindu, termasuk diantaranya 47 endemik di Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu juga merupakan tempat tinggal bagi 89% jenis mamalia Sulawesi. Beberapa contoh mamalia antara lain: Anoa, Babirusa, Monyet boti, Krabuku (tarsius), Musangcoklat.

Ikan, Reptil dan Amphibi ; Informasi mengenai ikan di Taman Nasional Lore Lindu sangat sedikit. Sedangkan penelitian tentang reptil mencatat adanya 24 jenis dari 13 famili dan 21 jenis amphibia.

Terdapat empat kelompok penduduk asli, yaitu : Bada, Behoa, Perkurehau dan Kaili. Struktur sosial secara tradisional dalam keempat kelompok memiliki hierarki yang kuat dengan struktur tipikal: ningrat, penasehat dan para pemimpin, rakyat biasa, dan budak. Dari sebanyak 61 desa yang ada di sekitar Taman Nasional Lore Lindu terdapat 68.377 orang (survei 2001). Mata pencaharian penting masyarakat tersebut adalah: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, hewan ternak/ayam/ikan, kerajinan tangan, produk-produk hutan (kayu, rotan) dan buruh musiman dan paruh waktu (burun tani, memandu, membantu para ilmuwan). Mayoritas hasil pertaniannya untuk digunakan sehari-hari.

Peninggaalan Pra Sejarah di Taman Nasional Lore Lindu
Wisata
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :
1. Lembah Besoa ; Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
2. Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada ; Bersampan dan Pengamatan Satwa Burung
3. Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu ; Melihat berbagai batu megalit.
4. G.Nokilalaki, G. Rorekatimbo, Sungai Lariang ; Pendakian, berkemah dan arung jeram.
5. Danau Lewuto ; melihat peninggalan mayat Moradino.
6. Dongi-dongi, Kamarora ; Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.
Musim kunjungan terbaik : bulan Juli sampai September.

Cara mencapai Lokasi :
Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat : Palu-Kamarora (50 Km) lama perjalanan 2,5 jam; Palu-Wuasa (100Km) 5 jam; Wuasa-Besoa (50 Km) 4 jam; dan Palu-Kulawi (80Km) 6 jam. Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun berkuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama 3 hari dan Saluki (Sidoanta)-danau Lindu selama 1 hari.

Pengelolaan
Taman Nasional Lore Lindu dikelola oleh Balai Taman Nasional Lore Lindu sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Mitra Kerja
Mitra kerja yang ada pada saat ini adalah : The Nature Conservancy, Care, Forum Mitra Taman Nasional Lore Lindu.

Alamat Pengelola Kantor
Balai Taman Nasional Lore Lindu d/a.
Jl. Mawar No. 10 Palu - SULAWESI TENGAH
Telp. 0451 - 423608 Fax. 0451 - 423608
Email : Lore_Lindu@wasantara.net.id
Sumber : Kementerian Kehutanan RI 

No comments:

Post a Comment

Flag Counter