DESA TINUKARI, PINTU GERBANG GUNUNG MEKONGGA
Kabupaten Kolaka Utara terletak di ujung paling utara
Provinsi Sulawesi Tenggara yang beribukota di Lasusua. Kabupaten ini secara
definitive telah berpisah dari Kabupaten Kolaka sejak tahun 2003. Hamparan
pegunungan mendominasi 85 % wilayah Kabupaten Kolaka Utara dan sisanya
merupakan wilayah garis pantai yang sempit. Kondisi ini menjadikan kawasan
pemukiman penduduk hanya berada di sepanjang jalan trans Sulawesi yang
mengikuti alur pesisir.
Sebagian
besar penduduk Kolaka Utara merupakan pendatang dari wilayah Sulawesi Selatan
yang sudah berpuluh-puluh tahun berhijrah ke tanah kolaka. Bersama penduduk
asli kolaka yaitu suku Tolaki Mekongga, mereka sudah menjadi satu kesatuan
masyarakat Kolaka Utara yang bahu membahu dalam segala aspek kehidupan. Antara
penduduk lokal dan pendatang sudah saling berasimilasi sejak dahulu, sehingga
karakteristik budaya dan tradisi sudah saling membaur. Kondis demikianlah yang
menjadi kekuatan sosial kemasyarakatan sehingga Kab. Kolaka Utara hari ini
begitu pesat perkembangan pembangunannya.
Sebagai
daerah yang didominasi oleh pegunungan yang sejuk, masyarakat Kolaka Utara
sejak dahulu menyandarkan sumber kehidupannya pada sektor perkebunan dan
pertanian. Sejak beberapa tahun silam bahkan sampai saat ini sektor perkebunan
memegang peranan penting dalam kekuatan ekonomi masyarakat. Ribuan hektar
tanaman kakao pasti kita akan jumpai di seluruh desa di sepanjang jalan dari
perbatasan Kab. Kolaka sampai perbatasan Prov. Sulawesi Selatan. Berpuluh ribu
ton biji kakao yang sudah dihasilkan oleh perkebunan di Kolaka Utara. Para
petani sudah mendapatkan manfaat kesejahteraan dari usaha perkebunan kakao.
Desa Tinukari
Jika
orang awam mendengar tentang Kolaka Utara, pastilah hanya kakao saja yang akan
terbesit dipikiran mereka. Mungkin juga orang akan menyebut Permandian
Tamborasi dengan sungai terpendek di dunianya. Jika nama Desa Tinukari yang
disebut, pastilah orang akan kebingungan tidak tau tentang, dimana tempat itu
?.
Seperti
halnya desa-desa lainnya di Kab. Kolaka Utara, Desa Tinukari tidak jauh berbeda
kondisinya dengan desa lain. Kondisi dan suasananya sangat mencerminkan keadaan
masyarakat yang dinominasi oleh aktifitas perkebunan. 95 % masyarakat Desa
Tinukari merupakan petani kebun. Lahan-lahan perkebunan sudah bisa kita
saksikan bahkan dari pekarangan rumah warga sampai ke puncak-puncak bukit.
Sebuah sungai besar membatasi Desa Tinukari dan Desa Maroko. Sungai ini bernama
Sungai Ranteangin yang aliran sungainya dari hulu ke hilir membelah puluhan
pengunungan di Kolaka Utara.
|
Mungkin
nama Desa Tinukari kurang familiar dikalangan umum, akan tetapi bagi kalangan
pencinta alam, Desa Tinukari diibaratkan sebuah Kampung Pencinta Alam yang telah
disambangi oleh ribuan Pendaki Gunung dari seluruh Indonesia bahkan dari
mancanegara. Setiap tahun, ratusan pendaki gunung dipastikan hadir di disini
untuk menguji adreanlin dalam berpetualangan menaklukkan Gunung Mekongga.
Perlu
anda ketahui bahwa, Desa Tinukari merupakan pintu gerbang untuk mencapai puncak
Gunung Mekongga. Salah satu titik di Desa Tinukari merupakan atap tertinggi
dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kab. Kolaka Utara didominasi oleh
hamparan pegunungan Tangkelemboke dan Pegunungan Mekongga. Kedua pegunungan ini
sambung menyambung dan membentuk ratusan bukit-bukit yang mengalir sungai di
lembah-lembahnya. Bukit-bukit yang berderet dan bertingkat-tingkat membentang
ratusan mil jauhnya. Bukit yang tertinggi dari hamparan pegunungan tersebut
merupakan atap dari pegunungan mekongga dan juga merupakan atap dari Sulawesi
Tenggara.
Sungai Mosembo, Desa Tinukari Photo By : Harry Pallawa |
BERSAMBUNG <<<<
No comments:
Post a Comment