Home » » Taman Nasional Gunung Merbabu

Taman Nasional Gunung Merbabu

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 135/Kpts-II/2004
Tanggal 4 Mei 2004
Luas : ± 5.725 hektar
Letak : Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Magelang (sebelah Barat), Semarang (sebelah Utara) dan
Boyolali (sebelah Timur)
Koordinat :
110°26'22" BT dan
7°27'13" LS
Peta Taman Nasional Gunung Merbabu
Umum
Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan salah satu perwakilan ekosistem hutan tropis pegunungan, dan habitat dari beberapa hidupan liar yang langka, seperti macan tutul (Panthera pardus), dan elang jawa (Spizaetus bartelsi).
Bagi masyarakat disekitar taman nasional, kawasan ini mempunyai arti yang penting, karena demikian dekatnya hubungan masyarakat terhadap gunung Merbabu. Hubungan itu tidak saja karena kawasan ini merupakan sumber air yang menggerakan perekonomian masyarakat yang pada umumnya petani, tetapi lebih dari itu terdapat hubungan sosiokultural yang terkait aspek supranatural yang unik.
 
Sejarah Kawasan
- Tahun 1999, dalam Peta Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah kawasan Gunung Merbabu ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung dan taman wisata alam.
- Tahun 2004, Menteri kehutan merubah fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merbabu seluas ± 5.725 Ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Semarang dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, menjadi Taman Nasional Gunung Merbabu.

Fisik
Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi, kawasan Gunung Merbabu diklasifikasikan menjadi 6 zona geoekologi, yaitu :
1. zona geoekologi I (wilayah Sobleman - Kecritan)
Zona ini dicirikan oleh bentuk lahan lereng atas berbatuan piroklastik yang mengalami pengikisan yang kuat. Batuan induknya bersifat lepas-lepas sehingga membentuk formasi akuifer yang kurang mampu menahan air.

2. zona geoekologi II (wilayah Damar - Ngablak)
Zona ini masih termasuk lereng atas batuan piroklasik namun tidak mengalami pengikisan yang kuat. Pada zona ini batuannya lebih kompak didasari oleh aliran lava, sehingga lebih mampu menyimpan air. Pada wilayah ini banyak ditemukan mata air dengan debit yang cukup besar, dan kawasan inilah yang mendukung Kali Sofi mampu mengalirkan air sepanjang tahun.

3. zona geoekologi III (wilayah Kopeng - Ngaduman)
Pada zona ini secara morfometri tidak dijumpai pola alur rapat, namun berupa lembah-lembah dalam dan bukit-bukit/gunung. Bentuk lahan masih didominasi oleh lereng atas macam batuan dengan batuan induk aliran lava yang tidak mengalami pengikisan kuat. Bentuk lahan demikian menunjukan terbentuknya litostratigrafi kompak, sedangkan secara hidrogeologis memiliki permeabilitas sekunder yang berupa sesar dan pecahan-pecahan lava sebagai media masuknya air hujan ke dalam formasi akuifer, sehingga di lapangan banyak dijumpai mata air dengan debit air yang cukup bahkan pada musim kemarau.

4. zona geoekologi IV (wilayah Sidorejo - Ngargoloka)
Zona ini bantuan volkannya lepas-lepas dan tidak terkikis kuat. Zona ini merupakan daerah bayangan hujan, sehingga tidak mempunyai tenaga potensial pengangkut materi vulkan secara fluvial, kecuali banjir pada waktu-waktu tertentu. Kondisi demikian menyebabkan sifat hidrogeologis dari formasi akuifer kurang mampu mundukung ketersediaan air tanah. merupakan bentuk lahan lereng atas yang terdiri dari batuan piroklasik yang tidak terkikis kuat

5. zona geoekologi V (wilayah Ngagrong - Selowangan)
Zona merupakan bentuk lahan lereng atas dengan batuan aliran lava dan pecahan-pecahan batuan lava. Dan formasi akuifernya mampu menyimpan air tanah, sehingga banyak ditemukan mata air dengan debit cukup tinggi.

6. zona geoekologi VI (wilayah Denokan - Jrakah)
Zona ini memiliki kondisi bentuk lahan lereng atas dari batuan piroklasik yang mengalami pengikisan sedang dan merupakan peralihan antara kondisi bentang lahan di wilayah Selo dan wilayah Sobleman. Terdapat pola alur-alur dari frekuensi dan kerapatan aliran sedang hingga rapat. Kawasan ini juga mampu menyimpan air tanah yang cukup.

Topografi
Topografi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu mulai landai hingga bergunung dan berbukit dan di beberapa bagian terdapat lereng-lereng yang cukup terjal >30% dengan titik tertinggi mencapai 3.142 meter dari permukaan laut.

Biotik
Tipe ekosistem ;
- Tipe Hutan Pegunungan Bawah (1.000 - 1.500 m dpl);
- Tipe Hutan Pegunungan Atas (1.500 - 2.400 m dpl);
- Tipe Hutan Pegunungan Sub Alpin (2.400 - 3.142 m dpl)

Flora
Tumbuhan yang terdapat di kawasan ini, antara lain pinus (Pinus merkusii), akasia (Acacia decuren), bintami (Cupressus sp), suren (Toona sureni), nangka (Artocarpus integra), waru (Hibiscus sp), kayu manis (Cynamomum burmanii), cengkeh (Syzigium aromaticum), alpokat (Persea americana), sengon (Albizia falcata), cemara gunung (Casuarina montana), puspa (Schima wallichii), dan bambu apus (Gigantochloa apus).

Fauna
Mamalia; antara lain macan tutul (Panthera pardus), kijang (Muntiacus muntjak), musang (Herpates javanica), landak (Hystrix sp), luwak (Paradoxurus hermaproditus), lutung kelabu (Presbytis fredericae). lutung hitam (Tracypithecus auratus), dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Burung; antara lain elang hitam (Ichtinaetus malayensis), alap-alap sawah (Falco peregrinus), kutilang (Pynnonotus aurigaster), bentet (Lanius schach), caladi/pelatuk ulam (Picoides macei), sepah gunung (Pericrocotus miniatus), sepah hutan (P. flammeus), rajaudang biru/tetengkek (Halcyon chloris), srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus), ayam hutan (Gallus varius), kipasan gunung (Rhipidura perlata), cinenen kelabu (Orthotomus sepium), tekukur (Streptopelia chinensis), dan punglor/burung kacamata gunung (Zosterops montanus).

Wisata
Kekayaan panorama alam dan budaya yang didukung oleh akses yang relatif mudah untuk menuju berbagai lokasi yang memiliki potensi-potensi wisata alam, menjadikan Taman Nasional Gunung Merbabu sangat potensial dikembang sebagai daerah tujuan wisata alam.

Beberapa lokasi yang telah berkembang sebagai tujuan wisata, diantaranya:
Wisata Alam ;
- Taman Wisata Alam Tuk Songo ; terdapat sumber air panas. Lokasinya terletak di daerah tujuan wisata Kopeng.
- Ketep Pass ; terdapat Musium Volkanologi dan merupakan tempat yang cocok untuk melihat panorama dan gejala alam gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
- Tracking Gunung Merbabu (Desa Selo Kecamatan Selo, Desa Lencoh Kecamatan Selo, dan Desa Tekelan Kopeng)

Wisata Budaya ;
Bagi wisatawan minat khusus (pendaki gunung), Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung di Jawa Tengah yang menantang untuk ditaklukan.

Disamping itu budaya tradisional masyarakat sekitar yang beraneka ragam, seperti kesenian Kuda Lumping, Jathilan, dan Ketoprak serta nilai-nilai tradisional masyarakatnya yang masih tetap terpelihara, merupakan potensi yang akan meningkatkan nilai pariwisata di sekitar Gunung Merbabu.

Fasilitas yang ada diantaranya jalur-jalur pendakian, homestay yang dikelola masyarakat dan hasil-hasil pertanian masyarakat sekitar kawasan yang bisa menjadi "buah tangan" bagi para wisatawan.

Cara mencapai lokasi :
Ada beberapa cara untuk menuju Taman Nasional Merbabu, yaitu melalui;
- Kecamatan Sawangan ; Semarang - Magelang - Sawangan (95 km)
- Kecamatan Pakis: Semarang - Magelang - Pakis (95 km)
- Kecamatan Ngablak: Semarang - Magelang - Ngablak (97 km)

Pengelolaan
Taman Nasional Gunung Merbabu adalah taman nasional yang baru saja ditunjuk pada tahun 2004, sehingga belum memiliki unit pengelola sendiri dan pengelolaannya masih diselenggarakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Alamat Pengelola
Kantor Balai KSDA Jawa Tengah
Jl. Menteri Supeno I No.2 Lantai IV
Semarang 50243 JAWA TENGAH
Telp. 024 - 8414750 - Fax. 024 - 8417020

Sumber : Kementerian Kehutanan RI

No comments:

Post a Comment

Flag Counter