Home » » Taman Nasional Meru Betiri

Taman Nasional Meru Betiri

TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 277/Kpts-VI/Um/1997
Tanggal 31 Maret 1997
Luas : ± 58.000 Ha
Letak : Provinsi Jawa Timur, Kab. Jember (± 37.585 Ha), dan Banyuwangi (± 20.415 Ha).
Koordinat :
113° 37' - 113° 58' BT dan
08° 21' - 08° 34' LS
Peta Taman Nasional Meru Betiri
Umum
Taman Nasional Meru Betiri telah lama dikenal sebagai habitat terakhir harimau loreng Jawa (Panthera tigris sondaica), salah satu satwa liar paling dilindungi yang sangat terancam punah. Hingga saat ini, satwa tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi sehingga beberapa pakar memperkirakan macan loreng tersebut telah punah.
Taman nasional ini merupakan kawasan yang mempunyai formasi vegetasi lengkap. Dari sebelas tipe vegetasi di jawa lima diantaranya terdapat di kawasan Meru Betiri. Kondisinya relatif masih lengkap dan asli, sehingga memungkinkan beraneka ragam jenis fauna hidup dan berkembang. Beberapa tumbuhan langka, seperti Rafflesia zolengeriana dan Balanop fungosa dapat hidup dan berkembang di kawasan ini. Sementara itu penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu lekang secara rutin menetaskan telurnya di pantai kawasan ini.

Sejarah Kawasan :
- Tahun 1931, Kawasan hutan Meru Betiri ditetapkan sebagai hutan lindung oleh pemerintah Belanda dan dikuatkan kembali pada tahun 1938.
- Tahun 1972, Hutan Lindung Meru Betiri ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri Pertanian seluas 50.000 Ha dengan prioritas perlindungan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) beserta habitatnya.
- Tahun 1982 , Kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 Ha oleh Pertanian dengan memasukkan dua enclave perkebunan (Perkebunan Sukamade dan Bandealit) seluas 2.155 Ha dan kawasan hutan lindung sebelah utara serta perairan laut sepanjang pantai selatan seluas 845 Ha.
- Tahun 1982, Suaka Margasatwa Meru Betiri dinyatakan sebagai Calon Taman Nasional oleh Menteri Pertanian.
- Tahun 1997 , Menteri Kehutanan menetapkan Kawasan Meru Betiri seluas 58.000 Ha sebagai Taman Nasional dan pengelolaannya di bawah Balai Taman Nasional Meru Betiri

Fisik
Geologi dan Tanah
Berdasarkan hasil survey John Seidenticker dkk tahun 1976, di dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri sedikitnya terdapat 3 (tiga) jenis tanah yaitu Aluvial, Regosol, dan Latosol. Tanah di bagian selatan merupakan campuran tanah Mediteran Kuning dan yang kurang subur, sedangkan di bagian utara tanahnya subur karena mengandurg batuan vulkanik. Tanah Alluvial umumnya dijumpai di daerah tembah dan tempat rendah sampai daerah pantai, sedangkan tanah Regosol dan Latosol umumnya terdapat di lereng dan puncak gunung.

Menurut Suganda dkk (1992), geologi kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdiri dari:
1. Aluvium yaitu: Kerakal, kerikil, pasir dan Iumpur.
2. Formasi Sukamade yaitu: Batu lempung bersisipan batu lanau dan batu berpasir.
3. Formasi Puger yaitu: Batu gunung terumbu bersisipan breksi batu gunung dan batu gamping hutan.
4. Formasi Batu Ampar yaitu: Perselingan batu pasir dan batu lempung bersisipan tuf, breksi dan konglomerat
5. Anggota Batugamping Formasi Meru Betiri yaitu: Batugamping, batugamping tufan dan napal.
6. Formasi Meru Betiri yaitu: Perselingan breksi gunung api, lava dan tuf, terpropilitkan
7. Formasi Mandiku yaitu: Breksi gunung api dan tuf breksi berkomporien andesit dan basal bersisipan tuf.
8. Batuan Terobosan yaitu: Granodiorit, diorit dan dasit.

Aluvium, forrnasi sukamade, formasi puger, formasi batu ampar dan anggota batugamping formasi meru betiri berasal dan batuan endapan permukaan dan batuan sendimen. Untuk formasi meru betiri dan formasi mandiku berasal dan batuan gunung api. Sedangkan batuan terobosan berasal dan batuan terobosan.
Aluvium terbentuk pada zaman holosan kuartier, formasi batu ampar terbentuk pada zaman oligosen, formasi mandiku dan formasi puger terbentuk pada zaman akhir miosen tersier, batuan terobosan terbentuk pada zaman tengah miosen tersier sedangkan formasi meru betiri, formasi sukamade, anggota batu gamping formasi meru betiri terbentuk pada zaman awal miosen tersier.

Topografi
Secara umum kondisi topografi kawasan Taman Nasional Meru Betiri bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian 1.223 meter di atas permukaan Iaut. Gunung yang terdapat di Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu adalah Gunung Rika (535 mdpl), Gunung Guci (329 mdpl), Gunung Alit (534 mdpl), Gunung Gamping (538 mdpl), Gunung Sanen (437 mdpl), Gunung Butak (609 mdpl), Gunung Mandilis (844 mdpl), dan Gunung Menu (290 mdpl). Sedangkan Gunung yang terdapat di Seksi Konservasi Wilayah I Sarongan adalah Gunung Betini (1.192 mdpl) yang menupakan gunung tertinggi, Gunung Gendong (840 mdpl), Gunung Sukamade (338 mdpl), Gunung Sumbadadung (418 mdpl), G. Penmisan (537 mdpl), Gunung Sukamade atas (801 mdpl), Gunung Rajegwesi (160 mdpl) dan Gunung Benteng (314 mdpl).

Pada umumnya keadaan topografi di sepanjang pantai berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tebing yang curam. Sedangkan pantai datar yang berpasir hanya sebagian kecil, dari Timur ke Barat adalah Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Pantai Permisan, Pantai Menu dan yang paling Barat adalah Pantai Bandealit.

Sungai-sungai di kawasan Taman Nasional Meru Betiri antara lain Sungai Sukamade yang berair sepanjang tahun, Sungai Permisan, Sungai Menu dan Sungai Sekar Pisang yang mengalir dan bermuara di Pantai Selatan Jawa.

Iklim
Kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan daerah yang dipengaruhi oleh angin musin. Pada bulan Nopember sampai Maret bertiup angin Barat laut yang menyebabkan hujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada akhir bulan April sampai Oktober.
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan taman nasional bagian Utara dan Timur (Sukamade-Malangsani) mempunyai tipe iklim B, sedangkan bagian Selatan dan Barat mempunyai tipe iklim C. Curah hujan rata-rata 2.300 - 4.000 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 4 bulan dan bulan basah 7 bulan.

Hidrogeologi
Menunut Poespowandoyo, R.S (1981) di kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdapat air tanah dan produktifitas akifer:
(1) Akifer (bercelah atau sarang) produktifitas kecil dan daerah air tanah langka. Daerah air langka ini terdapat disebagian besar kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Akifer produktif kecil berarti umumnya keterusan air sangat rendah, air tanah setempat dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan dan batuan padu.
(2) Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir. Terdapat didaerah dataran pantai, cekungan antar gunung dan kaki gunung api.

Air setempat produktif sedang berarti akifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya, debit sumur umumnya kurang dan 5 liter/detik.
Untuk Komposisi litologi batuan dan kelulusannya, kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdiri dari:
(1) Batu gamping terumbu berlapis, dengan tingkat pembentukan karst yang beragam. Kelulusan sedang sampai tinggi
(2) Batuan volkang mengandung leusit. Kelulusan rendah sampai sedang.
(3) Aluvium endapan sungai, umumnya tersusun oleh bahan-bahan berbutir halus (Iempung lanau, dengan selinngan pasinan). Umumnya kelulusannya sedang hingga rendah.

Hidrologi
Keadaan tanah kawasan ini Taman Nasional Meru Betiri yang berbukit dan bergunung-gunung mengakibatkan terjadinya aliran-aliran sungai yang cukup banyak tersebar hampin di seluruh bagian kawasan taman nasional. Daerah aliran sungai yang utama diantara punggung-punggung gunung adalah Sungai Bandealit. Sungai Menu dan Sungai Sukamade, sedangkan di bagian timur daerah aliran sungai terdapat pantai pasir yang cukup luas, disamping tendapat pula beberapa lokasi pantai lebih sempit. Misalnya Sekarpisang, Teluk Permisan dan Nanggelan. Wilayah daerah aliran sungai yang datar sebagian besar sudah berubah menjadi kawasan-kawasan perkebunan terutama kopi, karet dan coklat. Sedangkan di bagian Timur kawasan taman nasional, terutama pada bagian lereng, yang awalnya merupakan hutan alam telah dirubah menjadi hutan jati yang cukup luas, karena iklimnya sesuai dengan tanaman jati.
Daerah aliran sungai di sebelah utara dengan sungai utamanya sungai Sanen keadaannya lebih memperihatinkan, terutama pada waktu musim penggilingan kopi. Hal ini ditandai dengan warna air sungai yang hitam akibat air sungai dipergunakan untuk merendam kopi dan kemudian dibuang ke dalam aliran sungai.
Pola aliran sungai yang berada dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri adalah pola radial yaitu anak anak sungai berasal dari pegunungan-pegunungan dan akan membentuk dan menuju suatu sungai sesuai dengan arah lerengnya.

Biotik
Taman Nasional Meru Betiri merupakan perwakilan ekosistem mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah yang ada di Pulau Jawa.
Kawasan Taman Nasional Meru Betiri memiliki lima dari sebelas tipe vegetasi yang ada di Pulau Jawa (Van Steenis). Kelima tipe vegetasi tersebut adalah vegetasi pantai, payau, rawa, hutan hujan tropika dan rheofit.
1. Vegetasi Pantai ; Vegetasi pantai dapat dijumpai di sekitar Teluk Sukamade dan Teluk Meru. Vegetasi ini terdiri dari formasi Prescaprae dan formasi Baringtonia. Formasi Prescaprae terdiri dari tumbuhan rendah yang didominasi oleh jenis herba, sebagian tumbuhan menjalar dan jenis yang paling banyak adalah ubi pantai (Ipomoea prescaprae) dan rumput lari (Spinifex squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari keben (Baringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus tectorius) dan lain-lain.
2. Vegetasi Payau ; Vegetasi ini dapat dijumpai di bagian timur Teluk Rajegwesi yang merupakan muara Sungai Lembu dan Karang tambak, Teluk Meru dan Pantai Sukamade merupakan vegetasi hutan yang tumbuh di garis pasang surut. Jenis-jenis yang mendominasi adalah bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicenia sp.) dan tancang (Bruguera sp.). Semua jenis pohon yang terdapat dalam formasi vegetasi ini mempunyai bentuk akar yang spesifik. Di muara sungai Sukamade terdapat formasi nipah (Nypa fruticans) yang baik kondisinya.
3. Vegetasi Rawa ; Vegetasi ini dapat dijumpai di belakang hutan payau Sukamade. Jenis-jenis yang banyak dijumpai diantaranya sawo kecik (Manilkara kauki), rengas (Gluta renghas), pulai (Alstonia scholaris), dan kepuh (Sterculia foetida).
4. Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah ; Sebagian besar kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri merupakan tipe vegetasi hutan hujan tropika dataran rendah. Pada tipe ini juga tumbuh banyak jenis epifit, seperti anggrek dan paku-pakuan serta liana.Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai diantaranya jenis bayur (Pterospermum sp.), winong (Tetrameles nudiflora), gondang (Ficus variegata), budengan (Diospyros cauliflora), pancal kidang (Aglaia variegata), rau (Dracontomelon mangiferum), glintungan (Bischoffia javanica), ledoyo (Dysoxylum amoroides), randu agung (Gossampinus heptaphylla), nyampuh (Litsea sp.), serta rotan warak (Plectocomia elongata) dan lainnya.
5. Rheofit ; Vegetasi ini terdapat di dataran yang digenangi oleh air sungai, diantaranya dapat dijumpai di aliran sungai Sukamade. Jenis yang tumbuh antara lain glagah (Saccharum spontaneum).

Flora
Kawasan Taman Nasional Meru Betiri terdapat 518 tumbuhan yang teridentifikasi. 239 jenis bermanfaat sebagai tumbuhan obat, diantaranya : kemukus (Piper cubeba), cabe jawa (Piper retrofractum), kedawung (Parkia roxburghii), joho lawe (Terminalia balerica), kluwek (Pangium edule), Pule pandak (Rauwolfia serpentina), widoro upas (Merremia mommosa), jati belanda (Guazuma tomentosa Kunth.), gadung (Dioscorea hispida Denn.), pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.), dan patmosari (Rafflesia zollingeriana Kds.)
Jenis flora yang khas dan endemik Meru Betiri adalah Rafflesia zollingeriana yang seperti jenis-jenis rafflesia lainnya, merupakan jenis parasit, hidupnya tergantung pada tumbuhan inang Tetrastigma sp. Jenis tumbuhan parasit lain yang khas adalah Balanophora fun gosa yang memiliki inang Ficus spp.
15 jenis tumbuhan yang dilindungi, diantaranya : Suren (Toona sureni), Pule pandak (Rauwolfia serpentina), kemiri (Aleurites moluccana), Rafflesia (Rafflesia zollingeriana), walur, sono keling (Dalbergia latifolia), dan bayur (Pterospermum javanicum) Jenis tumbuhan dominan adalah bayur (Pterospermum javanicum), bungur (Lagerstroemia speciosa), glintungan (Bischoffia javanica), segawe (Adenanthera microsperma), aren (Arenga pinnata), langsat (Langsium domesticum), bendo (Artocarpus elasticus), suren (Toona sureni), dan Durian (Durio zibethinus).
Terdapat pula vegetasi bambu seperti bambu bubat (Bambusa sp), bambu wuluh (Shizastychyum blumei), dan bambu lampen (Shizastychyum branchyladium). Beberapa jenis rotan, diantaranya rotan manis (Daemonorops melanocaetes), rotan slatung (Plectomocomia Ion gistigma), dan rotan warak (Plectomocomia elongate).
 
Fauna
Mamalia; Kawasan Taman Nasional Meru Betiri memiliki 217 jenis satwa yang terdiri dari 25 jenis mamalia. 18 jenis diantaranya dilindungi Undang-undang antara lain banteng (Bos javanicus), babi hutan (Sus sp.), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus), landak (Histryx javanica), linsang (Prionodon linsang), musang luwak (Paradoxurus sp.), macan tutul (Panthera pardus) dan kelelawar. Lutung budeng (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan kukang (Nycticebus coucang) merupakan jenis primata yang ditemukan di Kawasan Taman Nasional Meru (laporan hasil ldentifikasi Primate, 2001).
Rusa (Cervus timorensis) merupakan satwa eksotik Taman Nasional Meru Betiri.
Burung; Tercatat ada 184 jenis burung, 68 jenis diantaranya dilindungi. Beberapa jenis diantaranya dari keluarga burung paruh besar, seperti julang (Ryticeros undulatus), dan kangkareng (Anthracoceros convexus).

Berdasarkan hasil inventarisasi burung air di Taman Nasional Meru Betiri tahun 2000, dijumpai ± 14 jenis burung air, yaitu pecuk ular (Anhinga melanogaster), kuntul (Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bulbucus ibis), kuntul karang (Egretta sacra), bangau hitam (Ciconia episcopus), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), roko-roko (Plegadis falcinellus), trulek (Hiamantopus linnaeus), blekek (Limnodromus sempalmatus), trinil pantai (Tringa hypoleucos), cekakak (Todirhamphus (Halcyon) chloris), ayam-ayaman/truwok (Gallicres cinerea), dara laut jambul besar (Sterna bergii), dan cangak merah (Ardea purpurea) serta jenis lain yaitu elang laut (Haliaeetus leucogaster).

Berdasarkan identifikasi burung raptor tahun 2001 dijumpai elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular-bido (Spilornis cheela), elang laut perut putih (Haliaeetus Ieucogaster), elang hitam (Ictinaetus melayensis), elang bondol (Haliastur indus), elang brontok (Spizaetus cirrhatus), elang kelabu (Butastur indicus), sikep-madu Asia (Pernis ptiiorynchus), dan kukuk beluk (Strix Ieptogrammica). Selain itu juga terdapat alap-alap capung (Microhierax fringillarius).

Reptil; Terdapat 8 jenis Reptilia, 6 jenis diantaranya dilindungi yaitu 4 jenis penyu, seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu slengkrah (Lepidochelys olivacea), dan ular king kobra dan ular puspo kajang.

Di kawasan Taman Nasional Meru Betiri tepatnya di Pantai Sukamade, digunakan sebagai habitat bertelur begi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae), dan Penyu Slengkrah (Lapidochelys olivaceae). Di pantai tersebut telah dibangun fasilitas untuk penetasan telur dan pembesaran tukik penyu untuk kepentingan pelestariannya. Sedangkan jenis reptil lainnya yang dijumpai yaitu Biawak (Varanus salvator).

Wisata
Zona pemanfaatan intensif dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri diperuntukkan sebagai pusat pembangunan sarana/prasarana dalam rangka pengembangan pariwisata alam yang dipusatkan di Bandealit dan Sukamade.
Bandealit ; berada di wilayah Kabupaten Jember, mempunyai potensi keindahan panorama alam, agrowisata perkebunan, peninggalan sejarah/goa Jepang, turun-panjat tebing/rapling (Gunung Sodung), padang penggembalaan, dan obyek-obyek lainnya yang mempunyai ragam pesona alam yang khas. Teluk Bandealit mempunyai pantai yang landai sepanjang lebih kurang 3 km dengan pasir putih. Ombak pantainya tidak terlalu besar dan kecepatan anginya rata-rata berkisar antara 2 - 9 Knot, sehingga membuat banyak olahraga air yang dapat dilakukan di teluk ini. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain Body Board, Selancar angin (Windsurfing), Berkano dan memancing.
Fasilitas yang tersedia : pondok wisata, pondok kerja, information centre, shelter, camping ground.

Beberapa objek wisata yang sering di kunjungi antara lain :
1. Gunung Sodung ; Turun tebing merupakan kegiatan yang disenangi oleh pencinta Alam. Bukit karang kecil setinggi 100 m yang sering dipakai oleh mereka dalam kegiatan olah raga petualangan itu, disebut Gunung Sodung. Di Puncak bukitnya terdapat menara yang dimanfaatkan untuk mengamati pemandangan disekelilingnya.
2. Goa Jepang ; Goa Jepang ini terletak di ketinggian 200 m. Didepan goa terdapat tumpukan batu yang merupakan benteng perlindungan tentara Jepang bila ada perlawanan dari musuh yang akan berlabuh di pantai Bandealit.
3. Muara Timur ; kegiatan yang dapat dilakukan di muara timur seperti berkano menelusuri muara, berenang, belajar selancar angin, dan belajar berlayar.
4. Teluk Meru ; Teluk Meru dapat dicapai dari Bandealit. Ditempat ini wisatawan dapat mengamati burung, memancing dan melihat sunset. Pemandangan pantai yang indah menjadi andalan lokasi ini dan kondisi alamnya yang belum tercemar menciptakan pemandangan mempesona. yang menarik. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung antara lain : berkemah, memancing, berjemur, dan berenang.
5. Agrowisata ; Di dalam kawasan taman nasional terdapat perkebunan PT. Bandealit yang diantaranya menanam tanaman hortikultura seperti sirsak, durian, jeruk, rambutan. Komoditi ini dapat dijadikan obyek wisata-agro yang sangat menarik.

Rajegwesi ; Rajegwesi merupakan pintu gerbang masuk kawasan Taman Nasional Meru Betiri di Bagian Timur (Kabupaten Banyuwangi). Pantai Rajegwesi merupakan objek wisata pertama yang dapat dijumpai. Pantai yang berombak relatif kecil jika dibandingkan dengan pantai selatan lainnya ini, dipergunakan masyarakat sekitar kawasan untuk tempat pelabuhan kapal-kapal nelayan penangkap ikan dan sekaligus sebagai tempat pelelangan ikan.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dipantai ini seperti memancing, berenang, berperahu, menyaksikan nelayan tradisional mancari ikan dan menjualnya pada tengkulak di Tempat Pelelangan ikan.
Fasilitas yang ada di pantai rajegwesi adalah Pos tiket masuk kawasan dan Informasiton centre.
Teluk Damai dan Teluk Hijau ; Sesuai dengan namanya air laut disini tidak berwarna biru seperti layaknya air laut tetapi berwarna hijau. Aktivitas yang dapat dilakukan di Teluk Hijau diantaranya yaitu berenang, memancing, dan menikmati keindahan pasir putih. Di dekat lokasi ini terapat Goa Jepang dan didepan Goa disediakan tempat parkir kendaraan .
Di sekitar Teluk Hijau dapat dijumpai pohon Aren. Buahnya bulat beruntai (bergerombol) dan dikenal dengan nama kolang-kaling. Ijuknya biasa dipakai untuk bahan pembuat sapu dan sikat lantai.
Pantai Sukamade ; Pantai Sukamade merupakan salah satu obyek wisata yang terdapat di zona pemanfaatan intensif taman nasional. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengamatan penyu bertelur, pelepasan tukik, pengamatan burung, pengamatan rafflesia, dan berkemah.
Penyu yang biasa mendarat dan bertelur di pantai Sukamade ada 4 jenis dari 6 jenis penyu yang ada di Indonesia, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivaceae), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae). Diantara penyu-penyu tersebut yang paling sering mendarat adalah penyu hijau.
Fasilitas yang terdapat di lokasi ini antara lain: Pondok Wisata, Camping Ground yang dilengkapi dengan pendopo untuk ruang pertemuan, Shelter, jalan trail wisata, information centre, laboratorium dan pondok kerja.
Obyek wisata lain yang ada di pantai sukamade adalah Hutan mangrove yang terletak di muara timur pantai Sukamade. Sungainya dapat dipakai untuk berkano sambil melakukan pengamatan burung. Burung-burung tersebut diantaranya burung Roko-Roko, Elang laut, Dara Laut dan masih banyak lagi burung burung yang dapat diamati. Pengamatan burung tersebut biasanya dilakukan sambil menunggu matahari terbenam.
Teluk Permisan ; Sukamade-Permisan merupakan jalur traking yang dapat ditempuh dalam waktu 4-5 jam. Berjalan kaki di jalan setapak ini dapat dilakukan sambil menikmati keindahan flora dan fauna yang terdapat disepanjang jalan. Pantai Permisan merupakan tempat istirahat para Pencinta Alam yang melakukan kegiatan Traking/ Lintas Meru Betiri dari Jember (Bandealit) Ke Banyuwangi (Pantai Sukamade). Aktifitas yang dilakukan: berkemah, memancing, dan pengamatan burung.
Demplot Agroforestry (7 Ha); Desa Andongrejo dan Curahnongko merupakan desa-desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Di dua desa ini terdapat kelompok TOGA yang mengolah tumbuhan obat menjadi produk jamu tradisional. Pemasaran produk jamu ini sudah merambah ke luar Jember. Di Desa Andongrejo (zona rehabilitasi) terdapat demplot agroforestry seluas 7 Ha dengan tanaman pakem, kedawung, kemiri, trembesi dan lain-lain. Demplot tersebut dibangun oleh kelompok binaan Konsorsium FAHUTAN IPB-LATIN.
Habitat Rafflesia ; Di tengah perjalanan dari pintu gerbang Andongrejo ke Bandealit terdapat habitat rafflesia (Rafflesia zolingeriana Kds.), tepatnya di Blok Krecek sekitar 8 km dari Pos Andongrejo. Lokasi ini mudah dicapai karena terletak di tepi jalan. Di lokasi ini pada waktu tertentu dapat dilakukan pengamatan proses mekarnya bunga rafflesia. Umumnya bunga rafflesia mekar sepanjang tahun dengan masa mekar selama 7 hari

Jungle track/ Tran Bandealit - Sukamade ;
Trans Bandealit-Sukamade merupakan track favorit kelompok pecinta alam untuk menjelajahi hutan hujan tropis dataran rendah. Panjang track kurang lebih 18 km dan biasa di tempuh berjalan kaki selama 3 hari dengan rute Bandealit - meru- permisan dan sukamade.
Peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh masyarakat antara lain : pemandu wisata, kerajinan (souvenir), jasa wisata lainnya, usaha perdagangan, penyewaan sarana wisata bahari, penginapan, camping ground, cafetaria, dan lain-lain.

Cara mencapai lokasi
Menuju kawasan Taman Nasional Meru Betiri dapat dicapai melalui 4 jalur jalan darat baik dari Jember maupun dari Banyuwangi yaitu :
1. Jalur Jember-Ambulu-Curahnongko-Bandealit (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Barat) sepanjang 64 km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5-2 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
2. Jalur Jember-Glenmor-Sarongan-Sukamade (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Timur) sepanjang 103 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5-4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
3. Jalur Jember-Genteng-Jajag-Pesanggaran-Saro-ngan-Sukamade sepanjang 109 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5 - 4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
4. Jalur Banyuwangi-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade sepanjang 137 Km dapat ditempuh dalam waktu 5 jam dengan kendaraan bermotor.

Pengelolaan
Taman Nasional Meru Betiri dikelola oleh Balai Taman Nasional Meru Betiri, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Dalam rangka optimalisasi fungsi dan pengelolaan kawasan telah ditetapkan sistem zonasi Taman Nasional Meru Betiri dengan pembagian zonasi sebagai berikut:
1. Zona inti seluas 27.915 Ha.
2. Zona rimba seluas 22.622 Ha.
3. Zona pemanfaatan intensif seluas 1.285 Ha.
4. Zona rehabilitasi seluas 4.023 Ha.
5. Zona penyangga seluas 2.155 Ha.

Alamat Pengelola
1. Kantor Balai Taman Nasional Meru Betiri
Jl. Sriwijaya 53 Jember 68101 - Jawa Timur
Telp. 0331 - 335535 Fax. 0331 - 321530
e-mail: meru@telkom.net

2. Kantor Seksi Konservasi Wilayah I Sarongan
Desa Sarongan, Kec. Pesanggaran, Kab. Banyuwangi.
3. Kantor Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu
Jl. Achmat Yani 85 Ambulu - Jember.
Telp. 0336 – 881369

Sumber : Kementerian Kehutanan RI

No comments:

Post a Comment

Flag Counter