Home » » Taman Nasional Gunung Merapi

Taman Nasional Gunung Merapi

TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.134/Menhut-II/2004 Tanggal 4 Mei 2004.
Luas : ± 6.410 Ha
1447,5 Ha di wilayah di Provinsi Jawa Tengah dan 1550,7 Ha di DIY.
Letak : Provinsi Jawa Tengah dan di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta
Koordinat :
110° 15' - 110° 37' BT dan
07° 22' - 07° 52' LS
Peta Taman Nasional Gunung Merapi
Umum
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan kawasan dengan ekosistem yang spesifik, yaitu kawasan hutan tropis dengan nuansa volkan (dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunung berapi). Karakteristik ekosistemnya memiliki berbagai variasi, mulai dari ekosistem montana, tropical montain forest, hutan sekunder, hingga hutan tanaman.
Gunung Merapi merupakan kawasan unik dengan kekhasan geosystem, biosystem dan sociosystem. Kawasan ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai sumber air bersih, sumber udara bersih dan kenyamanan lingkungan. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air dengan beberapa hulu sungai yang mengairi tidak saja kawasan Merapi, tetapi kawasan lain di bawahnya, sehingga Gunung Merapi sering disebut sebagai "Jantung atau Nyawa" Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara sosio kultural Gunung Merapai dipercayai memiliki keterkaitan secara supranatural dengan masyarakat Gunung Merapi. Sehingga banyak upacara ritual yang dilakukan masyarakat berkaitan dengan Gunung Merapi.

Sejarah Kawasan
- Tahun 1931, Pemerintah Belanda menetapkan kelompok hutan Gunung Merapi sebagai hutan lindung.
- Tahun 1975, Menteri Pertanian menetapkan sebagian kelompok hutan lindung tersebut di atas menjadi Cagar Alam Plawangan Turgo.
- Tahun 1984, Menteri Kehutanan merubah sebagian hutan lindung yang ada di Yogyakarta menjadi Taman Wisata Alam Plawangan Turgo.
- Tahun 1989, Menteri Kehutanan menunjuk Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo seluas 282,25 hektar yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Tahun 2004, Menteri Kehutanan merubah fungsi kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada kelompok hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 hektar, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.

Fisik
Geologi dan Tanah
Secara geologis, wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa, dan batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dan 2 fase, yaitu :
1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda, yang tersusun oleh tufa, lahar, breksi, dan lava andesitis hingga basaltis yang penyebarannya merata di seluruh wilayah Gunung Merapi, dan
2. Endapan volkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi perbukitan kecil di sekitar Gunung Merapi Muda, yang merupakan bagian dari aktivitas Gunung Merapi Tua, yaitu terdapat di bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding bagian timur kawah Gunung api Merapi (Geger Boyo).

Jenis tanahnya terdiri dari Regosol. Tanah regosol berkembang pada fisiografi berupa lereng volkan. Bahan induk tanah adalah material volkanis karena Gunung Merapi merupakan gunung yang paling aktif di Indonesia. Tanah Regosol merupakan tanah yang tergolong muda, sehingga belum mengalami perkembangan profil. Tanah ini dicirikan oleh warna tanah kelabu sampai kehitaman dengan tekstur tanah yang tergolong kasar yaitu tanah berpasir. Adapun struktur tanah juga belum terbentuk sehingga termasuk tekstur granuler.
Selain jenis tanah regosol, juga ditemukan tanah andosol. Jenis tanah ini ditemukan di kecamatan Cepogo dan kecamatan Selo. Karakteristik tanah ini dicirikan oleh tekstur geluh debuan, struktur remah atau gumpal remah, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, bahan organik sedang hingga rendah, dengan pH 5,0 - 5,5, KPK dan kejenuhan basa tinggi.

Topografi
Bentuk bentang lahan yang ada sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng Merapi bagian timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian barat dan utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai. Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke timur, yang paling sering menuju ke arah barat daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng barat akan semakin landai.
Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30º. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12º - 30º terletak pada ketinggian 750 - 1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.

Iklim
Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah hujan terendah sebesar 875 mm/tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2527 mm per tahun. Bulan basah terjadi pada bulan November sampai dengan Mei sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober.

Hidrologi
Secara umum di wilayah Gunung Merapi terdapat 3 Daerah aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Progo (bagian barat), DAS Opak (bagian tengah) dan DAS Bengawan Solo (bagian timur). Sistem sungai yang terbentuk oleh ketiga sungai besar tersebut akan membentuk tiga bagian pola aliran sungai sebagai berikut :
a. Berawal dari kerucut Gunung Merapi, anak-anak sungai menyebar membentuk pola aliran radial centrifugal,
b. Di bagian lereng kaki gunung, anak-anak sungai tersebut mengalir relatif sejajar menuruni lereng, membentuk pola sub parallel,
c. Seluruh anak sungai, masuk ke sungai utamanya di dataran alluvial kaki lereng volkanik yang membentuk pola aliran sub dendritik.

Kawasan ini juga merupakan kawasan dengan cadangan air tanah yang melimpah dan banyak dijumpai mata air yang banyak dimanfaatkan untuk irigasi, perkebunan, peternakan, perikanan, obyek wisata dan juga untuk air kemasan.

Biotik
Taman Nasional Gunung Merapi memiliki tiga zona penyusun vegetasi, yaitu :
1. Zona atas; pada zona ini berlangsung proses xyrocere, yaitu suksesi primer yang terjadi pada hutan batuan kering, sehingga vegetasinya didominasi jenis lumut, rerumputan, herba dan perdu.
2. Zona tengah, merupakan hutan alam pegunungan tropis (Tropical mountain forest)
3. Zona bawah, merupakan zona interaksi antara manusia dan alam yang vegetasinya didominasi oleh tanaman dengan pola agroforestry, yang meliputi agroforestry pola rumput-rumputan, pola komoditi komersial, pola holtikultura, pola pangan dan pola kayu-kayuan.

Flora
Pada kawasan hutan Gunung Merapi dijumpai ± 72 jenis flora. Hutan primernya didominasi oleh jenis serangan (Castanopsis argentia), hutan sekunder dan hutan tanamannya didominasi oleh jenis puspa (Schima walichii) dan pinus (Pinus merkusii). Disamping itu pada kawasan hutan ini dijumpai jenis anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor.
Jenis anggrek yang ada di kawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrobium saggitatum, D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata.
Jenis-jenis lainnya, antara lain Acacia decurens, Bambusa spp, Albizia spp, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucena galuca, L. leucoocephla, Hibiscus tiliaceus, Arthocarpus integra, Casuarina sp, Syzygium aromaticum, Melia azadirachta, Erytrina variegata, dan Ficus alba.
 
Disamping itu terdapat jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti jenis rumput, Imperata cylindrica, Panicum reptans, Antraxon typicus dan Pogonatherum paniceum.

Fauna
Potensi fauna di kawasan Gunung Merapi mencakup mamalia, reptil dan burung.
Mamalia; beberapa jenis diantaranya, yaitu macan tutul (Panthera pardus), kucing besar (Felis sp), musang (Paradoxurus hermaprodus), bajing (Laricus insignis), bajing kelapa (Colosciurus notatusi), kera ekor panjang (Macaca fascilcularis), lutung kelabu (Presbytis fredericae), babi hutan (sus scrofa , S. vittatus), kijang (Muntiacus muntjak), dan rusa (Cervus timorensis)
Burung; Hasil inventarisasi tahun 2001 diketahui bahwa kawasan Gunung Merapi memiliki 99 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik, antara lain elang jawa (Spizaetus bartelsi), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), burung madu gunung (A. eximia), cabai gunung (Dicaeum sanguinolenium), cekakak gunung (Halcyon cyanoventris), Gemak (Turnix silvatica) dan serindit jawa (Loriculus pusilus). Beberapa jenis lainnya, seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), jalak suren (Strurnus contra), betet (Psittacula alexandri), alap-alap macan (Falco severus) , elang bido (Spilornis cheela), dan walet gunung (Collocalia volcanorum).
Reptil; Jenis reptil, antara lain ular sowo (Dytas coros), ular gadung (Trimeresurus albobabris) dan bunglon (Goneocephalus sp.)

Wisata
Taman Nasional Gunung Merapi memiliki potensi wisata bernuansa volkan yang sangat luar biasa. Beberapa tempat dan atraksi yang dapat dinikmati dan dikembangkan di kawasan ini, antara lain;
1. Kawasan puncak merapi; Terdapat empat buah kawah, yaitu Pasar Bubar, Pusung London, Kawah 48 dan Kawah 46, dengan lima buah lapangan fumarola, yaitu Woro I, II, III dan Gendol A dan B. Di kawasan ini dapat disaksikan atraksi erupsi gunung berapi.
2. Lokasi Wonoleko; Atraksi panorama air terjun yang indah.
3. Area Jalur Treking Kinahrejo - Tlogo muncar; Pemandangan hutan tropika pegunungan dengan kekayaan flora dan fauna yang bernuansa volkan.
4. Tlogo Muncar dan Tlogo Putri; Penomena alam air terjun dengan tempat pemandian dan alam yang indah. Bagi masyarakat tempat ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena mereka percaya bahwa Tlogo Muncar diyakini pernah digunakan mandi Putri Dewi Condokirono dari Kerajaan Majapahit.
5. Arboretum di kaliurang; Arboretum ini mengkoleksi jenis-jenis tumbuhan asli (endogeneus) dan exotic, khususnya pinus.
6. Bukit Turgo; merupakan jalan setapak dengan pemandangan keanekaragaman hayati. Pada kawasan merupakan tujuan ziarah karena terdapat makam Syeh Jumadil Qubra, dan juga terdapat Gua Jepang serta Ledik Paku.
7. Bukit Plawangan; Bukit Plawangan hampir sama dengan Bukit Turgo memiliki pemandangan alam yang indah dan di puncaknya terdapat Gua Jepang yang mudah dicapai dengan berjalan kaki.
8. Kawasan Kaliurang; Di kawasan ini banyak terdapat lahan milik yang dikelola secara intensif, sangat cocok untuk kegiatan agrowisata.
9. Lembah Sungai Boyong - Kali Urang barat; Kekhasan daerah ini adalah adanya landsekap lembah sungai yang merupakan sisa-sisa endapan pirolastik aliran/endapan awan panas (wedus gembel), sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata minat khusus.
10. Desa Tradisional Turgo; Dapat menyaksikan kehidupan tradisional masyarakat jawa khususnya Yogyakarta mencerminkan keselarasan dengan lingkungan alamnya.
11. Asitektur Tradisional Jawa; Rumah tradisi jawa mempunyai nilai-nilai religius (sakral) yang tinggi. Setiap bagian dibuat selalu mempunyai makna yang berlandaskan pada hubungan manusia dengan sang pencipta.
12. Kepercayaan masyarakat; Masyarakat Gunung Merapi terutama bagian Selatan (Yogyakarta dan sekitarnya) percaya bahwa Gunung Merapi dan segala dinamikanya sangat terkait dengan misteri dan fenomena supranatural, sehingga masyarakat tradisional Gunung Merapi banyak melakukan ritual-ritual/selamatan yang berhubungan dengan Gunung Merapi, antara lain selamatan labuhan, selamatan menghadapi bahaya merapi, selamatan malam Selasa Kliwon dan Jum'at Kliwon, selamatan ternak dan masih banyak lagi. Ritual-ritual inipun merupakan daya tarik sendiri bagi para wisatawan karena memberikan pengalaman yang tidak dijumpai di tempat lain.

Pengelolaan
Taman Nasional Gunung Merapi adalah taman nasional yang baru saja ditunjuk pada tahun 2004 lalu, sehingga belum memiliki unit pengelola sendiri dan pengelolaannya masih dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam DI Yogyakarta, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Sementara ini, obyek-obyek wisata yang ada di Taman Nasional Gunung Merapi dikelola oleh berbagai instansi meliputi Dinas pariwisata, Dinas Kehutanan, Perum Perhutani, Swasta, dan masyarakat/Desa.

Alamat Pengelola
Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta
Jln. Gedong Kuning 172 A Lt.2 Yogyakarta 55171 Telp./Fax : +62-0274-373324

Sumber : Kementerian Kehutanan RI

No comments:

Post a Comment

Flag Counter