TAMAN NASIONAL
KELIMUTU
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 679/Kpts-II/1997
Tanggal 10 Oktober 1997.
Luas : ± 5.356,50 Ha
Letak :
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Ende-Flores, mencakup lima wilayah Kecamatan, yaitu : Detusoko, Wolowaru, Ndona, Ndona Timur dan Kelimutu.
Koordinat :
08° 43' - 08° 48' LS dan
121° 44' - 121° 51' BT.
Umum
Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai keunikan dan nilai estetika sangat tinggi. Dalam kawasan ini terdapat tiga buah danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Masing-masing danau tersebut mempunyai warna yang berbeda-beda serta selalu berubah warnanya dari waktu-kewaktu. Danau Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua) dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) letaknya saling berdekatan dan danau Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung) yang letaknya agak berjauhan dengan kedua danau sebelumnya.
Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, yang melatarbelakangi kawasan Gunung Kelimutu dijadikan taman nasional adalah terdapatnya beberapa jenis satwa endemik serta adanya habitat 19 jenis burung yang terancam punah. Burung-burung tersebut antara lain punai flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), kancilan flores (Pachycephala nudigula), elang flores (Spizeatus floris), dan tesia timor (Tesia everetti).
Sejarah Penunjukkan :
1. Tahun 1992, kawasan hutan Gunung Kelimutu di tunjuk sebagai Taman Nasional.
2. Tahun 1997, kawasan Taman Nasional Kelimutu di kukuhkan statusnya oleh Menteri Kehutanan dengan luas 5.356,50 Ha.
Fisik
Geologi dan Tanah
Daratan Flores merupakan bagian dari jalur pegunungan vulkanik yang berawal dari ujung utara Sumatera, bersambung ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Flores, Alor dan berakhir di Laut Banda. Kondisi lapisan tanah di Flores tergolong muda dan labil. Mungkin kedua hal inilah yang menyebabkan sering terjadi gempa baik tektonik maupun vulkanik di Pulau Flores. Tanah di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari tanah regosol, mediteran dan latosol. Sedangkan formasi geologinya terdiri dari batuan basa menengah, batuan berasam kersik dan efusive berasam kersik.
Topografi
Topografi Taman Nasional Kelimutu bervariasi dari bergelombang ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan atau lereng yang sangat terjal dan curam, terutama pada dinding-dinding dan areal sekitar danau. Topografi yang bergelombang berat umumnya terdapat di bagian Selatan kawasan.
Ketinggian
Ketinggian kawasan Taman Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 meter dpl. Ketinggian maksimum terdapat di puncak Gunung Kelibara, yakni mencapai 1.731 m dpl dan puncak Gunung Kelimutu 1.690 m dpl.
Iklim
Kabupaten Ende beriklim tropis. Suhu Udara rata-rata 21°C di pagi hari dan 31°C di siang hari. Musim hujan terjadi antara bulan Desember-April dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 sampai 1.500 mm per tahun. Mei sampai November merupakan bulan musim kemarau.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson tipe iklim Taman Nasional Kelimutu termasuk tipe iklim B dengan nilai Q = 22,2.
Biotik
Secara umum ekosistem yang terdapat di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri atas beberapa tipe yaitu :
1. Ekosistem Kawah
2. Ekosistem Hutan Alam
3. Ekosistem Rawa
4. Ekosistem Padang Rumput
5. Ekosistem Hutan Buatan
Flora
Beberapa tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain kayu mata (Albizia montana), kebu (Homalanthus giganteus), tokotaka (Putranjiva roxburghii), uwi rora (Ardisia humilis), longgo baja (Drypetes subcubica), toko keo (Cyrtandra sp.), kayu deo (Trema cannabina), kelo (Ficus villosa), jabon (Anthocephalus cadamba), cemara gunung (Casuarina junghuniana), ampupu (Eucalyptus urophylla), beringin (Ficus benjamina), pulai (Alstonia sp), kayu merah (Pterocarpus sp), kesi dan hue (Eucalyptus alba), Edelweis dan Vaccinium.
Fauna
Burung ; Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat dari sekitar 19 jenis burung yang terancam punah, diantaranya ; punai Flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), kancilan Flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia crassirostris), cabai emas (Dicaeum annae), kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), burung madu matari (Nectarinia solaris), burung hantu Wallacea (Otus silvicola), dan elang Flores (Spizaetus floris).
Mamalia ; Dari empat jenis mamalia endemik taman nasional ini, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung, yaitu Bunomys naso dan Rattus hainaldi. Jenis lain yang dapat dijumpai antara lain kijang (Muntiacus muntjak), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus).
Wisata
Kawasan ini memiliki keunikan dan nilai astetika yang menarik yaitu dengan adanya tiga buah danau berwarna dan berada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dpl). Danau pertama bernama Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua), danau kedua bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dan danau ketiga bernama Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung). Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 500 meter di bagian Barat.
Ketiga kawah/danau tersebut menurut kepercayaan masyarakat setempat dipercaya sebagai tempat tinggal arwah para leluhur mereka. Setiap orang di Kabupaten Ende terutama Suku Lio percaya bahwa setiap orang yang mati maka arwahnya akan masuk ke dalam salah satu dari tiga danau/kawah tersebut tergantung dari usia dan perbuatan orang tersebut ketika masih hidup. Tiwu Ata Mbupu (danau arwah orang tua) dipercaya sebagai tempat arwah orang tua yang semasa hidupnya berbuat baik, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dipercaya sebagai tempat arwah muda-mudi, sedangkan Tiwu Ata Polo (danau tukang tenung) dipercaya sebagai tempat arwah yang semasa hidupnya berbuat jahat.
Kekayaan alam yang dimiliki Taman Nasional Kelimutu juga ditunjang oleh seni budaya berupa rumah adat, tarian tradisional dan kerajinan tenun ikat yang merupakan ciri khas masyarakat setempat. Pembuatan tenun ikat sangat menarik perhatian pengunjung, karena didasari oleh seni dan imajinasi yang sangat tinggi dan berbeda dengan pembuatan tenun ikat lainnya di Indonesia.
Kekayaan budaya masyarakat Ende lainnya berupa rumah dan upacara-upacara adat yang masih terpelihara dengan baik. Masyarakat Ende sejak turun temurun sudah diwarisi budaya bangunan adat dengan nilai artistik yang unik, hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah adat Ende dan Lio yang cukup artistik. Rumah adat ini berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan upacara adat yang terkait dengan kelahiran, perkawinan, kematian, pertanian, pemeliharaan ternak, perang, dan sebagainya.
Rumah-rumah adat yang menarik untuk dikunjungi adalah Koanara dan Wiwipemo (Kecamatan Kelimutu), Nggela, Tenda dan Wolojita (Kecamatan Wolojita), Wolotopo, Ngalupolo, Onelako, Puutuga, Roga dan Sokoria (Kecamatan Ndona).
Upacara Adat
Menurut Bernardus Dei (Mosalaki Desa Wolotopo), upacara adat yang sering dilakukan oleh Suku Lio antara lain :
1. Tu Tau ; Upacara sebelum tanam dan sebelum panen hasil. Upacara Tu Tau ini terdiri atas ;
- Tu Tau Tedo : Upacara menjelang tanam, yang biasanya dilakukan pada bulan Oktober.
- Tu Tau Keti : Upacara menjelang panen, yang biasanya dilakukan pada bulan Januari / Pebruari.
2. Gaga Jala ; Upacara membersihkan jalan untuk memulai upacara adat,upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Maret.
3. Wari Pare ; Upacara untuk jemur padi yang umumnya dilaksanakan pada bulan April / Mei.
4. Dhu Kibi ; Upacara tumbuk emping padi
5. Nai Keu ; Upacara untuk petik sirih, pinang dan kelapa. Untuk upacara petik sirih dan pinang dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali yaitu pada bulan Pebruari, sedangkan upacara petik kelapa dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali (Maret, Juni, September dan Desember).
6.Riwu Benu ; Kegiatan mengantar padi dan emping padi
7. Wa'u Tosa ; Kegiatan/upacara tumbuk padi untuk upacara adat, biasanya dilaksanakan pada bulan September / Oktober.
8. Pu Keu dan Pu Uwi ; Upacara pemberian makan kepada Mosalaki di Keda. Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada saat musim panen pinang dan ubi
9. Ia Keu ; Upacara pembukaan main tandak selama satu malam yang dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Oktober.
10. Nggera Kibi ; Upacara untuk membongkar padi dalam lumbung/bakul besar untuk dibagikan kepada masyarakat adat/ana kalo fai walu. Upacara ini dilaksana kan pada bulan Oktober.
11. Po'o Teu ;Upacara masak nasi dengan menggunakan bambu sebagai alat masaknya (bambu diisi beras kemudian dibakar). Upacara ini dilaksanakan pada bulan Oktober.
12. Poke Gaku ; Upacara untuk mengusir tikus (menyanyi dengan syair tertentu/adat sambil memukul bambu).
13. Pire/Pantang/Puasa (Pire Ngii Te'u) ; Pantang selama 7 (tujuh) hari, tidak boleh melakukan kegiatan apapun di kebun.
Cara mencapai lokasi
Untuk mencapai Taman Nasional Kelimutu ada beberapa jalur yang dapat ditempuh, baik melalui lintasan udara, laut maupun darat.
Jalur Udara
1. Jakarta-Denpasar-Bima-Ende, (1 minggu 2 kali).
2. Jakarta-Denpasar-Maumare, (1 minggu 3 kali).
3. Kupang-Ende, (1minggu 2 kali).
4. Kupang-Maumere, (1 minggu 3 kali).
Jalur Laut
1. Denpasar (Benoa)-Waingapu-Ende dengan milik PELNI, (2 minggu 1 kali)
2. Surabaya (Tanjung Perak)-Badas-Labuan Bajo-Waingapu-Ende dengan kapal milik PELNI, (2 minggu 1 kali).
3. Surabaya (Tanjung Perak)-Ende, dengan kapal laut milik perusahaan swasta, (1 minggu 1kali).
4. Kupang-Ende, dengan kapal milik PELNI, (2 minggu 2 kali)
5. Kupang-Ende, dengan kapal fery cepat milik perusahaan swasta, (1 minggu 2 kali)
6. Kupang-Ende, dengan kapal feri biasa milik ASDP, (1 minggu 2 kali).
Jalur Darat
Taman Nasional Kelimutu dapat ditempuh dari hampir setiap kota kabupaten yang ada di Flores dengan menggunakan kendaraan roda empat. Untuk pengunjung dari arah barat dapat ditempuh dengan melalui kota Ende terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan ke Moni dengan jarak ± 53 km. Sedangkan yang dari arah timur dengan melalui kota Maumere, kemudian dilanjutkan ke Moni dengan jarak ± 80 km. Selanjutnya dari Moni ke Taman Nasional Kelimutu ± 13 km.
Pengelolaan
Taman Nasional Kelimutu dikelola oleh Balai Taman Nasional Kelimutu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola
Kantor Balai Taman Nasional Kelimutu
Jl. Achmad Yani No. 34 Ende Flores,
Nusa Tenggara Timur
Telp. No. (0381) 22478
Sumber : Kementerian Kehutanan RI
Koordinat :
08° 43' - 08° 48' LS dan
121° 44' - 121° 51' BT.
Peta Taman Nasional Kelimutu |
Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai keunikan dan nilai estetika sangat tinggi. Dalam kawasan ini terdapat tiga buah danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Masing-masing danau tersebut mempunyai warna yang berbeda-beda serta selalu berubah warnanya dari waktu-kewaktu. Danau Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua) dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) letaknya saling berdekatan dan danau Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung) yang letaknya agak berjauhan dengan kedua danau sebelumnya.
Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, yang melatarbelakangi kawasan Gunung Kelimutu dijadikan taman nasional adalah terdapatnya beberapa jenis satwa endemik serta adanya habitat 19 jenis burung yang terancam punah. Burung-burung tersebut antara lain punai flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), kancilan flores (Pachycephala nudigula), elang flores (Spizeatus floris), dan tesia timor (Tesia everetti).
Sejarah Penunjukkan :
1. Tahun 1992, kawasan hutan Gunung Kelimutu di tunjuk sebagai Taman Nasional.
2. Tahun 1997, kawasan Taman Nasional Kelimutu di kukuhkan statusnya oleh Menteri Kehutanan dengan luas 5.356,50 Ha.
Fisik
Geologi dan Tanah
Daratan Flores merupakan bagian dari jalur pegunungan vulkanik yang berawal dari ujung utara Sumatera, bersambung ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Flores, Alor dan berakhir di Laut Banda. Kondisi lapisan tanah di Flores tergolong muda dan labil. Mungkin kedua hal inilah yang menyebabkan sering terjadi gempa baik tektonik maupun vulkanik di Pulau Flores. Tanah di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari tanah regosol, mediteran dan latosol. Sedangkan formasi geologinya terdiri dari batuan basa menengah, batuan berasam kersik dan efusive berasam kersik.
Topografi
Topografi Taman Nasional Kelimutu bervariasi dari bergelombang ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan atau lereng yang sangat terjal dan curam, terutama pada dinding-dinding dan areal sekitar danau. Topografi yang bergelombang berat umumnya terdapat di bagian Selatan kawasan.
Ketinggian
Ketinggian kawasan Taman Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 meter dpl. Ketinggian maksimum terdapat di puncak Gunung Kelibara, yakni mencapai 1.731 m dpl dan puncak Gunung Kelimutu 1.690 m dpl.
Iklim
Kabupaten Ende beriklim tropis. Suhu Udara rata-rata 21°C di pagi hari dan 31°C di siang hari. Musim hujan terjadi antara bulan Desember-April dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 sampai 1.500 mm per tahun. Mei sampai November merupakan bulan musim kemarau.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson tipe iklim Taman Nasional Kelimutu termasuk tipe iklim B dengan nilai Q = 22,2.
Biotik
Secara umum ekosistem yang terdapat di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri atas beberapa tipe yaitu :
1. Ekosistem Kawah
2. Ekosistem Hutan Alam
3. Ekosistem Rawa
4. Ekosistem Padang Rumput
5. Ekosistem Hutan Buatan
Flora
Beberapa tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain kayu mata (Albizia montana), kebu (Homalanthus giganteus), tokotaka (Putranjiva roxburghii), uwi rora (Ardisia humilis), longgo baja (Drypetes subcubica), toko keo (Cyrtandra sp.), kayu deo (Trema cannabina), kelo (Ficus villosa), jabon (Anthocephalus cadamba), cemara gunung (Casuarina junghuniana), ampupu (Eucalyptus urophylla), beringin (Ficus benjamina), pulai (Alstonia sp), kayu merah (Pterocarpus sp), kesi dan hue (Eucalyptus alba), Edelweis dan Vaccinium.
Fauna
Burung ; Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat dari sekitar 19 jenis burung yang terancam punah, diantaranya ; punai Flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), kancilan Flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia crassirostris), cabai emas (Dicaeum annae), kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), burung madu matari (Nectarinia solaris), burung hantu Wallacea (Otus silvicola), dan elang Flores (Spizaetus floris).
Mamalia ; Dari empat jenis mamalia endemik taman nasional ini, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung, yaitu Bunomys naso dan Rattus hainaldi. Jenis lain yang dapat dijumpai antara lain kijang (Muntiacus muntjak), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus).
Wisata
Kawasan ini memiliki keunikan dan nilai astetika yang menarik yaitu dengan adanya tiga buah danau berwarna dan berada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dpl). Danau pertama bernama Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua), danau kedua bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dan danau ketiga bernama Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung). Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 500 meter di bagian Barat.
Ketiga kawah/danau tersebut menurut kepercayaan masyarakat setempat dipercaya sebagai tempat tinggal arwah para leluhur mereka. Setiap orang di Kabupaten Ende terutama Suku Lio percaya bahwa setiap orang yang mati maka arwahnya akan masuk ke dalam salah satu dari tiga danau/kawah tersebut tergantung dari usia dan perbuatan orang tersebut ketika masih hidup. Tiwu Ata Mbupu (danau arwah orang tua) dipercaya sebagai tempat arwah orang tua yang semasa hidupnya berbuat baik, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dipercaya sebagai tempat arwah muda-mudi, sedangkan Tiwu Ata Polo (danau tukang tenung) dipercaya sebagai tempat arwah yang semasa hidupnya berbuat jahat.
Kekayaan alam yang dimiliki Taman Nasional Kelimutu juga ditunjang oleh seni budaya berupa rumah adat, tarian tradisional dan kerajinan tenun ikat yang merupakan ciri khas masyarakat setempat. Pembuatan tenun ikat sangat menarik perhatian pengunjung, karena didasari oleh seni dan imajinasi yang sangat tinggi dan berbeda dengan pembuatan tenun ikat lainnya di Indonesia.
Kekayaan budaya masyarakat Ende lainnya berupa rumah dan upacara-upacara adat yang masih terpelihara dengan baik. Masyarakat Ende sejak turun temurun sudah diwarisi budaya bangunan adat dengan nilai artistik yang unik, hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah adat Ende dan Lio yang cukup artistik. Rumah adat ini berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan upacara adat yang terkait dengan kelahiran, perkawinan, kematian, pertanian, pemeliharaan ternak, perang, dan sebagainya.
Rumah-rumah adat yang menarik untuk dikunjungi adalah Koanara dan Wiwipemo (Kecamatan Kelimutu), Nggela, Tenda dan Wolojita (Kecamatan Wolojita), Wolotopo, Ngalupolo, Onelako, Puutuga, Roga dan Sokoria (Kecamatan Ndona).
Upacara Adat
Menurut Bernardus Dei (Mosalaki Desa Wolotopo), upacara adat yang sering dilakukan oleh Suku Lio antara lain :
1. Tu Tau ; Upacara sebelum tanam dan sebelum panen hasil. Upacara Tu Tau ini terdiri atas ;
- Tu Tau Tedo : Upacara menjelang tanam, yang biasanya dilakukan pada bulan Oktober.
- Tu Tau Keti : Upacara menjelang panen, yang biasanya dilakukan pada bulan Januari / Pebruari.
2. Gaga Jala ; Upacara membersihkan jalan untuk memulai upacara adat,upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Maret.
3. Wari Pare ; Upacara untuk jemur padi yang umumnya dilaksanakan pada bulan April / Mei.
4. Dhu Kibi ; Upacara tumbuk emping padi
5. Nai Keu ; Upacara untuk petik sirih, pinang dan kelapa. Untuk upacara petik sirih dan pinang dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali yaitu pada bulan Pebruari, sedangkan upacara petik kelapa dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali (Maret, Juni, September dan Desember).
6.Riwu Benu ; Kegiatan mengantar padi dan emping padi
7. Wa'u Tosa ; Kegiatan/upacara tumbuk padi untuk upacara adat, biasanya dilaksanakan pada bulan September / Oktober.
8. Pu Keu dan Pu Uwi ; Upacara pemberian makan kepada Mosalaki di Keda. Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada saat musim panen pinang dan ubi
9. Ia Keu ; Upacara pembukaan main tandak selama satu malam yang dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Oktober.
10. Nggera Kibi ; Upacara untuk membongkar padi dalam lumbung/bakul besar untuk dibagikan kepada masyarakat adat/ana kalo fai walu. Upacara ini dilaksana kan pada bulan Oktober.
11. Po'o Teu ;Upacara masak nasi dengan menggunakan bambu sebagai alat masaknya (bambu diisi beras kemudian dibakar). Upacara ini dilaksanakan pada bulan Oktober.
12. Poke Gaku ; Upacara untuk mengusir tikus (menyanyi dengan syair tertentu/adat sambil memukul bambu).
13. Pire/Pantang/Puasa (Pire Ngii Te'u) ; Pantang selama 7 (tujuh) hari, tidak boleh melakukan kegiatan apapun di kebun.
Cara mencapai lokasi
Untuk mencapai Taman Nasional Kelimutu ada beberapa jalur yang dapat ditempuh, baik melalui lintasan udara, laut maupun darat.
Jalur Udara
1. Jakarta-Denpasar-Bima-Ende, (1 minggu 2 kali).
2. Jakarta-Denpasar-Maumare, (1 minggu 3 kali).
3. Kupang-Ende, (1minggu 2 kali).
4. Kupang-Maumere, (1 minggu 3 kali).
Jalur Laut
1. Denpasar (Benoa)-Waingapu-Ende dengan milik PELNI, (2 minggu 1 kali)
2. Surabaya (Tanjung Perak)-Badas-Labuan Bajo-Waingapu-Ende dengan kapal milik PELNI, (2 minggu 1 kali).
3. Surabaya (Tanjung Perak)-Ende, dengan kapal laut milik perusahaan swasta, (1 minggu 1kali).
4. Kupang-Ende, dengan kapal milik PELNI, (2 minggu 2 kali)
5. Kupang-Ende, dengan kapal fery cepat milik perusahaan swasta, (1 minggu 2 kali)
6. Kupang-Ende, dengan kapal feri biasa milik ASDP, (1 minggu 2 kali).
Jalur Darat
Taman Nasional Kelimutu dapat ditempuh dari hampir setiap kota kabupaten yang ada di Flores dengan menggunakan kendaraan roda empat. Untuk pengunjung dari arah barat dapat ditempuh dengan melalui kota Ende terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan ke Moni dengan jarak ± 53 km. Sedangkan yang dari arah timur dengan melalui kota Maumere, kemudian dilanjutkan ke Moni dengan jarak ± 80 km. Selanjutnya dari Moni ke Taman Nasional Kelimutu ± 13 km.
Pengelolaan
Taman Nasional Kelimutu dikelola oleh Balai Taman Nasional Kelimutu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola
Kantor Balai Taman Nasional Kelimutu
Jl. Achmad Yani No. 34 Ende Flores,
Nusa Tenggara Timur
Telp. No. (0381) 22478
Sumber : Kementerian Kehutanan RI
No comments:
Post a Comment