TAMAN NASIONAL BALURAN
Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 279/Kpts-VI/1997
Tanggal 23 Mei 1997
Luas : ± 25.000 Ha
Letak : Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Koordinat :
07° 29' - 07° 55' LS dan 114° 17' - 114° 28' BT.
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 279/Kpts-VI/1997
Tanggal 23 Mei 1997
Luas : ± 25.000 Ha
Letak : Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Koordinat :
07° 29' - 07° 55' LS dan 114° 17' - 114° 28' BT.
Peta Taman Nasional Baluran |
Umum
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan tipe ekosistem savana klimaks api terluas di Pulau Jawa, dan merupakan habitat ideal bagi mamalia besar. Vegetasinya yang terbuka menjadikannya tempat yang terbaik untuk dapat melihat atraksi satwa mamalia besar, seperti banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), dan kerbau liar (Bubalus bubalis).
Disamping kekayaannya akan jenis-jenis fauna langka dan dilindungi, taman nasional ini juga merupakan tempat pemijahan nener/anak bandeng (Chanos chanos), yang memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat sekitar.
Lokasinya yang strategis dan dekat dengan pusat-pusat tujuan wisata, yaitu Bali dan beberapa kawasan wisata lainnya di Jawa Timur, maka kawasan ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata.
Sejarah Penunjukkan :
Sejarah penunjukan Taman Nasional Baluran, merupakan jalan panjang yang telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda.
1. Tahun 1920, Hutan Bitakol seluas 1.553 ha ditetapkan sebagai daerah produksi.
2. Tahun 1930, Baluran ditetapkan sebagai Hutan Lindung.
3. Tahun 1937, ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa dengan luas kira-kira 25.000 ha.
4. Tahun 1940, kawasan C.O. Bajulmati I dan II seluas 732,22 ha, tanah negara Parengan dan areal C.O. Bajulmati III masuk ke dalam Suaka Margasatwa.
5. Tahun 1962, tanah konsesi Labuhan Merak 293,6 ha dimasukkan ke dalam Suaka Margasatwa
6. Tahun 1975, areal Labuhan Merak 233 ha dan areal Gunung Mesigit 130 ha dijadikan tanah Hak Guna Usaha (HGU) selama 25 tahun dan kawasan hutan seluas 45 ha di daerah Pandean didirikan perumahan.
7. Tahun 1980, pemberian konsesi pada HGU ditinjau kembali dengan memperpendek jangka waktu dan pada konggres Taman Nasional sedunia di Bali, kawasan hutan Baluran diumumkan menjadi Taman Nasional Baluran.
8. Tahun 1984, dibentuk Struktur Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional, termasuk Taman Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan tipe ekosistem savana klimaks api terluas di Pulau Jawa, dan merupakan habitat ideal bagi mamalia besar. Vegetasinya yang terbuka menjadikannya tempat yang terbaik untuk dapat melihat atraksi satwa mamalia besar, seperti banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), dan kerbau liar (Bubalus bubalis).
Disamping kekayaannya akan jenis-jenis fauna langka dan dilindungi, taman nasional ini juga merupakan tempat pemijahan nener/anak bandeng (Chanos chanos), yang memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat sekitar.
Lokasinya yang strategis dan dekat dengan pusat-pusat tujuan wisata, yaitu Bali dan beberapa kawasan wisata lainnya di Jawa Timur, maka kawasan ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata.
Sejarah Penunjukkan :
Sejarah penunjukan Taman Nasional Baluran, merupakan jalan panjang yang telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda.
1. Tahun 1920, Hutan Bitakol seluas 1.553 ha ditetapkan sebagai daerah produksi.
2. Tahun 1930, Baluran ditetapkan sebagai Hutan Lindung.
3. Tahun 1937, ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa dengan luas kira-kira 25.000 ha.
4. Tahun 1940, kawasan C.O. Bajulmati I dan II seluas 732,22 ha, tanah negara Parengan dan areal C.O. Bajulmati III masuk ke dalam Suaka Margasatwa.
5. Tahun 1962, tanah konsesi Labuhan Merak 293,6 ha dimasukkan ke dalam Suaka Margasatwa
6. Tahun 1975, areal Labuhan Merak 233 ha dan areal Gunung Mesigit 130 ha dijadikan tanah Hak Guna Usaha (HGU) selama 25 tahun dan kawasan hutan seluas 45 ha di daerah Pandean didirikan perumahan.
7. Tahun 1980, pemberian konsesi pada HGU ditinjau kembali dengan memperpendek jangka waktu dan pada konggres Taman Nasional sedunia di Bali, kawasan hutan Baluran diumumkan menjadi Taman Nasional Baluran.
8. Tahun 1984, dibentuk Struktur Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional, termasuk Taman Nasional Baluran.
Fisik Geologi & Tanah
Jenis batuan di Taman Nasional Baluran berupa batuan vulkanik tua yang berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik dan batuan vulkanik intermedia dan alluvial. Batuan vulkanik tua hampir mendominasi seluruh kawasan, batuan alluvial terdapat di sepanjang pantai meliputi daerah Pandean, Tanjung Sedano, tanjung Sumber Batok dan Tanjung Lumut.
Pada daerah perbukitan, terdiri dari andosol (5,52%) dan latosol (sekitar 20,23%). Sedang pada daerah yang lebih rendah jenis tanahnya terdiri dari mediteran merah kuning dan grumusol (51,25%) dan pada daerah paling rendah (daerah cekungan) jenis tanah didominasi oleh jenis alluvium (23%).
Jenis batuan di Taman Nasional Baluran berupa batuan vulkanik tua yang berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik dan batuan vulkanik intermedia dan alluvial. Batuan vulkanik tua hampir mendominasi seluruh kawasan, batuan alluvial terdapat di sepanjang pantai meliputi daerah Pandean, Tanjung Sedano, tanjung Sumber Batok dan Tanjung Lumut.
Pada daerah perbukitan, terdiri dari andosol (5,52%) dan latosol (sekitar 20,23%). Sedang pada daerah yang lebih rendah jenis tanahnya terdiri dari mediteran merah kuning dan grumusol (51,25%) dan pada daerah paling rendah (daerah cekungan) jenis tanah didominasi oleh jenis alluvium (23%).
Topografi
Taman Nasional Baluran mempunyai kondisi topografi yang sangat bervariasi, yaitu datar sampai bergunung-gunung dan diantaranya juga terdapat daerah cekungan, berombak, serta berbukit. Bagian tertinggi adalah puncak Gunung Baluran 1247 m dpl yang terletak pada bagian tengah kawasan, Gunung Klosot 940 m dpl, Gunung Periuk 211 m dpl, Bukit Glengseran 124 m dpl, dan Bukit Bekol 64 m dpl.
Kelerengan yang paling curam terdapat pada bagian tengah, yaitu pada lereng Gunung Baluran dengan kemiringan > 40 %, kemudian yang dominan mengelilingi Gunung Baluran 2-5% dan sedikit di bagian Barat kelerengannya 0 -2%.
Taman Nasional Baluran mempunyai kondisi topografi yang sangat bervariasi, yaitu datar sampai bergunung-gunung dan diantaranya juga terdapat daerah cekungan, berombak, serta berbukit. Bagian tertinggi adalah puncak Gunung Baluran 1247 m dpl yang terletak pada bagian tengah kawasan, Gunung Klosot 940 m dpl, Gunung Periuk 211 m dpl, Bukit Glengseran 124 m dpl, dan Bukit Bekol 64 m dpl.
Kelerengan yang paling curam terdapat pada bagian tengah, yaitu pada lereng Gunung Baluran dengan kemiringan > 40 %, kemudian yang dominan mengelilingi Gunung Baluran 2-5% dan sedikit di bagian Barat kelerengannya 0 -2%.
Ketinggian
Ketinggian berkisar antara 0 - 1247 m dpl.
Ketinggian berkisar antara 0 - 1247 m dpl.
Hidrologi
Baluran mempunyai pola tata air radial, dengan tiga buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Kacip, Sungai Bajulmati, dan Sungai Klokoran. Sungai Kacip berasal dari kawah Gunung Baluran dan mengalir ke bawah hingga pantai Labuan Merak, sedang Sungai Klokoran dan Bajulmati membentuk batas Taman Nasional Baluran di sebelah Barat dan Selatan.
Baluran mempunyai pola tata air radial, dengan tiga buah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Kacip, Sungai Bajulmati, dan Sungai Klokoran. Sungai Kacip berasal dari kawah Gunung Baluran dan mengalir ke bawah hingga pantai Labuan Merak, sedang Sungai Klokoran dan Bajulmati membentuk batas Taman Nasional Baluran di sebelah Barat dan Selatan.
Iklim
Taman Nasional Baluran mempunyai iklim musim dengan musim kering yang panjang dan sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat selama periode April - Oktober/November. Kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar 7 knots. Curah hujan rata-rata 900 - 1600 mm dengan periode kemarau rata-rata 9 bulan per tahun. Berdasarkan Stasiun Klimatologi terdekat, suhu udara rata-rata sebesar 27,2ºC dengan suhu udara maksimum rata-rata tahunan sebesar 30,9ºC dan minimum 22,6ºC sedangkan kelembaban nisbi rata-rata tahunan 77%.
Taman Nasional Baluran mempunyai iklim musim dengan musim kering yang panjang dan sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat selama periode April - Oktober/November. Kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar 7 knots. Curah hujan rata-rata 900 - 1600 mm dengan periode kemarau rata-rata 9 bulan per tahun. Berdasarkan Stasiun Klimatologi terdekat, suhu udara rata-rata sebesar 27,2ºC dengan suhu udara maksimum rata-rata tahunan sebesar 30,9ºC dan minimum 22,6ºC sedangkan kelembaban nisbi rata-rata tahunan 77%.
Biotik
Flora
Jenis-jenis flora di Taman Nasional Baluran meliputi lebih 423 jenis dari 87 famili yang menyebar dalam kawasan membentuk habitat-habitat yang beragam.
Jenis-jenis dominan pada tiap tipe vegetasi meliputi :
Jenis-jenis flora di Taman Nasional Baluran meliputi lebih 423 jenis dari 87 famili yang menyebar dalam kawasan membentuk habitat-habitat yang beragam.
Jenis-jenis dominan pada tiap tipe vegetasi meliputi :
1. Hutan Pantai
Pantai Baluran terdiri dari pasir hitam, putih, batu pantai yang hitam kecil, atau lereng karang, tergantung daerahnya. Vegetai pantai yang tumbuh adalah formasi Baringtonia yang berkembang baik (antara Pandean dan Tanjung Candibang, di Labuan Merak), pandanan (Pandanus tectorius) di Tanjung Bendi, Pemphis acidula di Air Karang, Acrophora, Porites lutea, Serioptophora histerix dan Stylophora sp.
Pantai Baluran terdiri dari pasir hitam, putih, batu pantai yang hitam kecil, atau lereng karang, tergantung daerahnya. Vegetai pantai yang tumbuh adalah formasi Baringtonia yang berkembang baik (antara Pandean dan Tanjung Candibang, di Labuan Merak), pandanan (Pandanus tectorius) di Tanjung Bendi, Pemphis acidula di Air Karang, Acrophora, Porites lutea, Serioptophora histerix dan Stylophora sp.
2. Hutan Mangrove dan Rawa Asin
Tipe hutan ini terdapat di daerah pantai Utara dan Timur kawasan Taman Nasional Baluran, seperti di Bilik, Lambuyan, Mesigit, Tanjung Sedano dan di Kelor. Mangrove pendek yang tumbuh dengan agak baik di atas lumpur, terdapat di Kelor dan Bilik yang dikuasai oleh kayu api (Avicenia sp), Bogen (Sonneratia spp), Bakau-bakauan (Rhizopra spp), cantigi (Ceriops tagal) serta Rhizopora apiculata. Rawa asin yang hampir gundul yang berasal dari hutan mangrove yang ditebang habis, terdapat di Utara Pandean, Mesigit, Sebelah Barat Bilik dan beberapa tempat lainnya. Beberapa pohon kecil yang tumbuh di sini antara lain Avicennia sp dan Lumitzera racemosa tetapi tidak terdapat tumbuhan bawah.
Tipe hutan ini terdapat di daerah pantai Utara dan Timur kawasan Taman Nasional Baluran, seperti di Bilik, Lambuyan, Mesigit, Tanjung Sedano dan di Kelor. Mangrove pendek yang tumbuh dengan agak baik di atas lumpur, terdapat di Kelor dan Bilik yang dikuasai oleh kayu api (Avicenia sp), Bogen (Sonneratia spp), Bakau-bakauan (Rhizopra spp), cantigi (Ceriops tagal) serta Rhizopora apiculata. Rawa asin yang hampir gundul yang berasal dari hutan mangrove yang ditebang habis, terdapat di Utara Pandean, Mesigit, Sebelah Barat Bilik dan beberapa tempat lainnya. Beberapa pohon kecil yang tumbuh di sini antara lain Avicennia sp dan Lumitzera racemosa tetapi tidak terdapat tumbuhan bawah.
3. Hutan Payau
Hutan payau sangat disukai satwa liar, karena tersedianya air tawar sepanjang tahun. Hutan payau yang terbesar terdapat di Sungai Kepuh sebelah Tenggara dan daerah lebih kecil di Popongan, Kelor, Bama di bagian Timur dan Gatal di bagian Barat Laut. Vegetasi yang ada disini adalah Malengan (Excoecaria agallocha), Manting (Syzygium polyanthum), dan poh-pohan (Buchanania arborescens).
Hutan payau sangat disukai satwa liar, karena tersedianya air tawar sepanjang tahun. Hutan payau yang terbesar terdapat di Sungai Kepuh sebelah Tenggara dan daerah lebih kecil di Popongan, Kelor, Bama di bagian Timur dan Gatal di bagian Barat Laut. Vegetasi yang ada disini adalah Malengan (Excoecaria agallocha), Manting (Syzygium polyanthum), dan poh-pohan (Buchanania arborescens).
4. Padang Rumput Savana
Padang rumput savana merupakan klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Savana ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu savana datar dan savana bergelombang. Savana datar ; tumbuh diatas tanah hitam alluvial muda yang berbatu-batu seluas sekitar 1.500 - 2.000 ha di bagian Tenggara suaka, yaitu sekitar Plalangan dan Beko1.
Jenis-jenis rumput yang dominan di daerah ini adalah Dichantium caricasum, Heteropogon contortus dan Sorghum nitidum. Beberapa pohon yang menghuni savana ini adalah pilang (Acacia leucophloea) dan kesambi (Schleichera oleosa).
Savana bergelombang ; tumbuh di atas tanah hitam berbatu-batu besar, luasnya kurang lebih 6.000 ha di bagian Utara dan Timur Laut suaka. Daerah ini kurang disukai banteng (Bos javanicus), kerbau air (Bubalus bubalis) maupun rusa (Cervus timorensis).
Jenis-jenis rumput yang dominan, yaitu Dichantium caricasum dan Sclerachne punctata dan Sorghum nitidum. Jenis pohon yang tumbuh disini seperti kesambi (Schleichera oleosa), Pilang (Acacia leucophloea), dan widoro bekol (Zizyphus rotundifolia) tumbuh secara terpencar-pencar. Savana ini selalu mengalami perubahan, faktor utama yang menyebabkan perubahan tersebut adalah pembakaran, pengambilan kayu dan penggembalaan ternak yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan. Keadaan ini berlangsung dalam periode yang panjang.
Perubahan tersebut juga terjadi dengan adanya invasi Acacia nilotica yang sebelumnya merupakan vegetasi ilaran api. Penyebaran A. nilotica ini sudah meliputi sebagian besar savana Bekol, savana Curah Udang dan sebagian kecil savana Kramat dan Balanan.
Padang rumput savana merupakan klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Savana ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu savana datar dan savana bergelombang. Savana datar ; tumbuh diatas tanah hitam alluvial muda yang berbatu-batu seluas sekitar 1.500 - 2.000 ha di bagian Tenggara suaka, yaitu sekitar Plalangan dan Beko1.
Jenis-jenis rumput yang dominan di daerah ini adalah Dichantium caricasum, Heteropogon contortus dan Sorghum nitidum. Beberapa pohon yang menghuni savana ini adalah pilang (Acacia leucophloea) dan kesambi (Schleichera oleosa).
Savana bergelombang ; tumbuh di atas tanah hitam berbatu-batu besar, luasnya kurang lebih 6.000 ha di bagian Utara dan Timur Laut suaka. Daerah ini kurang disukai banteng (Bos javanicus), kerbau air (Bubalus bubalis) maupun rusa (Cervus timorensis).
Jenis-jenis rumput yang dominan, yaitu Dichantium caricasum dan Sclerachne punctata dan Sorghum nitidum. Jenis pohon yang tumbuh disini seperti kesambi (Schleichera oleosa), Pilang (Acacia leucophloea), dan widoro bekol (Zizyphus rotundifolia) tumbuh secara terpencar-pencar. Savana ini selalu mengalami perubahan, faktor utama yang menyebabkan perubahan tersebut adalah pembakaran, pengambilan kayu dan penggembalaan ternak yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan. Keadaan ini berlangsung dalam periode yang panjang.
Perubahan tersebut juga terjadi dengan adanya invasi Acacia nilotica yang sebelumnya merupakan vegetasi ilaran api. Penyebaran A. nilotica ini sudah meliputi sebagian besar savana Bekol, savana Curah Udang dan sebagian kecil savana Kramat dan Balanan.
5. Hutan Musim (monsoon forest)
Hutan musim yang terdapat di Baluran dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompok, yaitu hutan musim dataran rendah dan hutan musim dataran tinggi. Hutan musim dataran rendah luasnya sekitar 1.500 ha yang berbatasan dengan hutan jati, ever green forest, dan savana Bekol serta savana Kramat.Sedangkan hutan musim dataran tinggi terdapat di lereng gunung Baluran, Gunung Klosot dan Gunung Periuk.
Jenis pohon pada hutan musim dataran rendah adalah widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), kemloko (Emblica officinalis), Pilang (A.leucophloea), Asam (Tamarindus indica), walikukun (Schoutenia ovata), mimbo (Azadirachta indica), kelampis (A. tomentosa), talok (Grewia eriocarpa) dan kesambi (Schleichera oleosa).
Jenis-jenis yang hidup di hutan musim dataran tinggi antara lain kemiri (Aleurites moluccana), kemloko (Emblica officinalis), gelingsem (Homalium foetidun), Laban (Vitex pubescens), pancal kijang (Dryopetes ovalis), dan trengguli (Casia fistula).
Hutan musim yang terdapat di Baluran dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompok, yaitu hutan musim dataran rendah dan hutan musim dataran tinggi. Hutan musim dataran rendah luasnya sekitar 1.500 ha yang berbatasan dengan hutan jati, ever green forest, dan savana Bekol serta savana Kramat.Sedangkan hutan musim dataran tinggi terdapat di lereng gunung Baluran, Gunung Klosot dan Gunung Periuk.
Jenis pohon pada hutan musim dataran rendah adalah widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), kemloko (Emblica officinalis), Pilang (A.leucophloea), Asam (Tamarindus indica), walikukun (Schoutenia ovata), mimbo (Azadirachta indica), kelampis (A. tomentosa), talok (Grewia eriocarpa) dan kesambi (Schleichera oleosa).
Jenis-jenis yang hidup di hutan musim dataran tinggi antara lain kemiri (Aleurites moluccana), kemloko (Emblica officinalis), gelingsem (Homalium foetidun), Laban (Vitex pubescens), pancal kijang (Dryopetes ovalis), dan trengguli (Casia fistula).
Fauna
Jenis-jenis fauna yang terdapat di Taman Nasional Baluran meliputi jenis-jenis mammalia, reptilia, burung, dan ikan. Dan diketahui 38 jenis dari satwa-satwa tersebut masuk ke dalam golongan satwa yang dilindungi.
1. Mammalia
Mammalia di Taman Nasional Baluran terdapat 24 spesies, yaitu diantaranya seperti banteng (Bos javanicus), kerbau air (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kancil (Tragulus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa dan Sus verrucosus). Karnivoranya adalah ajag (Cuon alpinus), kucing hutan (Felis bengalensis), linsang (Prinodon linsang), musang (Martes flavigula), rase (Viverricula indica), macan tutul/kumbang (Panthera pardus). Beberapa primata seperti lutung (Presbytis cristata) kera (Macaca fascicularis) dan kalong (Pteropus vampyrus) di sekitar Bama.
2. Reptilia
Beberapa jenis reptil yang terdapat di Baluran diantaranya adalah biawak (Varanus salvator), ular sanca (Phyton sp), cobra putih, ular hijau dan lain- lain.
3. Burung
Dari 455 jenis burung di Jawa, 147 jenis ada di Baluran, dan 30 jenis diantaranya hidup di savana, seperti tekukur, jalak abu-abu, merak, ayam hutan hijau, dan srigunting). Jenis lainnya adalah layang-Layang (Collaccalia spp), kepinis (Hirundo spp) dan kepinis ekor jarum (Rhappidura leucopygialis) yang merupakan pemakan serangga. Sedangkan beberapa jenis burung pantai, yaitu trinil (Actitis hypoleucos), canqak abu-abu (Ardea cinerea), raja udang (Halcyon chloris) dan wili (Escacus magnirostris). Selain itu juga terdapat rangkong (Buceros rhinoceros), kangkareng (Anthracoceros coronatus) dan elang (Spilornis cheela).
4. Ikan
Sepanjang pantai Baluran merupakan penghasil ikan yang cukup besar, seperti Dukuh Pandean di sebelah tenggara kawasan Baluran merupakan perkampungan nelayan yang mencari ikan di sekitar pantai Baluran.Sedangkan pantai Kalitopo dan Bama yang terletak di dalam kawasan konservasi mempunyai hutan bakau yang masih baik, sehingga banyak terdapat nener (Chanos chanos) serta berbagai ikan lainnya. Nener ini telah lama ditangkap karena memiliki nilai ekonomis.
Jenis-jenis fauna yang terdapat di Taman Nasional Baluran meliputi jenis-jenis mammalia, reptilia, burung, dan ikan. Dan diketahui 38 jenis dari satwa-satwa tersebut masuk ke dalam golongan satwa yang dilindungi.
1. Mammalia
Mammalia di Taman Nasional Baluran terdapat 24 spesies, yaitu diantaranya seperti banteng (Bos javanicus), kerbau air (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kancil (Tragulus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa dan Sus verrucosus). Karnivoranya adalah ajag (Cuon alpinus), kucing hutan (Felis bengalensis), linsang (Prinodon linsang), musang (Martes flavigula), rase (Viverricula indica), macan tutul/kumbang (Panthera pardus). Beberapa primata seperti lutung (Presbytis cristata) kera (Macaca fascicularis) dan kalong (Pteropus vampyrus) di sekitar Bama.
2. Reptilia
Beberapa jenis reptil yang terdapat di Baluran diantaranya adalah biawak (Varanus salvator), ular sanca (Phyton sp), cobra putih, ular hijau dan lain- lain.
3. Burung
Dari 455 jenis burung di Jawa, 147 jenis ada di Baluran, dan 30 jenis diantaranya hidup di savana, seperti tekukur, jalak abu-abu, merak, ayam hutan hijau, dan srigunting). Jenis lainnya adalah layang-Layang (Collaccalia spp), kepinis (Hirundo spp) dan kepinis ekor jarum (Rhappidura leucopygialis) yang merupakan pemakan serangga. Sedangkan beberapa jenis burung pantai, yaitu trinil (Actitis hypoleucos), canqak abu-abu (Ardea cinerea), raja udang (Halcyon chloris) dan wili (Escacus magnirostris). Selain itu juga terdapat rangkong (Buceros rhinoceros), kangkareng (Anthracoceros coronatus) dan elang (Spilornis cheela).
4. Ikan
Sepanjang pantai Baluran merupakan penghasil ikan yang cukup besar, seperti Dukuh Pandean di sebelah tenggara kawasan Baluran merupakan perkampungan nelayan yang mencari ikan di sekitar pantai Baluran.Sedangkan pantai Kalitopo dan Bama yang terletak di dalam kawasan konservasi mempunyai hutan bakau yang masih baik, sehingga banyak terdapat nener (Chanos chanos) serta berbagai ikan lainnya. Nener ini telah lama ditangkap karena memiliki nilai ekonomis.
Wisata
1. Goa Jepang; Terletak di pintu masuk kawasan Taman Nasional Baluran di Batangan, tepatnya didepan Information centre. Pada jaman Jepang digunakan sebagai benteng pertahanan dan tempat penyimpanan amunisi, luas goa Jepang ± 12 m2
2. Savana bekol; Di tempat ini pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas satwa herbivora seperti banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis) , kijang (Muntiacus muntjak) dan kerbau liar (Bubalus bubalis). Satwa-satwa tersebut lebih mudah diamati pada musim kemarau di pagi dan sore hari, terkadang juga terlihat burung merak (Pavo muticus) dan ayam hutan (Gallus sp).
3. Pantai Bama; Pantai dengan pasir putih dan hutan magrove yang merupakan habitat beraneka jenis burung dan kera menjadi ciri khas pantai Bama. Pantai ini berjarak 3 Km dari savana Bekol. Ditempat ini pengunjung dapat menikmati atraksi kera bersama kelompoknya, berjemur di pantai, berenang, bersampan, snorkeling, menyelam, menikmati panorama terumbu karang dan ikan hias didasar laut. Selain itu berkano disekitar hutan mangrove merupakan keasyikan tersendiri.
4. Sumber Air Manting ; merupakan mata air tawar yang terletak didekat pantai, berbentuk sumur dengan kedalaman kurang dari 1 meter. Mata air ini dipercaya dapat membuat awet muda orang-orang yang mandi maupun cuci muka. Disebelah mata air ini terdapat kubangan yang bermanfaat bagi satwa untuk berkubang dan minum.
5. Curah Tangis ; Terletak di tepi jalan raya Banyuwangi - Situbondo 7 Km dari Batangan. Tempat ini dikelilingi oleh hutan jati yang dikelola oleh perum perhutani. Tempat ini memiliki tebing-tebing yang cukup menantang bagi para pemanjat tebing.
Taman Nasional Baluran memiliki keindahan alam yang masih asli. Potensi alamnya cukup besar tetapi belum dikembangkan secara optimal, khususnya sebagai tujuan wisata alam. Hal ini karena sarana prasarana untuk tujuan tersebut masih terbatas.
1. Goa Jepang; Terletak di pintu masuk kawasan Taman Nasional Baluran di Batangan, tepatnya didepan Information centre. Pada jaman Jepang digunakan sebagai benteng pertahanan dan tempat penyimpanan amunisi, luas goa Jepang ± 12 m2
2. Savana bekol; Di tempat ini pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas satwa herbivora seperti banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis) , kijang (Muntiacus muntjak) dan kerbau liar (Bubalus bubalis). Satwa-satwa tersebut lebih mudah diamati pada musim kemarau di pagi dan sore hari, terkadang juga terlihat burung merak (Pavo muticus) dan ayam hutan (Gallus sp).
3. Pantai Bama; Pantai dengan pasir putih dan hutan magrove yang merupakan habitat beraneka jenis burung dan kera menjadi ciri khas pantai Bama. Pantai ini berjarak 3 Km dari savana Bekol. Ditempat ini pengunjung dapat menikmati atraksi kera bersama kelompoknya, berjemur di pantai, berenang, bersampan, snorkeling, menyelam, menikmati panorama terumbu karang dan ikan hias didasar laut. Selain itu berkano disekitar hutan mangrove merupakan keasyikan tersendiri.
4. Sumber Air Manting ; merupakan mata air tawar yang terletak didekat pantai, berbentuk sumur dengan kedalaman kurang dari 1 meter. Mata air ini dipercaya dapat membuat awet muda orang-orang yang mandi maupun cuci muka. Disebelah mata air ini terdapat kubangan yang bermanfaat bagi satwa untuk berkubang dan minum.
5. Curah Tangis ; Terletak di tepi jalan raya Banyuwangi - Situbondo 7 Km dari Batangan. Tempat ini dikelilingi oleh hutan jati yang dikelola oleh perum perhutani. Tempat ini memiliki tebing-tebing yang cukup menantang bagi para pemanjat tebing.
Taman Nasional Baluran memiliki keindahan alam yang masih asli. Potensi alamnya cukup besar tetapi belum dikembangkan secara optimal, khususnya sebagai tujuan wisata alam. Hal ini karena sarana prasarana untuk tujuan tersebut masih terbatas.
Adapun tempat-tempat yang mempunyai keindahan alam dan potensi wisata budaya adalah sebagai berikut :
1. Savana Semiang ; Savana ini dapat dijangkau melalui dusun Pandean dengan berjalan kaki atau naik kendaraan roda dua. Ditempat ini terdapat keindahan savana dengan tegakan gebang serta beraneka jenis burung.
2. Pantai Sirontoh ; Pantai ini landai dan berpasir putih serta terdapat hutan mangrove yang mengelilinginya sehingga menambah keindahan pantai ini. Pantai yang menghadap ke timur memungkinkan untuk menyaksikan pesona matahari terbit.
3. Teluk Popongan ; Pantai ini akan nampak khas pada saat air laut surut, karena akan tampak dataran berpasir putih yang berbentuk menyerupai lidah, sehingga dinamakan juga pantai "sejile" yang berarti lidah. Di tempat ini cocok untuk berkano dan snorkeling.
4. Teluk Air Tawar ; Teluk ini dinamakan air tawar karena memiliki mata air tawar yang berbatasan dengan pantai. Mata Air ini akan tampak jelas mengeluarkan air pada saat air laut surut.
5. Mata Air Kacip ; Merupakan satu-satunya mata air yang tidak pernah kering di kawasan Taman Nasional Baluran. Ditempat ini banyak dijumpai pohon kemiri dan gadung.
6. Wisata Budaya Candi Bang ; Di tempat ini terdapat dua makam leluhur yang dikeramatkan. Orang-orang dari Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi pada bulan-bulan tertentu seperti pada tanggal 1 Suro serta pada hari pasaran Kliwon dan Legi mendatangi tempat ini untuk ngalap berkah . Untuk mencapai tempat ini kita harus berjalan kaki selama ± 2,5 jam.
7. Makam Nyai Fatimah ; Terletak diwilayah Sub-Seksi Karangtekok, tepatnya di resort Labuhan Merak. Untuk mengunjungi tempat ini dapat menggunakan perahu nelayan selama ± 2 jam dari pelabuhan Ketapang di Gatel. Makam ini dikeramatkan bagi penduduk sekitar Labuan merak, sehingga pada hari-hari tertentu banyak penduduk yang berkunjung (nyadran) kesana untuk mencari berkah.
8. Makam Mbah Cungkring ; Makam ini berkaitan dengan asal-usul kerbau Baluran, dimana menurut riwayatnya pemilik kerbau tersebut bernama Mbah Cungkring yang juga merupakan nenek moyangnya orang-orang Bayuwangi terutama yang bermukim di daerah Cungking. Mbah Cungkring menggembalakan kerbaunya disekitar savana baluran sampai akhir hayatnya dan kemudian jasadnya dimakamkan di Baluran (tepatnya sekitar savana Kramat) ± 1 Km dari pos Bekol. Mbah Cungking termasuk orang sakti sehingga sampai saat ini makamnya tetap dikeramatkan dan pada bulan-bulan tertentu, seperti tanggal 1 bulan Suro, orang-orang daerah Cungking dan sekitarnya berziarah untuk mendapatkan berkah.
9. Makam Putra Maulana Malik Ibrahim ; Obyek situs budaya ini terletak di Sub Seksi Wilayah Konservasi Pandean (Batangan), tepatnya didekat camping ground. Makam ini dikeramatkan karena merupakan makam putra ulama terkenal yaitu Maulana Malik Ibrahim. Menurut juru kuncinya putra Maulana Malik Ibrahim wafat dan dimakamkan disitu dalam pengembaraannya menyebarkan agama Islam untuk wilayah Jawa bagian Timur.
1. Savana Semiang ; Savana ini dapat dijangkau melalui dusun Pandean dengan berjalan kaki atau naik kendaraan roda dua. Ditempat ini terdapat keindahan savana dengan tegakan gebang serta beraneka jenis burung.
2. Pantai Sirontoh ; Pantai ini landai dan berpasir putih serta terdapat hutan mangrove yang mengelilinginya sehingga menambah keindahan pantai ini. Pantai yang menghadap ke timur memungkinkan untuk menyaksikan pesona matahari terbit.
3. Teluk Popongan ; Pantai ini akan nampak khas pada saat air laut surut, karena akan tampak dataran berpasir putih yang berbentuk menyerupai lidah, sehingga dinamakan juga pantai "sejile" yang berarti lidah. Di tempat ini cocok untuk berkano dan snorkeling.
4. Teluk Air Tawar ; Teluk ini dinamakan air tawar karena memiliki mata air tawar yang berbatasan dengan pantai. Mata Air ini akan tampak jelas mengeluarkan air pada saat air laut surut.
5. Mata Air Kacip ; Merupakan satu-satunya mata air yang tidak pernah kering di kawasan Taman Nasional Baluran. Ditempat ini banyak dijumpai pohon kemiri dan gadung.
6. Wisata Budaya Candi Bang ; Di tempat ini terdapat dua makam leluhur yang dikeramatkan. Orang-orang dari Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi pada bulan-bulan tertentu seperti pada tanggal 1 Suro serta pada hari pasaran Kliwon dan Legi mendatangi tempat ini untuk ngalap berkah . Untuk mencapai tempat ini kita harus berjalan kaki selama ± 2,5 jam.
7. Makam Nyai Fatimah ; Terletak diwilayah Sub-Seksi Karangtekok, tepatnya di resort Labuhan Merak. Untuk mengunjungi tempat ini dapat menggunakan perahu nelayan selama ± 2 jam dari pelabuhan Ketapang di Gatel. Makam ini dikeramatkan bagi penduduk sekitar Labuan merak, sehingga pada hari-hari tertentu banyak penduduk yang berkunjung (nyadran) kesana untuk mencari berkah.
8. Makam Mbah Cungkring ; Makam ini berkaitan dengan asal-usul kerbau Baluran, dimana menurut riwayatnya pemilik kerbau tersebut bernama Mbah Cungkring yang juga merupakan nenek moyangnya orang-orang Bayuwangi terutama yang bermukim di daerah Cungking. Mbah Cungkring menggembalakan kerbaunya disekitar savana baluran sampai akhir hayatnya dan kemudian jasadnya dimakamkan di Baluran (tepatnya sekitar savana Kramat) ± 1 Km dari pos Bekol. Mbah Cungking termasuk orang sakti sehingga sampai saat ini makamnya tetap dikeramatkan dan pada bulan-bulan tertentu, seperti tanggal 1 bulan Suro, orang-orang daerah Cungking dan sekitarnya berziarah untuk mendapatkan berkah.
9. Makam Putra Maulana Malik Ibrahim ; Obyek situs budaya ini terletak di Sub Seksi Wilayah Konservasi Pandean (Batangan), tepatnya didekat camping ground. Makam ini dikeramatkan karena merupakan makam putra ulama terkenal yaitu Maulana Malik Ibrahim. Menurut juru kuncinya putra Maulana Malik Ibrahim wafat dan dimakamkan disitu dalam pengembaraannya menyebarkan agama Islam untuk wilayah Jawa bagian Timur.
Sarana Prasarana Pengunjung
Untuk menunjang kegiatan wisata dan pengelolaan Taman Nasional Baluran, sarana prasarana yang telah tersedia antara lain :
1. Information Centre ; Tempat ini terletak di kantor Batangan dan sebagai tempat awal kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Baluran. Disini akan didapatkan berbagai informasi tentang kawasanTaman Nasional Baluran dan tempat membeli karcis masuk taman nasional.
2. Jalan dan jalan setapak ; Jalan aspal yang telah tersedia adalah jalan kelas 3 yang menghubungkan antara kantor Batangan - Bekol - Bama, namun sebagian ruas jalan ini agak rusak sehingga perlu berhati-hati dalam mengendarai kendaraan. Disekitar Bekol dan Bama juga tersedia jalur interpretasi untuk kegiatan wisata alam maupun pendidikan.
3. Camping Ground ; Bagi pecinta alam dan wisatawan yang ingin berkemah, tersedia areal perkemahan di Batangan yang berjarak 500 m dari Kantor Batangan. Lokasi ini dibatasi oleh sungai Bajulmati yang airnya dapat dimanfaatkan selama berkemah, karena disini tidak tersedia sarana MCK.
4. Menara pengintai ; Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan hamparan savana luas dan panorama alam sekitar savana dari jarak jauh, telah tersedia menara pandang (pengintai) yang terletak diatas bukit, tepatnya dibelakang pos Bekol. Melalui menara pandang dapat dilihat berbagai jenis satwa disekitar savana dan keindahan Gunung Baluran dari kejauhan.
5. Tempat parkir ; Areal parkir yang cukup luas tersedia di depan Information Centre, Bekol dan Bama. Areal ini disediakan khusus bagi wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Baluran tanpa dikenakan biaya parkir.
6. Pesanggarahan ; Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana malam hari di savana dapat menginap dipesanggarahan Bekol. Bagi yang ingin menikmati keindahan pantai di malam hari serta tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan matahari terbit dapat mneginap di Pesanggarahan Bama.
7. Kantin dan Dapur ; Di dalam kawasan terdapat dua buah kantin yang terletak di Bekol dan Bama, namun kantin ini hanya melayani pada hari Sabtu dan Minggu. Bagi wisatawan yang berkunjung di luar hari tersebut harus membawa bekal sendiri. Sedangkan bagi pengunjung yang menginap dapat menggunakan jasa pemesanan makanan atau memasak sendiri di dapur yang telah tersedia di Bekol dan Bama.
8. Musholla ; Bagi kaum muslimin tersedia fasilitas musholla di kantor Batangan dan Bekol.
9. Toilet ; Kamar mandi tersedia 2 buah di Bekol dan 2 buah di Bama.
Untuk menunjang kegiatan wisata dan pengelolaan Taman Nasional Baluran, sarana prasarana yang telah tersedia antara lain :
1. Information Centre ; Tempat ini terletak di kantor Batangan dan sebagai tempat awal kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Baluran. Disini akan didapatkan berbagai informasi tentang kawasanTaman Nasional Baluran dan tempat membeli karcis masuk taman nasional.
2. Jalan dan jalan setapak ; Jalan aspal yang telah tersedia adalah jalan kelas 3 yang menghubungkan antara kantor Batangan - Bekol - Bama, namun sebagian ruas jalan ini agak rusak sehingga perlu berhati-hati dalam mengendarai kendaraan. Disekitar Bekol dan Bama juga tersedia jalur interpretasi untuk kegiatan wisata alam maupun pendidikan.
3. Camping Ground ; Bagi pecinta alam dan wisatawan yang ingin berkemah, tersedia areal perkemahan di Batangan yang berjarak 500 m dari Kantor Batangan. Lokasi ini dibatasi oleh sungai Bajulmati yang airnya dapat dimanfaatkan selama berkemah, karena disini tidak tersedia sarana MCK.
4. Menara pengintai ; Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan hamparan savana luas dan panorama alam sekitar savana dari jarak jauh, telah tersedia menara pandang (pengintai) yang terletak diatas bukit, tepatnya dibelakang pos Bekol. Melalui menara pandang dapat dilihat berbagai jenis satwa disekitar savana dan keindahan Gunung Baluran dari kejauhan.
5. Tempat parkir ; Areal parkir yang cukup luas tersedia di depan Information Centre, Bekol dan Bama. Areal ini disediakan khusus bagi wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Baluran tanpa dikenakan biaya parkir.
6. Pesanggarahan ; Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana malam hari di savana dapat menginap dipesanggarahan Bekol. Bagi yang ingin menikmati keindahan pantai di malam hari serta tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan matahari terbit dapat mneginap di Pesanggarahan Bama.
7. Kantin dan Dapur ; Di dalam kawasan terdapat dua buah kantin yang terletak di Bekol dan Bama, namun kantin ini hanya melayani pada hari Sabtu dan Minggu. Bagi wisatawan yang berkunjung di luar hari tersebut harus membawa bekal sendiri. Sedangkan bagi pengunjung yang menginap dapat menggunakan jasa pemesanan makanan atau memasak sendiri di dapur yang telah tersedia di Bekol dan Bama.
8. Musholla ; Bagi kaum muslimin tersedia fasilitas musholla di kantor Batangan dan Bekol.
9. Toilet ; Kamar mandi tersedia 2 buah di Bekol dan 2 buah di Bama.
Cara mencapai lokasi
Taman Nasional Baluran sangat mudah dijangkau karena Pintu Masuknya terletak ditepi jalan raya Situbondo - Banyuwangi yang merupakan jalur utama menuju pulau Bali, sehingga tersedia angkutan umum (Bus) yang aktif selama 24 jam. Di Pintu masuk tersebut (Batangan) terdapat juga kantor Sub Seksi Pandean. Namun untuk menuju kawasan wisata wilayah Sub Seksi Bekol yaitu padang savana Bekol dan pantai Bama, belum tersedia angkutan umum. Untuk mencapai tempat-tempat tersebut dapat menggunakan mobil atau truk carteran dan ojek (sepeda motor). Untuk menyusuri kawasan laut dapat menggunakan perahu sewaan yang tersedia di Pantai Pandean dan Pelabuhan Gatel. Adapun transpotasi untuk menuju obyek-obyek wisata dapat dilihat pada tabel berikut;
Route Jarak/Km Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Tarif / Rp (2004)
1. Surabaya - Batangan 262 5 Bus Patas 27.000
2. Denpasar - Gilimanuk 167 4 Bus Umum 20.500
3. Gilimanuk - Ketapang 3 30 menit Kapal Fery 1.600
4. Ketapang - Batangan 27 45 menit Bus Umum 1.500
5. Batangan - Bekol - Bama 15 1 Mobil/Truk/Ojek 50.000
Taman Nasional Baluran sangat mudah dijangkau karena Pintu Masuknya terletak ditepi jalan raya Situbondo - Banyuwangi yang merupakan jalur utama menuju pulau Bali, sehingga tersedia angkutan umum (Bus) yang aktif selama 24 jam. Di Pintu masuk tersebut (Batangan) terdapat juga kantor Sub Seksi Pandean. Namun untuk menuju kawasan wisata wilayah Sub Seksi Bekol yaitu padang savana Bekol dan pantai Bama, belum tersedia angkutan umum. Untuk mencapai tempat-tempat tersebut dapat menggunakan mobil atau truk carteran dan ojek (sepeda motor). Untuk menyusuri kawasan laut dapat menggunakan perahu sewaan yang tersedia di Pantai Pandean dan Pelabuhan Gatel. Adapun transpotasi untuk menuju obyek-obyek wisata dapat dilihat pada tabel berikut;
Route Jarak/Km Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Tarif / Rp (2004)
1. Surabaya - Batangan 262 5 Bus Patas 27.000
2. Denpasar - Gilimanuk 167 4 Bus Umum 20.500
3. Gilimanuk - Ketapang 3 30 menit Kapal Fery 1.600
4. Ketapang - Batangan 27 45 menit Bus Umum 1.500
5. Batangan - Bekol - Bama 15 1 Mobil/Truk/Ojek 50.000
Pengelolaan
Taman Nasional Baluran dikelola oleh Balai Taman Nasional Baluran, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Dalam rangka optimalisasi fungsi dan pengelolaan kawasan telah ditetapkan sistem zonasi Taman Nasional Baluran dengan pembagian zonasi sebagai berikut:
1. Zona Inti seluas 12.000 Ha
2. Zona Rimba seluas 5.637 Ha
(Perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha)
3. Zona Pemanfaatan intensif seluas 800 Ha
4. Zona Pemanfaatan khusus seluas 5.780 Ha
5. Zona Rehabilitasi seluas 783 Ha
Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan Taman Nasional Baluran dibagi menjadi tiga Seksi Konservasi Wilayah, yaitu :
1. Seksi Konservasi Wilayah I Pandean, meliputi resort Bitakol dan Parengan.
2. Seksi Konservasi Wialayh II Bekol, meliputi resort Bama dan Lempuyang.
3. Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok, meliputi resort Pondok Jaran dan Labuhan Merak.
Taman Nasional Baluran dikelola oleh Balai Taman Nasional Baluran, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Dalam rangka optimalisasi fungsi dan pengelolaan kawasan telah ditetapkan sistem zonasi Taman Nasional Baluran dengan pembagian zonasi sebagai berikut:
1. Zona Inti seluas 12.000 Ha
2. Zona Rimba seluas 5.637 Ha
(Perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha)
3. Zona Pemanfaatan intensif seluas 800 Ha
4. Zona Pemanfaatan khusus seluas 5.780 Ha
5. Zona Rehabilitasi seluas 783 Ha
Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan Taman Nasional Baluran dibagi menjadi tiga Seksi Konservasi Wilayah, yaitu :
1. Seksi Konservasi Wilayah I Pandean, meliputi resort Bitakol dan Parengan.
2. Seksi Konservasi Wialayh II Bekol, meliputi resort Bama dan Lempuyang.
3. Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok, meliputi resort Pondok Jaran dan Labuhan Merak.
Alamat Kantor
Pengelola Balai Taman Nasional Baluran
Jalan K.H. Agus Salim No. 132 Banyuwangi 68425
Telp. 0333 - 424119 Fax. 0333 - 412680
Email : tnbaluran@telkom.net
office@balurannasionalpark.com
Pengelola Balai Taman Nasional Baluran
Jalan K.H. Agus Salim No. 132 Banyuwangi 68425
Telp. 0333 - 424119 Fax. 0333 - 412680
Email : tnbaluran@telkom.net
office@balurannasionalpark.com
No comments:
Post a Comment