Home » , , » MENJEJAL ATAP SULAWESI "Rante Mario" Gunung Latimojong || Expedisi Seven Summits Indonesia - Pencinta Alam Konawe

MENJEJAL ATAP SULAWESI "Rante Mario" Gunung Latimojong || Expedisi Seven Summits Indonesia - Pencinta Alam Konawe


Enrekang - Sulsel, Mendaki gunung merupakan suatu aktifitas kepencinta alaman yang paling banyak digemari. Tujuannya sangat jelas yaitu mencapai puncak tertinggi pegunungan. Selain itu, ini sebagai sarana menguji fisik dan mental. Jiwa kekompakan dan persaudaraan akan terlihat saat menjajal jalur pendakian.
Pencinta Alam Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu penggiat alam terbuka yang eksis melakukan kegiatan pendakian gunung. Dimulai tahun 2021, Kelompok ini akan mencoba menaklukkan 7 puncak tentinggi Indonesia atau lebih dikenal dengan nama Seven Summit Indonesia. Petualangan pun dimulai, target pertama yaitu menaklukkan atap Sulawesi, Gunung Latimojong di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

P E R S I A P A N

Persiapan Kegiatan Pendakian Gunung Latimojong - Kota Unaaha

Rencana kegiatan ini sudah mulai dirancang sejak bulan Februari 2021. Beberapa penggiat alam terbuka memiliki inisiatif yang sama untuk melakukan expedisi pendakian gunung. Kami melakukan beberapa kali pertemuan untuk memantapkan rencana ini. Beberapa organisasi juga turut andil dalam merancang kegiatan ini seperti Aktivis Lingkungan, Pramuka, dan tentunya Pencinta Alam.

Persiapan Kegiatan Pendakian Gunung Latimojong - Kota Unaaha

Setelah mengalami beberapa kali penundaan, akhirnya persiapan pun dimulai. Kegiatan akan dilaksanakan pada akhir bulan Juni 2021. Persiapan dilakukan di kediaman saudara Asran, S.Pd yang merupakan salah seorang penggiat alam terbuka yang cukup eksis di Kab. Konawe. Dia juga adalah anggota dan pendiri organisasi pencinta alam terbesar di Kab. Konawe yaitu KPA. PALAPA SULTRA.

KEBERANGKATAN

Persiapan Keberangkatan - Kota Unaaha

Perjalanan dimulai dari Kota Unaaha, Ibukota kab. Konawe. Sabtu sore, tepatnya tanggal 19 Juni 2021, Kami mulai mengatur barang-barang ke atas kendaraan yang akan membawa kami. Perjalanan ini akan ke menuju Provinsi Sulawesi Selatan dimana kami akan menempuh jalur darat melingkar dengan melewati 15 Kabupaten di Prov. Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

Istirahat di Kota Lasusua

Perjalanan malam dilewati hingga memasuki dini hari. Tim tiba di Kota Lasusua, Kab. Kolaka Utara sekitar Pukul 03.00. Kami disambut oleh rekan pencita alam disana yang memang sudah menunggu kedatangan kami. Mereka adalah saudara Andri, Riki dan Hasbullah (Bang Ibul) sebagai pemilik rumah. Sajian kopi menyambut kedatangan kami meski rasa kantuk yang sudah tidak tertahankan.
Fisik sudah kelelahan dan sangat capek, kami memutuskan untuk berisitirahat di rumah ini, meskipun tidak lama lagi, pagi akan tiba.

Kota Lasusua, Kab. Kolaka Utara -  Minggu, 20 Juni 2021

Ngopi Pagi di Kediaman Bang Ibhul - Kota Lasusua

Pagi pun sudah beranjak. Beberapa gelas kopi sudah tersaji di meja beranda rumah Bang Ibul ini. Kami masih terasa ngantuk. Perjalanan semalam benar benar melelahkan. Tidur semalam belum begitu puas. Pagi ini kami harus bersiap kembali menyusuri jalan untuk melanjutkan perjalanan.

Sarapan Pagi di Kediaman Bang Ibhul - Kota Lasusua

Sarapan pagi untuk mengawali hari, kami lakukan bersama-sama. Meskipun hanya berlauk mie instant dan telur goreng, tapi ini sudah cukup mengisi tenaga sebelum kembali berjibaku dalam mobil avanza yang kami bawa. Inilah suka duka di perjalanan yang pasti sangat berkesan.

Kota Lasusua, Kab. Kolaka Utara

Kendaraan kami kembali melaju melewati jalur aspal mulus di pesisir Kota Lasusua ini. Kami sempat terhenti beberapa saat. Pemandangan laut pastilah menggoda siapapun yang melintas. Di tempat ini merupakan spot andalan dari kota ini yaitu jalan baypass yang dibentuk dari proses reklamasi. Terdapat juga sebuah Masjid yang menjadi ikon Kota Lasusua dan pastinya menjadi kebanggaan tersendiri karena menjadi Mesjid pertama di Sulawesi Tenggara yang dibangun di atas lautan.

Kota Masamba, Kab. Luwu Utara, Prov. Sulsel

Kediaman Bang Embun - Kota Masamba, Luwu Utara

Kami melintasi Kota Masamba, Kab. Luwu Utara setelah 6 jam perjalanan dari Kota Lasusua. Pondok Bang Hafiz Embun tempat kami beristirahat sejenak. Kami dijamu dengan hidangan yang luar biasa. Seluruh anggota keluarga Bang Embun sangat Welcome menyambut kami. 

Kota Palopo, Prov. Sulsel    

Kediaman Bang Elhu - Kota Palopo, Sulawesi Selatan

Pukul 8 malam kami memasuki Kota Palopo. Rekan saya disana, Haerul Jabir atau Bang Elu menyambut kami dengan hangat. Ia dan rekan-rekannya sedang ngumpul saat itu di rumahnya. Di pondok Bang Elhu ini, kami disambut dengan jamuan makan malam yang sangat istimewa. Sangat menyenangkan suasana saat itu, dimana kami mendapatkan teman-teman baru yang gaul dan ramah.

Bersama Bang Elhu  - KPA Lereng Sawerigading Palopo

Bang Elu ini merupakan partner saya saat berdua mendaki ke Gunung Tolangi Balease tahun 2009 silam. Umur panjang setelah 12 tahun kami bisa bersua lagi. Banyak cerita dan kenangan yang terlintas saat mengarungi medan terekstrim di sulawesi itu. Kenangan 12 tahun yang lalu, pastilah masih tersimpan di ingatan kami. Betapa tidak, perjalanan ke Gunung Tolangi Balease merupakan pendakian saya yang paling mengerikan sepanjang pengalaman mendaki gunung yang sudah saya alami.

Kota Rappang, Kab. Sidrap, Prov. Sulsel

Dini hari di Perbatasan Kab. Enrekang

Malam itu kami tidak bisa tembus ke titik tujuan akhir. Kami terhenti di sebuah Masjid tepatnya di perbatasan Kab. Enrekang pada dini hari. Sekitar 2 Jam kami beristirahat disini. Setelah sholat subuh, sebelum faja terbit, kendaraan kami sudah kembali beranjak untuk membelah lika liku pegunungan Enrekang. 

DUSUN BANCA, ENREKANG - Senin, 21 Juni 2021

Kediaman Bang Nardi - Dusun Banca, Enrekang

Pukul 9 pagi. Tim akhrinya tiba di titik awal perjalanan, yaitu di Dusun Banca, Kec. Buntu Batu. Kab. Enrekang.  Rumah ini milik bapak Nardi Sunardi. Beliau merupakan seorang tokoh masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. selain itu beliau juga selalu mendampingi para pendaki yang akan ke puncak latimojong. Bersama istri dan kedua putrinya, beliau menghabiskan hidupnya di pondok sederhana di kaki pegunungan latimojong yang sejuk dan dingin ini. Pak Nardi juga memiliki beberapa lahan perkebunan tidak jauh dari rumahnya. Hasil perkebunan tersebutlah yang menjadi sumber penghasilan utamanya.

Kediaman Bang Nardi - Dusun Banca, Enrekang

Di rumah inilah kami akan mengatur segala perlengkapan dan kebutuhan untuk pendakian ke Gunung Latimojong. Sebelumnya.kami telah menkonfirmasi tentang kedatangan kami kepada Pak Nardi. Rumah Pak Nardi ini juga merupakan basecamp yang biasa dijadikan para pendaki untuk tempat menginap atau menitip barang sebelum menuju ke dusun terakhir.

Briefing di Pondok Bang Nardi

Briefing kecil sempat kami lakukan di pondok ini. Kami meminta arahan dan petunjuk dari Pak Nardi yang mewakili tokoh masyarakat dan pendaki yang paling sering mencapai puncak Rante Mario. Dalam diskusi kecil ini kami memantapkan mulainya waktu perjalanan.

Suasana di Pondok Bang Nardi

Sesunguhnya fisik kami belum sepenuhnya pulih, mengingat perjalanan darat 2 hari 2 malam yang sangat menguras tenaga. Namun rencana harus terus berjalan. Kami telah bersepakat untuk memulai perjalanan malam ini.

Tim Pendaki Gunung Latimojong

Perjalanan pun akan dimulai malam ini. Sore ini kami sudah memantapkan seluruh persiapan. Tim Kami berjumlah 4 orang yaitu : Totti Irianto Meronda, Reni Arieska, Asran dan saya sendiri Muh. Dagri Nizar.
Titik star pendakian masih jauh dari pondok Pak Nardi. Kami harus menunggu truk barang yang biasa lalu lalang mengantar pesanan ke Dusun Karangan yang merupakan titik star pendakian. Sebenarnya ada jasa ojek dengan tarif 150 ribu yang biasa mengantar ke atas. Namun, demi meminimalisir pengeluaran, naik truk pun sudah cukup.

MENUJU TITIK STAR PENDAKIAN

Diatas Truk Menuju Dusun Karangan

Setelah menunggu dari sore hari, sekitar pukul 10 malam, truk yang ditunggu akhirnya tiba. Ini merupakan truk yang rutin melintas dari daerah Kec. Baraka hingga ke ujung kampung yaitu Dusun Angin-Angin.
Perjalanan ini tidak mudah. kami duduk diatas bak yang bertumpuk dengan muatan sembako dan bensin. Kami terombang ambing diatas truk saat jalan melalui lika liku jalur pengunungan yang berlubang lubang. Berpegang erat itu yang kami lalukan sepanjang jalan, karena hampir 1 jam kami diayun oleh gelombang jalan yang entah sampai berapa lama lagi.

Dusun Angin-Angin

Pukul 11.30, malam truk akhirnya tiba di Dusun Angin-Angin. Ini belum akhir dari perjalanan malam ini. Kita masih harus menyisir sisi pengunungan di malam gelap yang semakin menusuk. Langkah ini terasa goyah. Praktis belum ada istirahat yang lelap.

Menuju Dusun Karangan

Tapak terus di pacu di tengah keheningan hutan ini. Dari kejauhan sudah tampak cahaya lampu di balik bukit seberang. Itu pasti Dusun Karangan, kami pun segera memacu langkah. Tak perduli lolongan anjing yang beberapa kali menghalau langkah kami.

DUSUN KARANGAN - Selasa, 22 Juni 2021

Dusun Karangan - Titik Star Pendakian

Akhirnya sekitar pukul 01.30 dini hari, tibalah kami di Dusun Karangan. Di saat suasana hening, kami mencari tempat untuk beristirahat malam ini. Tidak ada satu pun rumah yang masih terbuka. Semuanya sudah tertutup rapat. Kami akhirnya menggelar peralatan di teras sebuah warung. Di tempat inilah kami akan beristirahat malam ini. Begitu terbuka dan tanpa pembatas apapun sehingga kabut malam akan menembus kami tanpa penghalang.
Dusun Karangan - Titik Star Pendakian

Makan malam atau makan sahur, Entahlah…Kami segera menyiapkannya, Setidaknya cukup untuk menyamankan lambung kami yang sudah goyah sejak perjalan di truk tadi. Perlengkapan masak langsung difungsikan. Minuman hangat harus segera disiapkan mengingat kondisi yang semakin dingin

Dusun Karangan - Titik Star Pendakian

Pagi harinya. Keramaian perlahan terdengar. Aktifitas warga mulai dilakukan. Masyarakat sudah memulai hari untuk mencari kehidupan. Para lelaki mengarahkan motornya dengan membawa peralatan berkebun. Para wanita menggelar terpal untuk menjemur biji kopi. Para bocah dengan seragamnya beriringan menuju ke sekolah. Sungguh suasana pedesaan di kaki pegunungan yang begitu teratur.
Inilah Dusun Karangan, yang menjadi titik star pendakian kami. Suasanya dingin tidak berubah, meski mentari perlahan berajak naik. Disekeliling  terlihat bukit-bukit yang menjulang tinggi. Dusun ini berada di lereng gunung. Rumah-rumah warga menyebar hingga ke punggungan bukit. 
Dusun Karangan - Titik Star Pendakian

Kondisi ini sungguh jauh berbeda saat saya kemari 16 tahun silam. Rumah warga masih dihitung jari. Belum ada sama sekali aliran listrik. Apalagi signal telepon seluler. Akses jalan menuju ke dusun ini melewati jalur bebatuan yang panjang.
Kini, semuanya seudah berubah. Pembanguan telah terasa di kampung ini. Fasilitas umum sudah menjangkau ke pelosok. Pembanguan sangat terasa seiring dengan jumlah penduduk yang kian bertambah. Motor sudah tidak bisa terhitung lagi jumlahnya. Berbeda dengan kondisi saat itu yang dimana masyarakat masih berjalan kaki untuk menuju ke kampung sebelah.
Aktifitas Pagi di Dusun Karangan

Ada dua tiitk star pendakian yang sering dipilih pendaki untuk menuju puncak Latimojong. Jalur Angin-Angin dan Jalur Dusun Karangan. Dusun ini sendiri berada di Desa Latimojong, Kec. Buntu Batu, Kab. Enrekang. Tempat ini berada pada ketinggian 1500 MDPL. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani kebun.

Tim Pendaki Gunung - Dusun Karangan

Setiap harinya, Dusun karangan ini tidak pernah sepi dari aktiftas pendaki. Masyarakat sudah terbiasa dengan hilir mudik para pendaki yang melintas di kampung ini. Para pendaki pun sudah menganggap Dusun Karangan ini seperti rumah kedua. Baik pendaki dan masyarakat sudah saling membaur satu sama lain. Keberadaan para pendaki pun juga berdampak pada perekonomian masyarakat setempat. Para pedagang, dan jasa ojek paling merasakan manfaat dari kehadiran para pendaki.

PERSIAPAN PENDAKIAN

Tim Pendaki Gunung - Dusun Karangan

Selain kami ada juga beberapa pendaki dari daerah lain yang akan memulai perjalanan pada hari itu. Salah satunya adalah para pendaki dari Kab. Pangkep yang akan bergabung dalam rombongan kami. Mereka yaitu, Taufik, Putra dan Rahmat.
Sebelum memulai pendakian. para pendaki wajib melalukan pendataran di pos regitrasi. Beberapa hal harus dipatuhi pendaki selama pendakian.

Menyusuri Jalan Setapak Dusun Karangan

Setelah mempersiapkan seluruh perlengkapan, sekitar pukul 9 pagi, kami memulai perjalanan. Jalan setapak beton mengawali langkah kami. Deretan rumah-rumah warga satu per satu dilalui. Aktifitas warga terlihat sepanjang setapak yang kami lalui. Kami beriringan menyusuri jalan yang diapit oleh rumah-rumah warga.

Menyusuri Jalan Setapak Dusun Karangan

Perlahan, kami sudah menjauh dari pemukiman warga. Kita masih berada di jalan desa yang akan menuntun kita ke tepi sungai. Meskipun mentari perlahan naik, tapi hawa dingin tidak berubah. Perjalanan ini kita mengitari lereng bukit yang hijau dan sejuk.

Menuju Pos 1

Kita melewati jalur perkebunan kopi yang puluhan hektar luasnya. Jalan terus menanjak mengikuti setapak beton. Jalur menuju pos 1 ini, Kami masih menjumpai aktifitas warga disepanjang jalan. Lalu lalang masyarakat dijumpai sepanjang jalan. Masing-masing dari mereka sudah beranjak menuju ke lahan perkebunannya.

Villa di Dusun Karangan

Terdapat sebuah Villa di tepi Sungai Salu Karangan. Villa ini adalah fasilitas yang bisa disewa oleh pendaki yang akan menginap. Tempat ini dibangun oleh Pemerintah Kab. Enrekang sebagai bentuk perhatian kepada destinasi wisata alam Gunung Latimojong.

Jalur Perkebunan Kopi

Setelah itu jalur mengitari bukit akan dilalui. Lahan perkebunan kopi menjadi pemandangan utama di sepanjang langkah. Tanaman ini tumbuh subur di lereng gunung ini. Selain itu, terdapat juga lahan sayur mayur yang kami jumpai di sepanjang jalan. Hawa sejuk seperti ini merupakan anugerah, yang mana bisa menumbuhkan berbagai jenis tanaman.
Jasa Ojek ke Pos 1

Biasanya para pendaki memanfaatkan jasa ojek sampai ke Pos 1. Jalur ke Pos 1 memang bisa di lewati oleh motor karena permukaan jalan sudah dilapisi oleh beton. Warga yang kebetulan hendak ke kebun, biasanya menawarkan jasa ojek kepada para pendaki yang di temuinya di jalan. Cukup dengan tarif Rp. 30-50 Ribu saja, anda akan menghemat langkah dan lelah.

POS 1 - BUNTU KACILIN

Pos 1, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Kurang lebih satu jam dari perkampungan, kita sudah tiba di Pos 1. Buntu Kacilin adalah nama lain dari tempat ini. Tempatnya sangat terbuka dan berada di atas sebuah bukit kecil. Dari sini pemandangan lepas tersaji sepanjang mata. Bukit-bukit dan dan lahan perkebunan kopi tampak dari tempat ini.

Warung di Jalur Pendakian

Kita melangkah sedikit, menjauh dari Pos 1. Ada sebuah pondok milik warga dan sangat cocok untuk tempat berisitrahat. Pemiliknya merupakan warga Dusun Karangan. Ia biasa menyediakan untuk para pendaki jajanan disini. Di tempat ini juga menjadi titik antar jemput jasa ojek, karena jalur selanjutnya sudah tidak bisa dilalui oleh motor.

Warung di Jalur Pendakian

Para pendaki yang naik atau sudah turun pastilah mampir. Letak warung ini berada di tepi jurang. Sangat mengerikan ya tempatnya ?! Tapi jangan khawatir. Konstruksinya kuat kok..dan bisa dibebani beberapa pendaki.
Pemiliknya menyambut pendaki dengan bakwan yang masih panas. Tentunya dengan tarif seribu rupiah per biji. Ini mengingatkanku akan gunung-gunung yang ada di Pulau Jawa dimana pada pos-pos awal pendakian, pendaki mash akan menemukan warung atau kios.

Tanjakan Menuju ke Pos 2

Lepas dari pondok ini, kita masih di sajikan pemandangan terbuka. Tanjakan panjang akan dilewati hingga sampai ke kawasan hutan teduh. Cukup menanjak juga jalur ini..?! Itu yang kurasakan.. Tapi, ini ku anggap sebagai pemanasan. Karena, katanya, jalur didepan sana lebih extreme lagi.

Tanjakan Menuju ke Pos 2

Kita sudah memasuki hutan rimbun dan teduh. Dari sini sudah tidak ada aktifitas masyarakat. Lahan-lahan perkebunan kopi sudah berakhir saat lepas dari Pos 1 tadi. Kita sudah berada di hutan sebenarnya, dimana pepohonan menjulang tinggi akan dijumpai sepanjang jalan.
Saat jalur sudah banyak menurun bukit, pertanda Pos 2 tidak jauh lagi. Semakin melangkah, suara deras riak air semakin terdengar keras. Pos 2 memang berada di dekat aliran sungai sehingga jalur pasti akan menuruni bukit. Kita akan break sebentar di tempat itu.

POS 2 - SARUMPAAK

Pos 2, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Inilah Pos 2 atau yang sering disebut Sarumpaak. Satu-satunya pemberhentian yang berada di di tepi aliran air. Letaknya berada di pinggir sungai salu karangan. Bongkahan batu besar menghiasi sekitarnya. Para pendaki pastilah berhenti lama disini. Tidak sampai 1 jam jaraknya dari pos 1 diatas.

Bersama Pendaki dari Kab. Maros di Pos 2

Saat kami tiba, puluhan orang sedang memenuhi tempat ini. Salah satunya rombongan pendaki dari Kab. Maros. Sungguh meriah suasana saat itu. Kami mendapatkan teman baru lagi di pendakian ini. Suasana keakraban langsung terasa meski baru pertama bersua. Inilah momen yang berkesan bagi kami Pencinta Alam saat bertemu saudara seidentitas. Tidak ada batasan status sosial, kami bercengkrama, ketawa, ketiwi sebagai luapan kegembiraan dapat bertemu tanpa direncanakan.

Bersama Pendaki dari Kab. Maros di Pos 2

Rombongan pendaki dari Kab. Maros ini baru saja menyelesaikan pendakian dan akan kembali ke Dusun Karangan. Pos 2 ini selalu menjadi tempat bersih-bersih para pendaki sebelum turun ke kampung. Para pendaki pasti akan berlama-lama disini. Suasana di Pos 2 ini bisa membuat pendaki betah. Sangat sejuk dengan udara segarnya.

Sungai di Pos 2

Aliran air sungai ini tidak pernah berhenti. Di pos ini, kesempatan untuk  mandi. Ayooo...!! Siapa Berani..??! Air sungainya sangat deras dan jernih. Meskipun sangat dingin, para pendaki pasti akan mencoba bercebur meski hanya sesaat. Dinginnyaa...sangat mencekik. Saking dinginnyaa...Tidak sampai 10 detik, orang pasti akan melompat keluar dari sungai.

Tanjakan Extreme ke Pos 3

Medan menanjak adalah jalur selanjutnya untuk menuju ke Pos 3. Tanjakan terjal sudah menanti kami di depan. Inilah jalur yang paling extreme di pendakian ini. Kami seperti merayap untuk melaluinya. Pandangan harus fokus pada tumpuan dan pegangan. Tidak ada acara bencanda ria saat melewatinya. Kami harus tetap tenang melangkah. Janganlah terburu-buru. Perlahan tujuan pasti akan tercapai.

Tanjakan Extreme ke Pos 3

Medannya adalah sebuah kemiringan dengan elevasi 70 derajat. Kekuatan fisik teruji saat melewati pijakan ini. Tangan dan kaki harus kuat bertumpu. Pijakan dan pegangan mesti seiring sejalan.  Pendaki harus berhati-hati. Medan ini selalu licin karena berada di bawah hutan teduh yang rimbun. Ada sebuah titian tali yang di pasang untuk berpegang. Tetap fokus dan sabar saat menitinya. 

POS 3 - LANTANG NASE

Pos 3, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Sekitar 40 menit kemudian tibalah kita di Pos 3 setelah melalui tanjakan yang benar-benar menguras tenaga. Tempat ini sering juga disebut Lantang Nase. Kita akan beristirahat sebentar disini. Di tempat ini cukup luas dan bisa menampung puluhan orang. Suasananya sangat rimbun dan teduh. Saking capeknya perjalanan dari Pos 2 tadi, kita pasti akan terlena beristirahat disini. 

Pos 3, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Saatnya kita makan siang nih guuyss..!! Untung saja waktu masih di kampung tadi, kami sudah mempersiapkannya. Jadi ngak usah repot-repot lagi untuk mengeluarkan peralatan. Stamina dan energy harus tetap dijaga. Kita masih harus menempuh dua pos lagi untuk sampai di pemberhentian terakhir hari ini. Semoga saja fisik kami tetap kuat untuk melalui medan di depan sana.

Menuju Pos 4

Hawa dingin semakin terasa menusuk, saat kami perlahan melangkah untuk menuju pemberhentian selanjutnya. Waktu terus berjalan, kabut pegunungan mulai naik membatasi pandangan. Tujuan selanjutnya adalah Pos 4. Jalurnya masih sama, yaitu masih melewati hutan tertutup dengan medan menanjak. Tidak ada pilihan untuk menghalau dingin.. Melangkahlah terus...!!

POS 4 - PEUWEAN

Pos 4, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Sekitar 1 jam kemudian, Pos 4 atau Peuwean sudah kami capai. Lokasinya tidak jauh beda dengan Pos 3. Ia berada di tengah rimbun pepohonan. Kami terlena dengan obrolah yang cukup seru saat itu, sehingga lupa kalau waktu berjalan terus. Pukul 16.30 kami pun segera bertolak ke tujuan akhir kami hari ini, yaitu Pos 5.

Ditengah waktu yang mulai beranjak petang, kami harus melintasi jalur yang sangat menanjak. Fisik kami sudah mulai lemah dan goyah. Sesekali kami beristirahat lagi, namun tidak bisa berlama lama, karena target masih belum ada tanda-tanda. Kami sempat terpisah. Saya sudah berlalu duluan untuk segera mencapai Pos 5, sementara teman-teman lain masih di belakang, namun mereka terus bergerak perlahan. 

POS 5  - SOLOH TAMMA

Pos 5, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Saat menjelang petang, terdengar suara keramaian dari atas sebuah bukit. Saya pun sontak memacu langkah. Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah suara keramaian dari para pendaki yang sudah tiba di Pos 5. Akhinrya saya pun tiba lebih dulu di tempat ini. Teman-teman lain yang masih di bawah, segera ku kabari melalui Handy Talky. 

Pos 5 Jalur Pendakian Gunung Latimojong

7 (Tujuh) anggota tim kami akhirnya sudah lengkap terkumpul di Pos 5. Suasana sudah menjelang malam. Maka segeralah kami mendirikan tenda, mengingat hari yang semakin gelap. Kami segera membagi tugas. Setelah tenda berdiri, kelengkapan masak segera dikeluarkan. Sebagiannya lagi segera mengambil air pada sebuah sungai tidak jauh dari Pos 5 ini.

Aktifitas Malam di Pos 5

Keriuhan terdengar dari segala sudut di pos 5 ini. Tenda-tenda pendaki bertebaran di seitiap sisi punggungan bukit ini. Gelap yang semakin dingin, seperti tidak ampuh untuk membatasi aktiftitas kami di malam itu. Acara masak memasak pun di mulai. Aneka menu siap disajiakan. Minuan penghangat sudah terlebih dahulu kami buat tidak lama setelah tenda bendiri.

POS 5 - Rabu, 23 Juni 2021

Suasana Pagi di Pos 5

Cukup nyenyak kami tidur semalam sampai melewatkan waktu terbitnya matahari. Dingin masih terasa, seakan membuat kami terlena dalam hangatnya sleeping bag. Terang mulai terlihat dari celah-celah tenda. Segeralah kami keluar menatap pagi yang yang cukup bersahabat. Obrolan dan gelak tawa sudah mulai terdengar dari tiap tenda. Mereka sudah mulai beraktiftas pagi.

Aktifitas Memasak di Pos 5

Pos 5 atau sering disebut Solohtamma merupakan tempat yang sangat luas. Ratusan pendaki bisa berkumpul disini. Di tempat ini sering menjadi pos terakhir sebelum melanjutkan ke puncak esok harinya sehingga pos ini selalu ramai baik oleh pendaki yang sudah atau baru akan naik ke puncak. Sumber air juga cukup dekat dari pos 5 ini. Hanya cukup menuruni bukit sekitar 5 menit, kita akan menemukan sungai yang berlimpah air pegunungan.
Saat itu, suasana sedang ramai-ramainya. Kami sempat berkenalan dengan beberapa pendaki. Mereka datang dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Ada yang dari Makassar, Palopo, Bone, Maros, Palu, Gorontalo, Pangkep, dan tentunya dari Enrekang sendiri.

Persiapan Menuju Puncak

Hari ini penuh dengan semangat. Kita akan menuju puncak tertinggi dari pegunungan Latimojong. Tenda dan perlengkapan utama ditinggal di tempat ini. Hanya kebutuhan selama perjalanan yang dibawa serta. Jarak tempuh hari ini, cukup untuk pulang pergi ke puncak.
Waktu terus berjalan, kami tidak boleh lengah oleh rasa kantuk yang masih terasa. Setelah semuanya sudah lengkap, kami pun memulai perjalanan.
Beberapa rekan-rekan sudah banyak yang lebih dulu bergerak ke puncak. Sebelum kami, sudah puluhan pendaki yang lebih dulu ke puncak. Sama seperti kami, mereka juga akan melakukan perjalanan pulang pergi, dimana semua perlengkapan utamanya di tinggal di Pos 5 ini.
Melalui Jalur Hutan Lumut

Sekitar Pukul 9 pagi, mulailah kami melangkah menyusuri kembali tanjakan di jalur yang lembab. Jalur ini didominasi oleh hutan lumut. Disekeliling, tumbuhan lumut merambat di seluruh permukaan pohon. Jalur terus menanjak dengan medan yang semakin terbuka. Pepohonan besar sudah berkurang saat kami semakin menambah ketinggian. Vegetasi mulai memasuki pupolasi Pohon-pohon kerdil. Ini menandakan kita sudah hampir berada diatas ketinggian 3000 an MDPL.

POS  6 - PERANGIAN

Pos 6, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Pos 6 kita termpuh sekitar 45 menit dari Pos 5. Tempat ini juga disebut Perangian. Tempatnya cukup tebuka dengan pemandangan lepas ke pegunungan. Kami cukup mengambil napas disini. Fisik masih kuat dan bugar. Tidak lama kemudian tanjakan terus dilalui.

Melalui Jalur Hutan Lumut

Pos 7 adalah tujuan kami selanjutnya. Pepohonan yang diselimuti lumut tebal adalah ciri khas jalur ke Pos 7. Di jalur ini, dinginnya semakin menjadi-jadi. Kelamaan istirahat bisa membuat badan menggigil kedinginan. Maka, janganlah berlama-lama terkurung disini. Teruslah berjalan perlahan agar raga kembali hangat.

Jalur Terbuka Menuju Pos 7

Perjalanan kesana kita akan semakin memasuki jalur terbuka. Tiupan angin akan semakin terasa kencang. Terlebih kondisi dingin semakin merasuk ke dalam tubuh. Kini lumut sudah tidak ada lagi berganti dengan hembusan angin yang membawa kabut. 

Jalur Terbuka Menuju Pos 7

Perlahan dan pasti jalur menanjak di lewati. Seluruh tim kami masih tangguh untuk melalui rintangan ini.. Terus semangat..!! Hanya itu yang bisa dilakukan. Sesekali pandangan cerah hingga ke langit dapat kami lihat, namun tidak lama kembali tertutup oleh kabut yang tebal.  

POS 7 - PENTUANGINAN

Pos 7, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Sekitar Pukul 12 siang kami sudah tiba di Pos 7. Pentuanginan adalah nama lain dari tempat ini. Alhamdulilah ini merupakan pos terakhir. Artinya, tinggal perjalanan ke puncak yang akan kami lalui. Tempat ini berada di antara dua jalur angin. Dingin, multak terus terjadi di Pos 7 ini. Terpaan angin dan kabut silih berganti menghempas. Pendaki harus tetap menjaga kondisi karena perjalan ke puncak masih jauh.

Berendam di Kolam Es - Pos 7

Terdapat sumber air yaitu kali kecil yang letaknya Tidak jauh dari Pos 7. Letaknya berada di sebuah lembah. Dengan mengikuti jalur setapak kita pasti akan menemukannya. Suhu di lembah ini begitu dinigin mencekik, hampir 5 derajat. Terdapat juga beberapa kolam dengan air yang jernih. Meskipun airnya bisa untuk berendam, namun pendaki tidak akan berlama-lama melakukannya.

Aktifitas Masak di Pos 7

Pendaki yang menginap di Pos 7, memanfaatkan air dari kolam tersebut untuk masak memasak. Kolam tersebut bersumber dari sebuah mata air yang terus mengalir sepanjang musim. Jadi dipastikan ketersediaan air di tempat ini akan terjamin. Meskipun demikian, sudah jarang pendaki yang menginap di Pos 7. Soalnya, di tempat ini, suhunya selalu berubah drastis apalagi malam hari. Jadi sebaiknya pendaki mempersiapkan ketahanan tubuh sebelum memutuskan untuk menginap di tempat ini.

Pos 7, Jalur Pendakian Gunung Latimojong

Saat saya mendaki ke gunung ini 16 tahun silam. Kami sempat menginap di Pos 7 ini. Tiupan angin saat malam hari begitu brutal menghantam tenda kami. Saya dan teman-teman bahkan tidak berani keluar tenda dan memilih berkurung diri. Dingin malam itu sangat menggila, padahal saya sudah berlapis 4 pakaian dan sleeping bag, namun tetap saja tersiksa. Kondisi yang saya alami ternyata sering juga terjadi oleh pendaki lainya. Makanya, belakangan para pendaki memutuskan menginap di Pos 5 atau pada sebuah tempat datar di atas Pos 7.

Melewati Tanjakan diatas Pos 7

Kembali ke pendakian..Perjalanan masih jauh. kita harus kembali ke jalur tanjakan. Medan dengan banyak pepohonan akan dilalui. Akan dilewati sebuah jalur yang menanjak dan licin. Berhati-hatilah saat berada disini. 

Lokasi Camp di Atas Pos 7

Diatas Pos 7, terdapat sebuah tanah datar yang sangat luas. Tempat ini di tumbuhi rerumputan. Lokasinya cukup terbuka. Banyak pendaki yang menginap disini. Terdapat kolam-kolam kecil yang terisi air. Itulah yang menjadi sumber air para pendaki. Di tempat ini juga menjadi titik pertemuan dengan Jalur Tolajuk dari arah Kab. Luwu.
Jalur Bebatuan Menuju Puncak

Sekitar 10 menit kemudian, medan yang di lewati sangat berbeda. Kita akan menyusuri jalur hamparan batu yang panjang. Setapak tidak terbentuk separti halnya di jalur sebelumnya. Kita harus lebih memperhatikan bekas jejak pijakan pendaki. Medan berbatu ini sangatlah panjang, seperti tidak berhujung. Disekeliling hanya pandangan terbuka. Angin semakin kencang berhembus. Tidak ada penghalang yang membatasi.

Jalur Bebatuan Menuju Puncak

Medan naik turun satu persatu di lewati. Saking terbukanya, kita sudah bisa melihat jalan akan kita akan lewati di depan. Menapaki bebatuan ini cukup membosankan. Entah kita kemana..Semuanya terlihat sama..Pikiranku hanya berkata...Teruslah melangkah...Puncak semakin dekat..

Jalur Bebatuan Menuju Puncak

Dari bukit sebelah..Sudah terlihat sebuah tugu…Sepertinya..itulah puncak dari pegunungan ini. Dengan segera, kami memacu langkah, tanpa penduli jalan yang semakin menanjak. Sesekali juga terdengar teriakan "Puncak".."Puncak"..dari teman kami yang mungkin sudah tiba disana. 

PUNCAK "RANTE MARIO" - GUNUNG LATIMOJONG
Rabu, 23 Juni 2021

Puncak Rante Mario - Gunung Latimojong 3478 MDPL

Alhamdulillah...Sampalah kita di puncak tertinggi di Pegunungan Latimojong, setelah melalui perjalanan 4 jam dari Pos 5. Puncak ini bernama Rante Mario. Terdapat sebuah tugu yang dibangun beberapa puluh tahun lalu. Tugu ini menandakan disinilah atap Sulawesi. Puncak ini memiliki ketinggian 3478 MDPL

Puncak Rante Mario - Gunung Latimojong 3478 MDPL

Di pegunungan latimojong terdapat 7 titi ketinggian. Yaitu Buntu Sinaji (2.430 mdpl), Buntu Sikolong (2.754 mdpl), Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl), Buntu Rante Mario (3.440 mdpl), Buntu Nenemori (3.097 mdpl), Buntu Bajaja (2.700 mdpl), Buntu Latimojong (2.800 mdpl).
Terdapat 4 jalur untuk menuju puncak rante Mario ini yaitu, Jalur Dusun Angin Angin, Jalur Papandungan, Jalur Tolajuk dan jalur yang kami lewati yaitu Jalur Dusun Karangan.

Puncak Rante Mario - Gunung Latimojong 3478 MDPL

Saat di puncak, kami bersama-sama dengan banyak pendaki dari berbagai daerah. Sebuah moment yang membahagiakan saat kami mendapatkan banyak teman baru. Kesempatan ini pun kami maanfaatkan dengan berfoto bersama.
Sungguh puas perasaan kami, dapat menapakkan kaki di atap Sulawesi. Bagi saya sendiri, ini merupakan yang kedua kalinya saya kesini, dimana 16 tahun yang lalu tepatnya tahun 2005 aku kesini sebelumnya. Sebuah kesyukuran pada Ilahi, akhinya saya bisa kembali lagi ke puncak ini.

 Bersama Pendaki dari Kota Palopo di Puncak Rante Mario

Dari puncak ini kita seakan berada yang paling tinggi diantara semua. Teriakan kegembirraan saling sahut menyahut terdengar. Betapa tidak, inilah gengsi seoarang pendaki gunung yaitu berada di puncak setelah melewati perjalan yang menantang. Tim Expedisi Seven Summit Pencinta Alam Kabupaten Konawe sangat bangga bisa menuntaskan misi pendakian ini.

Puncak Rante Mario - Gunung Latimojong 3478 MDPL

Gunung Latimojong merupakan salah satu seven summit Indonesia yang mewakili Pulau Sulawesi. Dengan status tersebut, menjadikan gunung ini tidak henti-hentinya di kunjungi oleh pendaki di seluruh Indonesia bahkan dari mancanegara.

Puncak Rante Mario - Gunung Latimojong 3478 MDPL

Pendakian ke Gunung Latimojong sudah masuk dalam daftar agenda pariwisata di Kab. Enrekang. Pemda setempat terus membangun fasilitas untuk memudahkan kegiatan para pendaki. Kita berharap kepada semua penggiat alam terbuka untuk menjaga dan melestarikan kawasan hutan Latimojong. Mari kita jaga kebersihan dari segala sampah yang bisa merusak ekosistem lingkungan.

Tim Expedisi Pencinta Alam Kab. Konawe di Puncak Rante Mario

Pendakian ini memberikan kami banyak pengalaman baru dalam berpetualang. Kita harapkan Gunung Latimojong tetap terjaga dan lestari sehingga bisa dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya. Kami dari Tim Expedisi Seven Summit Pencinta Alam Kabupaten Konawe; Asran, Reni Arieska, Toti Irianto meronda dan saya sendiri Muh. Dagri Nizar mengucapkan Terima kasih untuk semua pihak yang telah menyukseskan pendakian ini.

Seluruh Tim Pendukung Kegiatan Expedisi

Terima Kasih untuk Bapak Nardi Sunardi beserta keluarga yang memberikan kami fasilitas dan kemudahan dalam proses pendakian. Terima kasih untuk semua anggota tim yang standby di Posko Dusun Banca; Mama Tira, Kaka Ipank, Om Arda dan Adek Tira.
InSyaa Allah umur panjang, kami akan berkunjung lagi di tempat ini. Sampai jumpa di pendakian kami selanjutnya. Salam Lestari..Wassalamu Alaikum. Wr. Wb.

Dokumentasi  : Tim Expedisi Seven Summit Kab. Konawe
Penulis  : Muhammad Dagri Nizar

No comments:

Post a Comment

Flag Counter