Gowa - Sulawesi Selatan, Gunung Bawakaraeng terletak di Kab. Gowa Prov. Sulawesi Selatan. Bawakaraeng mempunyai arti Bawa = Mulut, Karaeng = Raja. Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian 2830 MDPL dan merupakan gunung tertinggi ke lima di Prov. Sulawesi Selatan setelah Gunung Latimojong 3440 MDPL, Gunung Tolangi Balease 3016 MDPL, Gunung Kambuno 2950 MDPL dan Gunung Lompobattang 2871 MDPL. Gunung ini merupakan gunung yang penuh mistis dan disakralkan oleh masyarakat setempat, apalagi di beberapa bulan hijriah seperti Zulhijjah, Syaban, Ramadhan. Hal tersebut di buktikan dengan banyaknya ditemukan makanan persembahan / sesajen di jalur pendakian yang di simpan di beberapa pohon besar dan beberapa aktifitas masyarakat yang sering melakukan ritual-ritual yang tidak lazim.
Pencinta Alam Konawe merupakan Group Pencinta Alam yang sangat eksis di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam aktivitasnya di alam bebas. Kegiatan pendakian gunung setiap tahun dilaksanakan sebagai bentuk eksistensi sebagai Pendaki Gunung.
Setelah menjajal atap Sulawesi Tenggara, Gunung Mekongga pada tahun 2020 dan atap Sulawesi Selatan pada tahun 2021, di Tahun 2022, Tim Expedisi Pencinta Alam Konawe kembali melanjutkan misinya dengan menaklukkan dua puncak bergengsi di Sulawesi Selatan yaitu Gunung Bulusaraung dan Gunung Bawakaraeng.
Gunung yang bisa di bilang Gunung Andalan para pendaki dari Kota Makassar, jaraknya hanya 75 km dari Ibukota Prov. Sulawesi Selatan. Gunung Bawakaraeng menjadi gunung favorites bagi pendaki di daerah ini. Gunung ini bisa dicapai dari Kabupaten Gowa yaitu Dusun Lembanna. Pada pendakian kali ini Tim Expedisi Pencinta Alam Konawe akan melalui jalur Dusun Lembanna. Selain menjadi jalur yang sering dilalui pendaki, Jalur tersebut sudah pernah saya lalu sebanyak dua kali. Jadi saya cukup familiar dengan rute perjalanannya.
Pencinta Alam Konawe merupakan Group Pencinta Alam yang sangat eksis di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam aktivitasnya di alam bebas. Kegiatan pendakian gunung setiap tahun dilaksanakan sebagai bentuk eksistensi sebagai Pendaki Gunung.
Setelah menjajal atap Sulawesi Tenggara, Gunung Mekongga pada tahun 2020 dan atap Sulawesi Selatan pada tahun 2021, di Tahun 2022, Tim Expedisi Pencinta Alam Konawe kembali melanjutkan misinya dengan menaklukkan dua puncak bergengsi di Sulawesi Selatan yaitu Gunung Bulusaraung dan Gunung Bawakaraeng.
Gunung yang bisa di bilang Gunung Andalan para pendaki dari Kota Makassar, jaraknya hanya 75 km dari Ibukota Prov. Sulawesi Selatan. Gunung Bawakaraeng menjadi gunung favorites bagi pendaki di daerah ini. Gunung ini bisa dicapai dari Kabupaten Gowa yaitu Dusun Lembanna. Pada pendakian kali ini Tim Expedisi Pencinta Alam Konawe akan melalui jalur Dusun Lembanna. Selain menjadi jalur yang sering dilalui pendaki, Jalur tersebut sudah pernah saya lalu sebanyak dua kali. Jadi saya cukup familiar dengan rute perjalanannya.
Persiapan di Kota Maros |
Setelah mendaki Gunung Bulusaraung di Kab. Pangkep, kami kembali mempersiapkan pendakian ke Gunung Bawakaraeng. Persiapan kami mulai di Rumah kerabat salah satu anggota tim kami di daerah Maros.
Baru satu malam kami beristirahat, persiapan sudah harus dimulai. Perlengkapan dan logistik kembali diatur ke dalam Carrier. Kami memulai perjalanan di saat hari akan petang. Tim masih berjumlah 5 orang dengan formasi yang sama saat pendakian ke Gunung Bulusaraung.
Tim menempuh perjalanan darat dari Kota Makassar melewati Kota Sungguminasa. Setelah itu melewati wilayah Malino. Sekitar 1 Jam perjalanan, sampailah kita di Dusun Lembana. Dusun ini merupakan titik awal pendakian ke Puncak Gunung Bawakaraeng.
Baru satu malam kami beristirahat, persiapan sudah harus dimulai. Perlengkapan dan logistik kembali diatur ke dalam Carrier. Kami memulai perjalanan di saat hari akan petang. Tim masih berjumlah 5 orang dengan formasi yang sama saat pendakian ke Gunung Bulusaraung.
Tim menempuh perjalanan darat dari Kota Makassar melewati Kota Sungguminasa. Setelah itu melewati wilayah Malino. Sekitar 1 Jam perjalanan, sampailah kita di Dusun Lembana. Dusun ini merupakan titik awal pendakian ke Puncak Gunung Bawakaraeng.
Dusun Lembanna
Pos Registrasi Gunung Bawakaraeng |
Kami tiba di saat sudah gelap. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00. Suasana dusun ini sangat berbeda jauh saat saya terakhir menginjakkan kaki di tempat ini pada Juni 2012 lalu. Sejak beberapa tahun lalu pengelola telah menempatkan pos registrasi pendaki pada sebuah kawasan hutan pinus yang luas. Malam itu kami agak kesulitan menemukan lokasi tersebut, karena posisinya berada diatas Dusun Lembana. Sesuai prosedur, kami pun segera melalukan registrasi di pos pendaftaran. Untuk setiap pendaki akan dikenakan biaya Rp.5.000 per orang.
Hutan Pinus Lembanna, Gowa |
Kompleks hutan pinus ini sangat luas. Pihak pengelola menyiapkan lokasi camping ground yang apat menampung ratusan tenda. Pada malam itu, terlihat juga puluhan tenda yang bertebaran di lokasi ini. Suasana semakin riuh dan menyenangkan ketika mendengar lantunan lagu yang diiringi gitar dari beberapa pengunjung malam itu.
Malam itu kami pun beristirahat di area camping ground ini. Tenda dan perlengkapan masak sudah difungsikan tidak lama sejak kami tiba. Dingin menusuk sudah terasa sejak tadi, apalagi malam yang semakin larut. Ketinggian dari lokasi ini sekitar 1500 MDPL.
Malam itu kami pun beristirahat di area camping ground ini. Tenda dan perlengkapan masak sudah difungsikan tidak lama sejak kami tiba. Dingin menusuk sudah terasa sejak tadi, apalagi malam yang semakin larut. Ketinggian dari lokasi ini sekitar 1500 MDPL.
HUTAN PINUS LEMBANNA
Hutan Pinus Lembanna, Gowa |
Lokasi camping ground ini merupakan salah satu objek wisata di kawasan kaki Gunung Bawakaraeng. Tempatnya yang dingin dan sejuk memberikan suasana yang berbeda bagi para muda mudi yang berkunjung kesini. Tidak semua yang mendirikan tenda di tempat ini akan ke Puncak Bawakaraeng. Sebagian besar mereka hanya menghabiskan waktu selama beberapa malam disini, terlebih lagi saat akhir pekan.
Saat pagi tiba, terlihat jelas kawasan hutan pinus. Aneka warna-warni tenda menghiasi rerumputan hijau di bawah pohon cemara. Kawasan ini dikelilingi oleh warung-warung dan kios yang menyediakan seluruh kebutuhan pendaki.
Saat pagi tiba, terlihat jelas kawasan hutan pinus. Aneka warna-warni tenda menghiasi rerumputan hijau di bawah pohon cemara. Kawasan ini dikelilingi oleh warung-warung dan kios yang menyediakan seluruh kebutuhan pendaki.
Kegiatan pagi di Hutan Pinus Lembanna, Gowa |
Sangat terlelap kami dalam balutan sleeping bag semalam. Perjalanan darat dari Maros hingga tiba ditempat ini semalam membuat kami lelah. Tidur semalam terasa cukup untuk mempersiapkan fisik kami melewati jalur pendakian di depan sana. Kawasan hutan pinus ini menjadi tempat berkumpulnya para pendaki sebelum memulai perjalanan. Suasana disini begitu menenangkan batin. Pandangan akan dimanjakan dengan pepohonan rindang dan area camping yang berlapis rerumputan tipis.
Ditempat ini kita sangat leluasa bergerak. Hamparan dengan tanah datar yang luas ini memungkinkan kita untuk beraktifitas. Maka segeralah kami mempersiapkan sarapan pagi disaat hari yang terus beranjak naik. Dinginnya hawa pagi tidak menghalau pergerakan pagi itu. Meskipun masih belum fit sepenuhnya, tapi fisik kami harus terus prima untuk melewati tantangan didepan sana.
Ditempat ini kita sangat leluasa bergerak. Hamparan dengan tanah datar yang luas ini memungkinkan kita untuk beraktifitas. Maka segeralah kami mempersiapkan sarapan pagi disaat hari yang terus beranjak naik. Dinginnya hawa pagi tidak menghalau pergerakan pagi itu. Meskipun masih belum fit sepenuhnya, tapi fisik kami harus terus prima untuk melewati tantangan didepan sana.
Berdoa sebelum berangkat |
Seluruh persiapan sudah dirampungkan. Beberapa perlengkapan yang tidak kami bawa, sudah diamankan di dalam mobil yang terparkir di depan pos registrasi. Beberapa saat lagi, kami akan meninggalkan kawasan hutan pinus ini dan memasuki jalur pendakian. Kami melingkar dan memohon kepada Allah SWT, agar perjalanan kami nantinya senantiasa dalam lindunganNya.
Hutan Pinus Menuju Pos 1 |
Hutan pinus perlahan kami tinggalkan. Jalurnya sudah mulai menanjak landai. Kami perlahan menyesuaikan langkah dan mengatur nafas. Sungguh...Fisik kami masih belum stabil. Istirahat kami belum sepenuhnya cukup. Baru dua hari yang lalu kami mendaki ke Gunung Bulusaraung.
Hutan pinus ini begitu luas, dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Kesejukan tidak pernah lenyap dari kaki gunung ini. Hutan pinus adalah pertanda bahwa disini adalah kesejukan yang abadi. Dusun Lembana yang berada di kaki Pegunungan Bawakaraeng dimana sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari perkebunan dan pertanian. Tidak heran di sekeliling perkampungan banyak hamparan ladang sayuran dan petak-petak kebun.
Hutan pinus ini begitu luas, dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Kesejukan tidak pernah lenyap dari kaki gunung ini. Hutan pinus adalah pertanda bahwa disini adalah kesejukan yang abadi. Dusun Lembana yang berada di kaki Pegunungan Bawakaraeng dimana sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari perkebunan dan pertanian. Tidak heran di sekeliling perkampungan banyak hamparan ladang sayuran dan petak-petak kebun.
POS 1
Pos 1, Gunung Bawakaraeng |
Sekitar 45 menit perjalanan sampailah Tim di Pos 1 Jalur Pendakiaan Gunung Bawakaraeng yang merupakan sebuah tempat yang cukup terbuka namun tidak terdapat sumber air. Di Pos ini juga terdapat percabangan jalur yang menuju ke Lembah Ramma. Pos 1 berada pada ketinggian 1650 MDPL. Tempat ini cukup terbuka dengan pepohonan yang saling berjauhan.
Pos 1, Gunung Bawakaraeng |
Inilah pemberhentian pertama yang kali temui. Pos 1 letaknya belum terlalu jauh dari perkampungan. Sudah tidak ada aktifitas perkebunan warga di sekitar areal ini. Perjalanan dari kampung kesini, jalur yang dilalui cukup landai dan sepanjang perjalanan terdapat air mengalir yang berlimpah ruah. Perjalanan dari bawah sana masih terhitung pemanasan. Fisik ini belum begitu lelah meskipun semalam kami begadang. Selanjutnya, perjalanan panjang sudah menanti tapak kaki kami.
Jalur Semak Menuju Pos 2 |
Pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2, diperlukan waktu tak lebih dari 1 jam perjalanan, disini tersedia mata air yang mengalir. Perjalanan belum terlalu menanjak. Langkah masih cukup ringan melewati setapak dengan tumbuhan semak-semak disekitarnya. Kita terus memacu langkah di saat fisik masih bugar dan nafas masih teratur.
POS 2
Pos 2, Gunung Bawakaraeng |
Pos 2 ditempuh sekitar 40 Menit perjalanan dari Pos 1. Pos 2 merupakan sebuah tempat terbuka yang cuku luas. Lokasinya dibelah oleh sebuah aliran kali kecil. Para pendaki pastilah singgah beristirahat. Suasana rindang sangat tepat untuk bersantai dengan sedikit cemilan dan rokok. Biasanya ada juga pendaki yang mendirikan tenda disini. Mungkin saja mereka mencari suasana yang berbeda dari hutan ini.
Menempuh Jalur Hutan Lumut |
Jalur pendakian Gunung Bawakaraeng via Lembanna, kita akan disajikan jalur menanjak panjang dan terkadang landai. Sesekali kita akan masuk kawasan hutan lumut yang lembab. Namun tidak lama kemudian, kita akan kembali menemukan tampilan hutan terbuka dengan padang rumputnya. Sepeti halnya jalur hutan lumut di pegunungan, kondisi basah dan lembab mendominasi tempat ini. Namun udara akan lebih lembut dihirup.
POS 3
Pos 3, Gunung Bawakaraeng |
Pos 3 letaknya tidak jauh dari Pos 2. Hanya mengitari sebuah punggungan. Di Pos 3 terdapat juga aliran kali kecil. Banyak juga pendaki yang singgah beristirahat di tempat itu. Suasanaya tidak berbeda jauh dengan Pos 2.
Karena baru saja kami beristirahat di Pos 2, kami pun hanya melewati Pos 3 dan terus mengarah ke Pos 4. Jalurnya diawali dengan track terbuka dan landai. Banyak semak-semak yang akan dilewati dengan dikelilingi oleh pohon-pohon yang saling berjauhan.
Karena baru saja kami beristirahat di Pos 2, kami pun hanya melewati Pos 3 dan terus mengarah ke Pos 4. Jalurnya diawali dengan track terbuka dan landai. Banyak semak-semak yang akan dilewati dengan dikelilingi oleh pohon-pohon yang saling berjauhan.
Jalur menanjak perlahan dilewati di tengah teduhnya pepohonan. Kita melewati hutan yang sangat rapat. Saking teduhnya, jalur yang dilalui merupakan setapak yang licin. Banyak bebatuan lembab yang menjadi pijakan. Disepanjang jalan, setapak cukup jelas terlihat karena seringnya dilalui oleh para pendaki. Tipe hutan berlumut menjadi ciri khas jalur menuju ke Pos 4. Kita akan melalui tanjakan yang cukup panjang dari Pos 3. Hawa dingin semakin terasa saat kita sudah terkurung dalam teduhnya jalur ini.
POS 4
Pos 4, Gunung Bawakaraeng |
Setelah menempuh perjalanan 1,5 Jam dari Pos 1, Tim tiba di Pos 4 yang merupakan sebuah tempat istirahat yang luas dan banyak terdapat sisa-sisa pohon tumbang. Ditempat ini sangat cocok untuk beristirahat lama karena tempatnya yang sangat rindang. Perjalanan dari Pos 3 tadi sangat panjang namun kita tidak begitu kelelahan karena hutan teduh yang dilalui cukup memberikan kita udara segar sehingga tubuh tidak terasa gerah.
Pos 4, Gunung Bawakaraeng |
Berbeda dengan Pos sebelumnya, Pos 4 ini dikelilingi oleh pepohonan yang berselimut lumut. Kondisinya cukup basah dan lembab. Meskipun mentari semakin terik, namun hawa kesejukan seperti ini, kita tidak akan terada capek.
Tidak terasa sudah hampir setengah perjalanan yang kami lalui. Masih beberapa jam lagi yang akan kami lewati hingga sampai di tempat istrirahat malam sebentar.
Seperti biasa beberapa teguk minuman jeruk, menyamankan tenggorokan yang sudah kering sejak tadi.
Tidak terasa sudah hampir setengah perjalanan yang kami lalui. Masih beberapa jam lagi yang akan kami lewati hingga sampai di tempat istrirahat malam sebentar.
Seperti biasa beberapa teguk minuman jeruk, menyamankan tenggorokan yang sudah kering sejak tadi.
Tidak kurang dari 15 menit kami menghabiskan waktu di Pos 4. Jalur terbuka dan landai kembali disusuri. Di kiri kanan tumbuh sejenis tanaman pakis hutan. Jalur cukup kering karena tidak terdapat pohon-pohon pelindung. Meskipun tidak terdapat pohon pelindung, kita tidak akan kepanasan. Sebab sejak dari bawah hingga keatas nanti hawa dingin selalu menemani perjalanan.
Hari sudah mulai beranjak tengah hari. Langkah mulai melambat seiring tenaga yang semakin berkurang. Kita harus segera mencapai Pos 5. Kita akan berisitrahat siang disana. Jalur tanaman pakis ini cukup panjang. Tumbuhan ini tersebar hingga mendekati Pos 5. Semakin kita menjelajahi semak-semak ini, Pos 5 akan semakin dekat.
POS 5
Pos 5, Gunung Bawakaraeng |
Sekitar 30 menit perjalanan dari Pos 4, sampailah kami di Pos 5. Tempat ini merupakan termpat yang paling terbuka luas dimana terdapat sisa-sisa pohon yang tumbang akibat proses seleksi alam dan sisa kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun silam. Pos 5 memiliki sumber air yang letaknya 50 meter jalan menurun, karena itulah Tim pun menyempatkan diri untuk istirahat sambil makan siang ditempat ini.
Pos 5, Gunung Bawakaraeng |
Kita bisa berlama-lama disini. Biasanya para pendaki memanfaatkan waktu dengan tidur siang. Suasana terbuka dan tidak lembab memungkingkan kita bisa beristirahat dengan tenang. Perjalanan kedepan kita akan menempuh rute panjang yang terjal landai. Dengan beristirahat dan bersantai, kita bisa mempersiapkan tenaga baru untuk melalui rute di depan sana.
Menuju Pos 6 |
Cukup lama kami terlena di Pos 5, hingga lupa bahwa hari terus bergerak dan target masih jauh. Maka segeralah kami mengemas barang dan berlalu meninggalkan Pos 5 untuk menuju ke pemberhentian selanjutnya. Setelah Pos 5, Jalur pendakian akan melewati medan terbuka dan menanjak. Sepanjang jalan kita akan disuguhkan pemandangan lereng pegunungan Bawakaraeng.
Menyusuri Jalur Berbatu |
Perjalanan ke Pos 6, dilewati dengan melalui beberapa bongkahan. Dahulunya, disini merupakan kawasan hutan yang habis terbakar beberapa tahun silam. Dijalur ini sangatlah terbuka dan tentu saja sangat dingin dengan tiupan angin yang berubah-ubah. Jalur antara Pos 5 dan Pos 6 akan banyak ditemukan Plakat In Memorian para pendaki pendaki yang meninggal di jalur ini. Untuk itu para pendaki sangat disarankan untuk memperhatikan kondisi ketahanan pada suhu sebelum mendaki di Gunung Bawakaraeng yang terkenal dengan cuaca dingin dan cepat berubah.
Jalur Berbatu Menuju Pos 6 |
Perjalanan akan terus menyisir jalur bebatuan. Tidak ada pohon teduh di sepanjang perjalanan ke Pos 6. Semuanya terlihat dengan jelas batu-batu yang akan kita jelajahi. Kita akan terus menyusur setapak di bawah terik sejuk mentari. Sesekali kami beristirahat, namun tidak bisa lama, karena Pos 6 masih cukup jauh dan belum ada tanda-tanda.
Pemandangan Menuju Pos 6 |
Di sepanjang jalur akan menyajikan pemandangan alam yang elok. Sambil perlahan melangkah, kita akan terkagum-kagum dengan tampilan pegunungan yang membentang luas. Banyak termpat-tempat terbuka yang menyuguhkan keeksotikan pegunungan. Kita bisa sejenak melupakan lelah tatkala menatap panorama yang begitu indah.
Jalur Berbatu Menuju Pos 6 |
Jalur memang cukup panjang dan berlika liku. Sudah 1 jam lebih kami berkutat disini. Tipe jalurnya pun tidak berubah. Pepohonan rindang yang kami lalui sebelumnya, tidak nampak disini. Di jalur inilah yang menurut cerita memiliki udara yang sangat ekstreme. Dalam hitungan menit cuaca bisa sontak berubah. Kondisi tersebut bisa membuat pendaki drop.
Jalur Berbatu Menuju Pos 6 |
Sudah banyak korban pendaki berjatuhan di jalur antara Pos 5 dan Pos 6 ini. Pergantian cuaca yang begitu cepat membuat pendaki mengalami hipotermia yang tidak dapat dibendung. Kondisi medan yang terbuka membuat kabut dan angin langsung menembus ke siapa saja yang melintas.
POS 6
Pos 6, Gunung Bawakaraeng |
Perjalanan sekitar 1,5 Jam dari Pos 5 berakhir di Pos 6. Cukup panjang juga jalur yang ditempuh tadi. Energi benar-benar terkurang untuk melaluinya. Pos 6 berjarak sekitr 40 Menit perjalanan dari Pos 5. Ditempat ini cukup terbuka dan tidak terdapat sumber air, dari tempat ini kelihatan jelas jalur tracking berat ke arah Pos 7. Suasana dingin sangat terasa di tempat ini, hembusan angin terasa sangat menusuk apalagi di tambah dengan hujan yang mulai turun.
Tanjakan Menuju Pos 7 |
Setelah Pos 6, kita akan kembali memasuki hutan teduh yang lembab. Jalur tanjakan panjang sudah menanti kami. Perlahan kita berpijak pada tunpuan batu yang sedikit berlumut. Untuk menuju Pos 7, perjalanan akan kembali memacu tenaga kita. Fisik kembali diuji untuk melewati tantangan ini.
POS 7
Pos 7, Gunung Bawakaraeng |
Perjalanan yang melelahan tadi, sekana terbayar dengan pandangan indah di sekeliling. Inilah Pos 7 jalur pegunungan Bawakaraeng. Sebuah tempat yang sangat terbuka yang terletak di atas bukit. Kita bisa melihat dengan leluasa pemandangan daerah malino dari kejauhan.
Pos 7, Gunung Bawakaraeng |
Untuk sampai di Pos 7 yang berjarak 40 Menit dari Pos 6, jalur dilewati sangatlah tracking dengan melewati hutan lumut yang rapat. Pos 7 merupakan sebuah tempat yang cukup luas yang berada di puncak sebuah bukit dan terdapat beberapa bongkahan batu besar. Pemandangan dari tempat ini sangatlah indah, dari tempat ini kita sudah dapat melihat puncak Gunung Bawakaraeng.
Pos 7, Gunung Bawakaraeng |
Terdapat bongkahan-bongkahan batu besar di atas bukit ini. Para pendaki pastilah berhenti lama disini sambil mengabadikan momen yang akan jarang ditemui di tempat lain. Meskipun cukup luas, ditempat ini tidak layak untuk mendirikan tenda, sebab posisinya yang sangat terbuka akan membahayakan bagi para pendaki. Terpaan angin dan badai sangat deras di tempat ini. Apalagi saat di malam hari. Hanya sekitar 15 menit kami berada disini. Titik tujuan masih jauh, kami pun segera bergerak kembali.
Jalur Menurun Menuju Pos 8 |
Dari Pos 7 perjalanan mulai menuruni bukit yang cukup terjal. Harap berhati-hati melewati turunan ini. Janganlah terlena dan tetap fokus. Disbelah kiri merupakan jurang yang sangat dalam. Kita akan banyak perbijak pada batuan licin dan tanah yang sedikit becek.
Sepanjang menuruni bukit, kita akan disuguhkan pemandangan yang elok. Akan terlihat puncak Gunung Bawakaraeng yang sesekali diselimuti awan. Akan terdengar juga desiran angin dan kabut yang saling berkejar-kejaran. Pemandangan dari tempat ini membuat kita akan terhenti lama. Kita akan terlena dengan suasana harmonisasi alam yang begitu sempurna.
Sepanjang menuruni bukit, kita akan disuguhkan pemandangan yang elok. Akan terlihat puncak Gunung Bawakaraeng yang sesekali diselimuti awan. Akan terdengar juga desiran angin dan kabut yang saling berkejar-kejaran. Pemandangan dari tempat ini membuat kita akan terhenti lama. Kita akan terlena dengan suasana harmonisasi alam yang begitu sempurna.
Pemandangan di Jalur Menuju Pos 8 |
Disepanjang jalur pendakian, kita akan sering berpapasan dengan pendaki dan berbagai daerah. Salah satunya adalah rombongan pendaki dari Kota Makassar dan Kalimantan. Seru juga ya..! kami bisa bersua di tempat ini. Kami pun sempat ngobrol banyak dengan mereka. Akhirny kami mendapatkan teman-teman baru di tempat yang tidak terduga.
Perjalanan akan terus menurun terjal. Setelah itu kita akan sampai di sebuah pinggir kali kecil dimana kebanyakan pendaki mendirikan tenda di tempat ini untuk menginap. Di Pos 8 ini juga merupakan Pos transit yang mana barang-barang disimpan ditempat ini sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak besoknya. Terdapat sebuah sungai besar yang tidak jauh letaknya dari Pos 8.
Saat tiba di Pos 8, Kami sudah sedikit goyah dengan perjalanan panjang ini. Energi dari makan siang di Pos 5 tadi sudah lenyap. Kami sudah melangkah perlahan dan seakan tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Waktu itu sudah hampir memasuki pukul 16.30 sore. Beberapa kali kami beristirahat lama tanpa perduli hari yang semakin senja.
Perjalanan akan terus menurun terjal. Setelah itu kita akan sampai di sebuah pinggir kali kecil dimana kebanyakan pendaki mendirikan tenda di tempat ini untuk menginap. Di Pos 8 ini juga merupakan Pos transit yang mana barang-barang disimpan ditempat ini sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak besoknya. Terdapat sebuah sungai besar yang tidak jauh letaknya dari Pos 8.
Saat tiba di Pos 8, Kami sudah sedikit goyah dengan perjalanan panjang ini. Energi dari makan siang di Pos 5 tadi sudah lenyap. Kami sudah melangkah perlahan dan seakan tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Waktu itu sudah hampir memasuki pukul 16.30 sore. Beberapa kali kami beristirahat lama tanpa perduli hari yang semakin senja.
POS 9
Pos 9, Gunung Bawakaraeng |
Setelah melewati Pos 9, terdapat hamparan tumbuhan eidelweiss yang tumbuh sepanjang jalur yang sangat terbuka ini. Dari jalur ini sudah tampak terasa kita berada di ketinggian karena dari kejauhan terlihat jajaran awan-awan yang menyelimuti pegunungan. Meskipun berada di bawah terik mentari, tapi suasananya tetap dingin. Jika terlalu lama beristirahat, fisik akan drop dan sulit untuk kembali menyesuaikan langkah.
Padang Edelweiss Menuju Pos 10 |
Hari semakin senja. Cahaya mentari semakin meredup. Dingin pun semakin menggila. Kita tidak punya pilihan selain terus menapaki tanjakan bebatuan yang terasa semakin berat ditambah dengan kondisi fisik yang sudah lemah. Jiwa bercampur aduk. Lapar, mengantuk, dan kedinginan yang terus merasuk. Kami hanya bisa menyemangati diri kami. Tinggal beberapa menit sepertinya kita akan tiba di Pos terakhir.
Tanjakan Menuju Pos 10 |
Angin menerpa dari segala penjuru. Kami hampir tak berdaya melaluinya. Teruslah kami berjalan walau langkah semakin gontai. Sisa-sisa cahaya mentari masih menerangi jalan setapak ini. Jalur masih jelas terlihat walau sesekali samar dipandangan. Perenangan pun sudah kami siapkan, jika malam terpaksa kami dapatkan.
POS 10
Pos 10, Gunung Bawakaraeng |
Pukul 21.00 Malam tibalah seluruh tim kami di Pos 10. Kami sempat terpisah jauh saat perjalanan dari Pos 9 tadi. Meski kedinginan tak terbendung, kami bergerak dengan cepat. Tenda dengan segera sudah terpasang serta seluruh perlengkapan masak dan tidur sudah pada tempatnya. Saya sempat tak kuasa menahan dingin yang menggila malam itu di Pos 10 walau sudah ketiga kalinya aku kesini.
Saat kami tiba, sudah ada dua rombongan penduduk dari Kab. Sinjai yang telah tiba terlebih dahulu. Kami tidak merasa kesepian malam itu. Suasana ramai semakin terdengar tatkala iring-iringan rombongan warga mulai berdatangan di area Pos 10 ini.
Saat kami tiba, sudah ada dua rombongan penduduk dari Kab. Sinjai yang telah tiba terlebih dahulu. Kami tidak merasa kesepian malam itu. Suasana ramai semakin terdengar tatkala iring-iringan rombongan warga mulai berdatangan di area Pos 10 ini.
Pos 10, Gunung Bawakaraeng |
Pos 10 merupakan Pos terakhir sebelum puncak yang berjarak sekitar 45 menit dari Pos 9. Ditempat ini merupakan termpat yang sangat terbuka yang banyak ditumbuhi rerumputan dan juga merupakan tempat yang datar. Kebanyakan pendaki gunung selalu menginap di tempat ini karena dari tempat ini, Puncak Gunung Bawakaraeng sudah kelihatan dan hanya membutuhkan 15 menit saja untuk mencapainya.
Makan malam segera kami siapkan. Semua perlengkapan dan logistik ditebar di atas terpal yang sudah terbentang. Kami akan memasak menu yang sempurna malam ini. Perjalanan seharian membuat kami lapar berat. Logistik yang kami bawa lumayan buanyaak. Jadi kita bisa makan-makan sepuasnya.
Bersama Masyarakat Desa Tasoso di Pos 10 |
Keesokan harinya terlihatlah wajah-wajah yang bersuara ramai malam tadi. Dari segala usia meramaikan tempat ini, bahkan anak-anak dan bocah-bocah. Mereka seluruhnya berasal dari daerah Tasoso di Kab. Sinjai. Sudah menjadi kebiasaan turun-temurun, pada momen bulan Zulhijjah, mereka akan benbondong bondong untuk menuju ke Puncak Bawakaraeng guna melaksanakan tradisi budaya dan keagamaan di atas puncak.
Kami pun berbaur dengan mereka serta berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Mereka cepat beradaptasi. Meskipun kami orang yang baru, mereka langsung berkumpul seperti sudah lama berteman. Baik para gadis remaja dan orang tua tidak membatasi diri mereka untuk bercengkrama dengan kami. Setiap moment berfoto bersama, mereka begitu riang dan lepas berekspresi.
Kami pun berbaur dengan mereka serta berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Mereka cepat beradaptasi. Meskipun kami orang yang baru, mereka langsung berkumpul seperti sudah lama berteman. Baik para gadis remaja dan orang tua tidak membatasi diri mereka untuk bercengkrama dengan kami. Setiap moment berfoto bersama, mereka begitu riang dan lepas berekspresi.
Bersama Masyarakat Desa Tasoso di Pos 10 |
Kami pun seperti menemukan keluarga yang sudah lama tak bersua. Suasananya seakan bukan di atas gunung. Kita berkumpul bersenda gurau seperti sedang ada hajatan keluarga. Mereka pun menganggap kami seperti sanak keluarga yang baru dipertemukan.
Mereka ini adalah rumpun keluarga besar dari wilayah sinjai. Pada moment seperti ini, mereka akan berkumpul di Puncak Bawakaraeng. Saking pentingnya kegiatan ini, keluarga yang ada di negeri rantau pun akan hadir, bahkan yang dari Malaysia pun ikut serta dalam rombongan mereka.
Suatu kesyukuran kami bisa melihat langsung tradisi ini yang selama ini kami hanya mendengar dari cerita para pendaki, namun kini kami bisa melihat secara langsung. Inilah berkah dari perjalanan ini, diaman kami bertemu dengan orang-orang baru dan berbagi pengalaman hidup.
Mereka ini adalah rumpun keluarga besar dari wilayah sinjai. Pada moment seperti ini, mereka akan berkumpul di Puncak Bawakaraeng. Saking pentingnya kegiatan ini, keluarga yang ada di negeri rantau pun akan hadir, bahkan yang dari Malaysia pun ikut serta dalam rombongan mereka.
Suatu kesyukuran kami bisa melihat langsung tradisi ini yang selama ini kami hanya mendengar dari cerita para pendaki, namun kini kami bisa melihat secara langsung. Inilah berkah dari perjalanan ini, diaman kami bertemu dengan orang-orang baru dan berbagi pengalaman hidup.
Pos 10, Gunung Bawakaraeng |
Dingin yang menjepit kami dalam tenda semalam, perlahan lenyap berganti hangat mentari di pagi hari. Segeralah kami beraktifitas serta mengatur menu untuk disantap pagi ini. Suasana ramai disemua tenda semakin menyemarakkan pergerakan di pagi itu. Kami sudah memulai aktifitas pagi. Kita harus semangat karena sebentar lagi, puncak akan kam gapai.
PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG
Tidak sampai 5 menit berjalan dari Pos 10, kita sudah bisa menggapai puncak tertinggi dari pegunungan ini. Bahkan dari Pos 10, lokasi puncak sudah terlihat jelas. Sebelum sampai disini, kita akan melalui jalur padang edelweiss yang indah. Akan dilalui juga sebuah lapangan luas, dimana terdapat sebuah sumber air yaitu sebuah sumur. Air tersebutlah yang dimanfaatkan pendaki yang menginap di Pos 10.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Akhirnya tiba juga kami di Puncak Bawakaraeng yang sangat dibanggkana oleh masyarakat Sulawesi Selatam dengan banya cerita rakyat yang melegenda. Ini merupakan yang ketiga kalinya saya menapakkan kaki di tempat ini. Dimana sebelumnya saya sudah pernah kesini pada tahun 2007 dan 2011 silam.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Puncak Bawakaraeng merupakan tempat yang cukup luas dan sangat terbuka sehingga pemandangan pegunungan dan lautan tampak jelas dari tempat ini. Dari Puncak ini dapat juga terlihat Puncak Lompobattang yang masih dalam satu jajaran pegunungan. Puncak Bawakaraeng memiliki ketinggian 2830 MDPL yang termasuk dalam wilayah Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Saat kami tiba, cuaca sangat cerah dan sedikit berawan. Pemandangan lepas tersaji luas dari puncak ini. Kita bisa melihat keindahan panorama alam sepuasnya. Tampilan yang hanya akan tampak dari tempat tertinggi. Lautan awan dan bentangan hijau pegunungan menjadi penyejuk mata dari tempat ini.
Tidak ada kata yang terucap selain kepuasan dan kebanggan. Perjalanan yang menguji nyali akhirnya terbayar lunas saat kami menapakkan kaki di Puncak yang sangat disakralkan ini.
Tidak ada kata yang terucap selain kepuasan dan kebanggan. Perjalanan yang menguji nyali akhirnya terbayar lunas saat kami menapakkan kaki di Puncak yang sangat disakralkan ini.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Gunung Bawakaraeng termasuk gunung yang sering dikunjungi oleh banyak pendaki dari seluruh indonesia. Gunung ini sangat terkenal sehingga banyak study atau penelitian dilakukan di gunung ini, namun ada hal yang misterius di gunung ini yaitu hampir setiap tahunnya ada pendaki atau masyarakat yang menjadi korban atau meninggal dunia di jalur pendakian ke puncak Gunung Bawakaraeng Untuk itulah sangat disarankan bagi setiap pendaki yang akan melakukan perjalanan di gunung ini agar mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin sehingga dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Luas puncaknya dapat menampung ratusan pendaki. Dari kejauhan kita bisa melihat lautan dan Kota Makassar di arah barat, di arah selatan terlihat Gunung Bulusaraeng dan arah selatan, adalah Gunung Lompobattang 2871 MDPL.
Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu gunung tersibuk di Indonesia. Setiap hari, puluhan hingga ratusan pendaki akan melintas untuk menuju puncak. Pada moment 17 Agustus, jumlah pendaki akan mencapai ribuan orang. Areal Pos 10 dan puncak akan padat dipenuhi manusia dari segala penjuru di Indonesia.
Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu gunung tersibuk di Indonesia. Setiap hari, puluhan hingga ratusan pendaki akan melintas untuk menuju puncak. Pada moment 17 Agustus, jumlah pendaki akan mencapai ribuan orang. Areal Pos 10 dan puncak akan padat dipenuhi manusia dari segala penjuru di Indonesia.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Banyak rute yang bisa ditempuh untuk menuju Puncak Bawakaraeng. Selain jalur Dusun Lembanna, rute alternative bisa juga menggunakan jalur lintas, yaitu melewati Lembah Rama, dari Pos 1 tembus di Pos 8. Jalur ini cukup panjang dan melewati lembah yang luar biasa.
Jalur selanjutnya yaitu melalui rute Desa Tasoso, Kab. Sinja. Pendaki yang datang dari arat timur Sulawesi Selatan umumnya melalui jalur Tasoso ini.
Rute yang lebih seru dan menantamg adalah jalur lintas Gn Lompobatang lalu melewati Puncak Bawakaraeng kemudian finish di Dusun Lembanna. Untuk menempuhnya dibutuhkan waktu 3 hari perjalanan.
Jalur selanjutnya yaitu melalui rute Desa Tasoso, Kab. Sinja. Pendaki yang datang dari arat timur Sulawesi Selatan umumnya melalui jalur Tasoso ini.
Rute yang lebih seru dan menantamg adalah jalur lintas Gn Lompobatang lalu melewati Puncak Bawakaraeng kemudian finish di Dusun Lembanna. Untuk menempuhnya dibutuhkan waktu 3 hari perjalanan.
Puncak Gn. Bawakaraeng, 2830 MDPL |
Rasa syukur kepada Allah SWT, Tim Expedisi Pencinta Alam Konawe akhirnya bisa menuntaskan misi pendakian ini, setelah tahun-tahun sebelumnya kami bertandang ke Puncak Mekongga dan Puncak Latimojong serta Puncak Bulusaraung minggu sebelumnya. Tim Expedisi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berperan dalam perjalanan panjang ini.
Semoga perjalanan ini memberikan kami pelajaran dan pengalaman baru dalam berpetualang. Masih banyak mimpi-mimpi kami untuk menaklukkan puncak-puncak tertinggi lain di Indonesia. Semoga Allah senantiasa meridhoi dan memberkahi niat kami. Salam Lestari.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Semoga perjalanan ini memberikan kami pelajaran dan pengalaman baru dalam berpetualang. Masih banyak mimpi-mimpi kami untuk menaklukkan puncak-puncak tertinggi lain di Indonesia. Semoga Allah senantiasa meridhoi dan memberkahi niat kami. Salam Lestari.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Tim Pencinta Alam Konawe :
1). Asran, 2). Muh. Dagri Nizar, 3). Totti Irianto Meronda, 4). Muh. Almaliki, 5). Indrawansyah
Penulis : Muhammad Dagri Nizar
No comments:
Post a Comment