Home » , , » Menggapai Atap Sumatera "Seven Summits Indonesia" Gunung Kerinci 3805 MDPL

Menggapai Atap Sumatera "Seven Summits Indonesia" Gunung Kerinci 3805 MDPL

Gunung Kerinci adalah gunung tertinggi di pulau Sumatera dan gunung berapi tertinggi di Indonesia juga Asia Tenggara. Gunung Kerinci terletak di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, di Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 3.805 mdpl. Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovolkano yang masih aktif hingga saat ini. Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat Rawa Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatra. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang hampir tak tersentuh.


PERJALANAN  KE  JAKARTA


Saya berada di Jakarta sejak tanggal 28 Januari 2024. Saya memenuhi undangan acara pelantikan di BP2MI Pusat pada tanggal 29 Januari 2024. Baru 5 bulan saya bergabung di Instansi Pemerintah Pusat ini dan Alhamdulillah saya sudah mendapatkan amanah untuk menjadi Fungsional Ahli Pertama. BP2MI merupakan intansi setingkat kementrian yang menangani urusan Pekerja Migran Indonesia atau biasa dikenal dengan nama Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

PERJALANAN  KE KOTA PADANG
Bandara Soekarno Hatta - Jakarta (Selasa, 30 Januari 2024)

Perjalanan saya awali dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang. Selasa 30 Januari 2024 dini hari saya sudah berada di Terminal I Keberangkatan. Sejak Pukul 04.00 dini hari, saya sudah meninggalkan Hotel tempat saya menginap di daerah Cawang Jakarta Selatan. Ini merupakan perjalanan perdana saya di Pulau Sumatera. Dalam benakku sempat berapa kali ragu untuk berangkat ke Sumatera. Bahkan semalam pun saya beberapa kali membatalkan pesanan tiket di traveloka. Barulah sekitar jam 10 malam, saya kunci keberangkatan ini dengan mentransfer tiket lewat ATM.
Pemandangan Gunung Kerinci dari atas Pesawat Pelita Air

Kami lepas landas menggunakan Maskapai Pelita Air dengan tujuan Bandara Minangkabau, Padang Sumatera Barat. Saat lepas landas cuaca sekitar Bandara Soekarno Hatta diguyur hujan lebat dan petir serta guntur. Kondisi itu sempat menciutkan nyali saya untuk ikut terbang bersama pesawat ini. Rasa takut dan was-was menghantui saat saya perlahan memasuki kabin pesawat. Saya mencoba tenang dan berpikir positif. InSyaa Allah perjalanan ini akan baik-baik saja.

Setengah jam di udara kami banyak digoncang. Banyak turbulensi diperjalanan awal ini. Saya hanya bisa duduk dan tidak berhenti berdoa dan berzikir. Semuanya saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Saat memasuki wilayah udara Pulau Sumatera, suasana pun sontak berubah. Tampilan langit cerah menghiasi pandangan lewat jendela pesawat. Tampak awan dan daratan serta tampilan Gunung Kerinci yang begitu megah menjulang. Dari dalam kabin pesawat saya takjub melihatnya dan berharap impianku kesana dapat terwujud.
Diatas Pesawat Pelita Air tujuan Bandara Minangkabau, Padang

Semalam saya tidak tidur nyenyak di Hotel. Sejak malam barang harus segera terkemas karena dini hari saya harus segera ke bandara. Di dalam kabin pesawat saya mencoba tidur, namun tidak bisa lelap. Sesekali terjadi getaran, maka saya sontak bangun dengan penuh kekhawatiran. Perjalanan udara ini harus saya nikmati sebagai suka duka dan cerita perjalanan. Dalam benakku, pesawat ini segeralah mendarat. Saya sudah tidak sabar ingin melihat Kota Padang, tempat yang sudah lama saya impikan.
Bandara Internasional Minangkabau - Padang - Sumbar

2 Jam perjalanan udara dengan cuaca yang sedikit berawan membawa aku untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Sumatera. Bandara Internasional Minangkabau dengan tampilan corak rumah gadang menjadi pemandangan yang khas dan mencirikan Tanah Minang. Selamat datang di Kota Padang, itulah kalimat yang menyemangati aku. Akhirnya impianku selama bertahun tahun bisa terwujud juga.  Di tempat inilah titik awal saya akan menjelajahi Sumatera Barat dan Jambi yang akan memberikan saya pengalaman dan cerita baru yang belum saya temukan di tempat-tempat lain yang telah saya kunjungi.
Bandara Minangkabau - Padang - Sumatera Barat

Seperti halnya Bandara lainnya di Indonesia yang pernah saya singgahi. Suasana disini sangat ramai dengan aktifitas penumpang baik yang akan berangkat maupun yang sudah tiba. Namun ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Sumatera ini yaitu sebuah semangat dan motivasi untuk mewujudkan mimpi saya untuk berkeliling Indonesia. Nah. Sekarang saatnya kita akan berwisata. Tempat pertama yang saya akan kunjungi adalah Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Kerinci.

PERJALANAN  KE  JAMBI
Perjalanan Darat menuju Desa Kersik Tuo, Jambi

Mobil Travel yang sudah dipesan pun akhirnya menjemput saya di Bandara Minangkabau. Sekitar Pukul 13.00 kami meninggakan Kota Padang untuk menuju Kab. Kerinci di Prov. Jambi. Kebanyakan pendaki selalu mengambil rute mendarat melalui Kota Padang. Ini karena akses darat dari Bandara Padang ke titik star pendakian lancar dan mudah. Berbeda halnya jika mendarat di Bandara Jambi, jaraknya cukup jauh ke titik star pendakian juga kendaraan tranportasi yang jarang melayani.
Pemandangan Gunung Kerinci tampak dari dalam kendaraan

Saat sudah memasuki wilayah perbatasan Sumatera Barat dan Jambi, Pemandangan Gunung Kerinci akan semakin terlihat jelas. Dari wilayah Solok Sumbar perlahan tampilan Gunung Kerinci makin menampakkan diri dari kejauhan. Kemudian setelah itu, ia menjadi pemandangan paling dominan disepanjang jalan. Kita akan menempuh perjalanan darat selama 7-8 Jam. Saking jauhnya kita sampai 3 kali mampir istirahat di rumah makan. Akses darat menuju Kab. Kerinci kita akan disajikan panorama pegunungan, lembah dan kawasan perkebunan yang membentang luas.

DESA KERSIK TUO - JAMBI
Basecamp Kijang - Desa Kersik Tuo, Kab. Kerinci, Jambi

8 Jam perjalanan dari Kota Padang, Sekitar pukul 21.30 WIB saya akhirnya tiba di Desa Kersik Tuo, Kab. Kerinci. Tepatnya di Basecamp Kijang. Tempat ini merupakan shelter untuk pendaki yang akan melakukan perjalanan ke Puncak Gunung Kerinci. Saya berjumpa dengan Bang Dody dan Bang Alif. Keduanya merupakan pengelola dari Basecamp ini. Bang Dody sudah sejak tahun 2020 saya mengenalnya melalui media sosial dan Alhamdulillah untuk pertama kalinya saya berjumpa langsung dengan beliau.

Rencananya, dia sendiri yang akan mengantar saya mendaki ke Puncak Gunung Kerinci. Beliauah yang memotivasi saya untuk tidak membatakan lagi rencana ke Kerinci yang sudah beberapa kali saya rencanakan ketika berada di Jakarta. Hampir setiap tahun, setiap saya ke Jakarta selalu mengagendakan ke Gunung Kerinci, namun karena banyak pertimbangan sehingga saya mengalihkan ke gunung-gunung di Pulau Jawa.

Kami terlibat perbincangan yang cukup seru. Banyak tempat-tempat wisata yang direkomendasikan oleh Bang Dody untuk saya kunjungi selepas mendaki ke Gunung Kerinci nantinya. Selain mendampingi pendaki ke Puncak Kerinci, Bang Dody juga membuka trip untuk perjalanan wisata ke beberapa destinasi menarik di Kab. Kerinci. Bang Dody dan beberapa rekan adalah pengelola perjalanan wisata. Mereka adalah pemandu lokal yang siap mengantarkan pengunjung berkeliling wisata alam di Kab. Kerinci.
Pemeriksaan Kesehatan sebelum Mendaki, Desa Kersik Tuo, Jambi

Lazimnya sebelum melakukan perjalanan di alam terbuka, pihak pengelola mewajibkan setiap pendaki untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Tidak jauh dari Basecamp, terdapat sebuah klinik yang biasa digunakan pendaki untuk mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Dokter. Pendaki harus dipastikan dalam kondisi prima dan sehat sebelum mengarungi medan Gunung Kerinci. Untuk biaya pemeriksaan sebesar Rp. 25 Ribu. Hasil pemeriksaan kesehatan ini, nanti akan menjadi syarat saat anda melakukam registrasi di Pos Pendaftaran.
Berbelanja Logitik untuk kebutuhan pendakian

Malam itu kita harus bergerak lebih cepat. Setelah pemeriksaan kesehatan, saya dan Bang Dody mampir kesebuah toko di daerah Kersik Tuo untuk berbelanja seluruh kebutuhan pendakian. Di Toko ini menyediakan semua kebutuhan logistik untuk perjalanan. Kami memilih keperluan logistik yang akan digunakan sepanjang jalan. Karena kami hanya berdua, jadi tidak begitu banyak persiapan yang kami bawa. Cukup yang akan diperlukan saja nantinya.
Desa Kersik Tuo, Kec. Kayu Aro, Kab. Kerinci, Prov. Jambi, (Rabu, 31 Januari 2024)

Pagi begitu cepat tiba, Belum puas saya rasa melepaskan lelah diatas kasur dengan kondisi dingin menusuk sepanjang malam. Kini saya harus bersiap menajalankan misi utama dalam perjalanan ini. Tampak menjulang tinggi di belakang sana. Gunung Kerinci berdiri dengan megahnya menantang para petualangan untuk menjajal jalurnya. Terlihat dekat dari tempatku berdiri, tapi tentu tidak mudah untuk mencapai kesana.
BaseCamp Kijang, Desa Kersik Tuo, Jambi

Semalam persiapan dan perbekalan sudah dirampungkan. Begitu cepat kami menuntaskannya meski saya masih kelelahan oleh perjalanan udara dan darat yang cukup jauh. Pagi ini kami sudah siap meninggalkan basecamp. Saya dan Bang Dody akan berduet selama beberapa hari kedepan. Hari cukup cerah pagi ini. Kita akan segera beranjak untuk menuju ke titik star pendakian. Sebagian barang-barang saya titipkan di Basecamp ini. Hanya perlengkapan yang dibutuhkan, yang saya bawa ke pendakian.
Sarapan Pagi sebelum memulai pendakian

Didepan jalan masuk untuk menuju pintu gerbang pendakian, berjejer warung warung makan yang menyediakan aneka menu istimewa. Nasi Padang adalah menu utama, namun anda juga bisa memesan menu lain seperti nasi goreng, nasi uduk, gado-gado, ayam bakar dan masih banyak lagi. Harganya pun cukup terjangkau. Anda dipastikan tidak akan kelaparan karena menu disini sangat menggoda.

Para pendaki biasanya memesan banyak porsi untuk persiapan makan siang saat perjalanan nanti. Hitung-hitung tidak repot-repot lagi masak saat istirahat siang nanti. Saya dan Bang Dody pun menyantap nasi soto pagi itu. Kami juga juga tidak lupa memesan Nasi Padang dua porsi untuk perbekalan makan siang di tengah jalan nanti.
Tugu Macan, Ikon Kersik Tuo Gunung Kerinci

Tempat inilah yang menjadi salah satu yang iconic dari pendakian ke Gunung Kerinci. Tugu Macan akan selamanya menjadi simbol selamat datang bagi para pendaki Gunung Kerinci. Akhirnya tiba juga saya di depan tugu ini dan melihatnya langsung dimana selama ini hanya melihat dari media sosial. Tugu macan ini merupakan sebuah simbol yang melambangkan hewan kebanggan Sumatera yang masih berkeliaran di wilayah gunung ini. Hewan ini sangat dilindungi dan dijaga habitat dan keberlangsungan hidupnya. Meskipun demikian, kami sangat tidak berharap untuk berjumpa hewan tersebut di pendakian ini. Karena itu akan merubah semua rencana. Hehehehehe.
Pemandangan Kebun Teh dengan Latar Gunung Kerinci

Pemandangan ladang teh menyelimuti wilayah kaki Gunung Kerinci. Saat cerah seperti ini kita bisa memandang jauh kedepan. Tampak Gunung Kerinci megah bendiri dan dikelilingi pemandangan hijau perkebunan teh. Menurut informasi, perkebunan teh ini merupakan peninggalan jepang. Kini pengelolaannya di ambil alih oleh perusahan daerah. Tanaman teh disini sudah terbilang tua, namun hingga kini masih terus menghasilkan daun-daun teh berkualitas.

Desa Kersik Tuo begitu familiar di telinga pendaki Indonesia. Inilah titik awal untuk menggapai atap Sumatera. Letaknya berada di kawasan kaki gunung Kerinci yang di kelilingi perkebunan yang luas. Kersik Tuo didiami oleh suku Kerinci. Selain itu, wilayah sejuk ini dihuni oleh banyak transmigran dari Pulau Jawa. Mereka telah puluhan tahun bermigrasi ke wilayah ini.
Pos Registrasi - Kantor Balai Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat

Pendaki yang akan memulai perjalanan ke Gunung Kerinci wajib melapor ke Kantor Pusat Informasi ini. Sebagai Taman Nasional, pengelolaan Gunung Kerinci dikelola langsung oleh Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat. Setiap pendaki harus melakukan registrasi serta memperlihatkan KTP dan Surat Keterangan Sehat dari Dokter serta membayar biaya Adminsitrasi Rp. 25.000. Sebagai jaminan saya meninggalkan KTP disini dan saat kembali saya bisa mengambilnya lagi.

MENUJU  PINTU  RIMBA
Berkendara Motor menuju Pintu Rimba Gunung Kerinci

Kami mengawali perjalanan dengan berkendara motor menuju ke Pintu Rimba. Jaraknya sekitar 7 Km dari Basecamp. Cukup jauh memang,,jadi sangat tepat menggunakan kendaraan. Umumnya pendaki menggunakan ojek yang biasanya mangkal disekitar tugu macan. Bagi pendaki rombongan biasanya pihak basecamp menyediakan kendaraan khusus untuk mengantar sampai ke pintu rimba.
Menyusuri jalan aspal dengan pemandangan kebun teh berlatar Gunung Kerinci

Mata akan dimanjakan dengan keelokan alam yang menghijau. Jalan ini membawa kami lebih jauh kedalam. Kita menelusuri lika liku jalur perkebunan teh dengan kesejukan hawa pegunungan. Kita mengayuh kendaraan dan semakin mendekati kaki gunung. Semakin terlihat tanjakan gunung yang akan kami daki sebentar. Suasana perkebunan terlihat di sepanjang jalan. Areal yang luas ini begitu subur oleh hasil bumi yang menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat.
Berjumpa dengan masyarakat yang akan beraktifitas di kebun

Sebelum memulai pendakian, kita akan ke menuju ke pintu rimba. Jarak dari basecamp ke Pintu Rimba cukup jauh. Jadi para pendaki pasti akan menggunakan kendaraan untuk kesana. Sekitar 20 Menit waktu yang akan ditempuh dengan medan beraspal lalu jalan persawahan yang rusak berat. Sesekali saya harus turun dari motor saat jalur berlubang. Sesekali kita akan berjumpa dan berpapasan dengan warga yang akan memulai aktifitas di kebun. Sebagian besar warga merupakan petani kebun. Ladang dan kebun tak terhitung luasnya membentang dan menutupi seluruh kawasan kaki Gunung Kerinci. Selain teh, komoditas sayur mayur seperti, Cabe, Kentang, Kol, Bawang tumbuh subur ditempat ini.
Pintu Rimba Pendakian Gunung Kerinci

Pintu gerbang ini sebagai pertanda kita akan memasuki jalur pendakian. Gerbang yang megah dan penuh gengsi akan mengantarkan kita ke Atap Pulau Sumatera. Kerinci Seblat sangat familiar terdengar bagi pendaki gunung Indonesia. Setiap pendaki memimpikan untuk sampai kesini. Alhamdulillah tiba juga di tempat yang sudah lama saya impikan ini. Selepas gerbang ini sudah tidak ada lagi aktifitas masyarakat yang akan kita jumpai.
Bang Dody - Guide Gunung Kerinci

Bang Dody Chandra merupakan warga lokal Desa Kersik Tuo. Bersama beliaulah saya akan menggapai atap Sumatera Gunung Kerinci. Bang Dody merupakan guide berserfitikat dan Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. Ia sudah sangat berpengalaman dalam medampingi tamu baik lokal maupun mancanegara. Hampir setiap minggu Bang Dody melewati jalur pendakian ini. berbagai macam cerita, pengalaman dan suka duka ia sudah alami di perjalanan ke atap sumatera ini.

Bagi para pendaki yang ingin merasakan berpetualang ke Gunung Kerinci dapat menghubungi Bang Dody di nomor Hp/WA 0853771535220 dan 087713901061. Anda juga dapat melihat informasi mengenai pendakian Gunung Kerinci melalui Instagram #kerincitanahsurga dan Facebook "Dody Chandra"

PENDAKIAN GUNUNG
Pintu Gerbang Rimba "Gunung Kerinci"

Tibalah kita di Pintu Rimba. Jarak dari pos informasi ke tempat ini cukup jauh. Jadi berkendara motor adalah pilihan satu-satunya. Pintu rimba ditandai dengan sebuah gerbang dan tulisan "Taman Nasional Kerinci Seblat" . Di tempat ini juga merupakan batas dari aktifitas masyarakat. Di depan sana hanya suasana hutan yang akan kita temui. Di pintu rimba ini juga terdapat banyak papan informasi yang menampilan segala sesuatu tentang Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pos 1 - Bangku Panjang

Hutan ini begitu rimbun dan lembab. Suara satwa sesekali terdengar bergerak di dahan pohon. Hewan sejenis kera yaitu Simpanse banyak bergelantungan di dahan-dahan pohon di sepanjang jalur yang kami lewati. Disini merupakan habitat mereka. Setiap pohon hampir di penuhi oleh mereka.  Perjalanan landai mengawali pagi ini, kita akan menyusuri hutan teduh dan sejuk. Pohon-pohon tampak rimbun dan menutup cahaya mentari. Setapak sedikit lembab oleh kabut pagi. Hanya sekitar 20 menit berjalan, kita akan menjumpai sebuah shelter di area yang cukup luas. Tempat ini adalah Pos 1 atau Bangku Panjang. Dinamakan demikian karena disini terdapat sebuah bangku yang sangat panjang yang terbuat dari beton.
Pos 2 - Batu Lumut

Cuaca begitu bersahabat hari itu. Matahari sangat cerah bersinar. Dingin masih bisa terkendali. Kita bisa melangkah dengan nafas teratur di bawah teduh hutan yang begitu sejuk. Setapak dilalui perlahan dengan langkah tidak begitu terburu-buru karena 20 Menit kemudian kita sudah sampai di Pos 2. Tempat ini diberi nama Batu Lumut. Cukup dekat dan belum menguras tenaga. Di Pos 2 ini kami sejenak rehat dan menghisap sebatang rokok. Masih terlalu pagi untuk beristirahat lama. Fisik masih sepenuhnya semangat untuk melalui jalur berikutnya.
Pos 3 - Panorama

Masih dengan tipe jalur yang sama. Hutan rindang dilalui dengan tanjakan landai. Belum ada rintangan yang menghambat langkah. Hanya sekitar 15 menit kemudian kita sudah tiba di Pos 3. Tempat ini diberi nama Panorama. Lokasinya cukup luas. Pendaki bisa berlama lama disini. Tenaga bisa di pulihkan di tempat ini. Karena didepan sana medan yang akan dilewati membutuhkan kekuatan extra.

Akhirnya. Hari itu Kita berjumpa juga dengan rombongan pendaki lainnya. Mereka baru saja menyelesaikan perjalanan. Di Pos Panorama ini tempatnya begitu luas dan selau dijadikan tempat beristirahat baik yang akan naik maupun yang sudah turun
Break bersama adik adik dari Jambi

Perjalanan yang kami lewati cukup menyenangkan, di tengah jalan kami berbarengan dengan adik-adik mawasiswa dari Universitas Jambi yang hari itu juga baru memulai pendakian. Mereka adalah mahasiwa Fakutas Kehutanan yang melakukan pendakian sekaligus melakukan study lapangan terkait dengan kejuruan akademik yang mereka sedang tempuh.

Kami pun berbaur dan menjadi satu tim. Pendakian kami lalui bersama-sama. Tadinya kami hanya berdua, sekarang menjadi berenam, ditambah 4 orang adik-adik mahasiswa Universitas Jambi. Suasana pun semakin ramai cerita dengan dialek dan bahasa setempat. Saya pun ikut menikmati suasana yang menyenangkan tersebut.
Berpapasan dengan Rombongan Mahasiswa dari Bandung

Tidak lama kemudian, kami berpapasan dengan rombongan mahasiswi dari Kota Bandung. Mereka berjumlah 4 orang dan semuanya wanita tangguh. Mereka sudah menyelesaikan pendakian ke puncak dan akan turun ke Kersik Tuo. Tidak sempat kami bercerita lama, hanya saling menyapa. Mereka berempat mendaki tanpa pendamping seorang  guide. Woow. Sungguh sangat berani ya..!! Terlihat mereka adalah pendaki pro yang sudah banyak melanglangbuana dengan aktivitas petualang.
-------
Hal yang paling menarik dan belum pernah saya jumpai di perjalanan saya yaitu singnal telepon dan data seluler yang sangat kencang. Sepanjang jalan saya tidak henti hentinya berkomunikasi dengan beberapa orang. Aktifitas media sosial seperti FB dan whatsapp tidak putus meskipun kami semakin jauh berjalan dengan posisi yang semakin tinggi.
Sheter I, Gunung Kerinci

Sheter I berjarak sekitar 2 jam dari Pos 3. Cukup jauh dan menanjak perjalanan kesini. Tadi kami melalui jalan dengan banyak merangkak rangkak. Mengerikan dan menjenuhkan memang. Namun sudah ituah seni berpetualang. Nikmatilah setiap langkah dan yakinlah bahwa semua yang dilalui adalah proses yang akan mengantarkan kita ke tujuan.

Kenikmatan siang ini terasa lengkap dengan sajian Nasi Padang yang sudah dipersiapkan sejak malam. Rasanya tetap nikmat meski sejak semalam dibuat. Setiap lauk dikemas dengan tertutup hingga saat dibuka, masih terasa nikmat dan enak tentunya. Serasa sedang piknik ke Kebun Raya, saya melahap Nasi dan rendang, duduk di atas kursi sambil melihat pemandangan dan menghirup udara pegunungan.
Berjumpa dengan 2 Pendaki Asal Jerman

Terdengar ada suara berbeda di depan sana dan agak asing terdengar. Segeralah saya bergerak maju dengan rasa penasaran. Ternyata sepasang pendaki asing sedang berisitrahat di sisi tanjakan. Mereka berdua didampingi oleh dua orang guide lokal. Karena penasaran, maka kuhampirilah mereka. Sedikit kemampuan speaking, saya praktekkan kepada mereka. Ternyata mereka berasal dari Jerman. Namun mereka fasih berbahasa Inggris.

Kami berbincang mengenai perjalanan wisata dan petualang mereka di Indonesia. Senang sekali mereka bisa merespon perkenalan saya. Mereka pun banyak bertanya tentang daerah salah saya di Sulawesi Tenggara. Saya sudah sering berjumpa dengan banyak pendaki mancanegara di beberapa gunung yang telah saya dari seperti di Gunug Agung, Gunung Rinjani, Gunung Semeru, Gunung Latimojong, Gunung Gede dan Gunung Merbabu. Pendaki mancanegara sangat antusias dan penasaran akan gunung-gunung yang ada di Indonesia. Mereka menilai gunung-gunung di negeri kita ini sangat menantang dan berpemandangan elok.
Jalur Celah Akar menuju Shelter II

Pemandangan seperti ini akan banyak ditemukan sepanjang jalur menuju Shelter II. Kita akan melewati rintangan yang terbilang rumit ini. Jalur terbentuk dari celah-celah tanah yang membentuk seperti selokan air. Cukup panjang jalurnya dan akan sering dijumpai. Kesabaran dan ketenangan terus diuji. Kita harus perlahan memilih pijakan dan pegangan. Jangan sampai terpeleset atau jatuh. Akan jarang dijumpai tanjakan mulus di Pendakian Gunung Kerinci, hampir semua medannya seperti ini. Jadi, banyak-banyaklah bersabar Ya..!!
Shelter II, Gunung Kerinci

Shelter II di tempuh tidak mudah. Perjalanan setengah merangkak harus dilewati. Akar-akar pohon dengan jalur air adalah medannya. Semakin menanjak dan semakin membawa kita ke atas ketinggian.  Shelter II berada pada ketinggian 2800 MDPL. Tumbuhan semakin terlihat kerdil dan tentunya dingin semakin mencekik. Kita tidak bisa berlama-lama bersantai. Tubuh bisa kedingian dan menggigil. Sejak dari bawah tadi saya sudah merasa menggigil. Jadi kalau beristirahat lama, tubuh harus menyesuaikan kembali suhu sekitar dan hal tersebut tidak mudah dilakukan.
Medan tak beraturan menuju ke Shelter III

Kita disajikan tanjakan tak beraturan saat menuju Shelter III. Inilah jalur yang banyak diceritakan pendaki dimana sepanjang jalan seluruh kekuatan dan gerak tubuh dibutuhkan. Bagaimana tidak, jalur dipenuhi akar-akar pohon, dengan pijakan batu-batu yang tak beraturan posisinya. Meski sudah mencapai batas kelelahan, namun kita tidak bisa mengkendorkan kekuatan, karena dijalur ini merupakan tantangan terakhir sebelum memasuki Shelter III.
Medan menanjak melewati jalur sempit

Kami berenam berjalan seiring sejalan. Kami saling menanti jika masih ada yang jauh di belakang. Kita saling menjaga, terlebih lagi ada rekan yang kondisinya kurang begitu fit. Kita sesekali harus mengikuti langkahnya. Kita tidak boleh terpisah jauh. Perjalanan sudah jauh ditempuh dan posisi sudah semakin tinggi. Sudah setengah perjalanan kami lalui dan jalurnya semakin terjal tak berbentuk. Kita sering beristirahat tatkala habis melewati tanjakan panjang yang sempit.
Jalur melalui celah celah tanah dan akar pohon

Waktu sudah menjelang senja. Kita masih merangkak naik, melewati setiap lekukan tanah dan akar pohon. Jalan sangat tidak karu-karuan. Jalan seperti jarang dilewati. Padahal puluhan pendaki melaluinya setiap hari. Terlalu banyak rintangan yang menghadang. Tidak ada pilihan lain selain terus melaluinya. Tak peduli seberapa sulit lagi rintangan di depan sana. Merangkak, berjongkok dan sedikit menunduk serta memanjat, itulah variasi perjalanan di jalur ini.
Berjalan di lorong yang panjang

Semakin hari bergerak turun, kita sudah semakin mendekat ke titik akhir perjalanan hari ini. Pemandangan semakin terbuka. Jalur yang dilalui semakin tidak beraturan. Jalan terbelah-belah oleh oleh retakan dan bekas aliran air. Posisinya semakin sulit dengan ranting-ranting pohon yang berhamburan di tengah jalan. Kita berada disebuah jalur yang membentuk lorong. Tidak mudah melewatinya karena pijakan yang tidak rata dan licin serta sempit.
Shelter III, Gunung Kerinci

Pendakian Gunung Kerinci terdapat 3 Pos dan 3 Shelter. Po1 ke Pos 3 jaraknya cukup berdekatan. Ini dimaksudkan agar lokasi istirahat tidak berjauhan. Menurut informasi dari Bang Dody, di area Pos 1 ke Pos 3 masih banyak berkeliaran Harimau Sumatera, Jadi..Pos-Pos ini di buat berdekatan dimaksudkan agar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ada tempat berlindung untuk para pendaki. Namun kita tidak sangat-sangat berharap terjadi. Untuk Shelter I ke Shelter III jaraknya cukup berjauhan. Jarak tersebut sudah menjadi standar umum jarak pendakian. Lagian di area tersebut sudah tidak ada aktifitas Harimau Sumatera. Semoga Saja...!!!

Menjelang Pukul 18.00 tibalah kami di Shelter III. Kami tiba tidak bersamaan. Saya terlebih dahulu mencapai tempat ini. Kemudian satu persatu rekan bermunculan dari belakang. Saat semuanya lengkap, kami segera menentukan posisi berdirinya tenda. Maka segeralah kami bergerak mengambil peran masing-masing.

Lokasi Shelter III berada pada ketinggian 3200 MDPL. Tempat ini merupakan batas vegetasi. Medan didepan sana merupakan hamparan bebatuan hingga ke bibir kawah. Posisi area ini sangat terbuka dan tanpa penghalang pepohonan. Sedikit rawan jika kondisi dingin atau hujan. Terlebih lagi posisi terbuka yang menjadikan angin bisa menghantam tenda tanpa penghalang. Namun terepas dari itu pemandangan terbuka tersaji didepan area ini. Kita bisa melihat pemukiman dan perkotaan dari ketinggian.

SUMMIT ATTACK KE PUNCAK KERINCI

Memulai Perjalanan Summit Attack ke Puncak Gn. Kerinci (Kamis, 1 Februari 2024)

Kita sudah memasuki Pukul 4.00 dini hari. Di tenda sebelah, sudah sejak tadi terdengar suara kesibukan. Mereka sepertinya sudah akan siap-siap bergerak. Kami yang hanya berdua di dalam tenda, segera bergegas. Meski dingin yang cukup hebat, saya harus keluar dan melawannya. Pakaian hangat dikenakan. Badan harus tertutup dan terlindung dari hawa dingin.

Kita berjalan beriringan dan berdekatan. Bergerak perlahan dengan melihat bebatuan yang menjadi pijakan. Cahaya senter menjadi penerang utama saat itu. Langkah awal masih sangat lambat. Kami belum sepenuhnya fit. Tidur tadi belum begitu pulas. Kita banyak beristirahat jika ada salah satu anggota yang berhenti. Kami tidak memaksakan langkah. Yang terutama adalah keselamatan seluruh anggota tim kami.

Melewati tanjakan berbatu

Sesekali kami menoleh kebelakang. Pemandangan malam saat itu begitu cerah. Kita dapat jelas melihat lampu-lampu keramaian dari kejauhan. Cuaca saat diri hari itu sangat mendukung. Kekhawatiranku semalam akan terjadi hujan pagi hari tidak terbukti. Syukurlah, kita dapat memulai langkah dengan tenang tanpa perlu khawatir dengan cuaca yang bisa saja mengancam.

Hari semakin beranjak naik. Gelap semakin lenyap berganti dengan cahaya mentari yang mulai menerangi. Kita masih mengarungi medan berbatu yang sangat menanjak. Puncak sudah terlihat, namun ia masih jauh untuk dijangkau. Kita hanya bisa melihatnya dari sini, sambil mengatur langkah dan nafas untuk mencapainya. Saya berada jauh di belakang rekan-rekan yang lain. Mereka sudah meninggalkan saya. Meski demikian kami masih tetap berkomunikasi dengan sesekali berteriak. Saya juga dapat melihat cahaya senter diatas sana.

Pemandangan dengan latar Gunung Tujuh

Mata akan sesekali takjub dengan panorama. Pemandangan menyajikan tampilan yang megah dan memukau. Sebuah lukisan alam yang begitu elok dan mempesona. Kita akan luluh menatapnya. Melihat awan dan pegunungan yang saling bertautan. Tampak jauh di belakang sana Gunung Tujuh dan Danaunya. Insyaa Allah setelah perjalanan ke Gunung Kerinci, saya berencana akan kesana. Inilah rangkaian bukit barisan yang banyak diceritakan. Syukur Alhamdulillah, saya bisa melihatnya langsung hari ini.
Melalui jalur bongkahan batu

Saya memandang keatas, yang terlihat hanya jalan berbatu yang seakan tak berujung. Kita mengayuh kaki dengan perlahan. Semakin mendekat, semakin berat pula bebatuan yang harus dilalui. Berpijaklah pada batu dan bongkahan keras sambil berpegangan. Itulah yang kulakukan disaat fisik  hampir goyah. Sudah 3 Jam perjalanan, puncak pun sudah semakin mendekat.
Melangkah perlahan menuju Puncak Gn. Kerinci

Kupacu langkah ketika tinggal puluhan meter lagi puncak. Terdengar teriakan rekan-rekan yang sudah tiba disana. Rasa lelah sontak hilang berganti dengan semangat dan kekuatan. Tinggal beberapa saat lagi saya akan sampai di tujuan perjalanan ini. Tidak ada lagi orang di belakang saya. Teman-teman menanti saya di puncak. Mereka sesekali berteriak "Ayoo Bang..Semangatt !!" Saya pun mengatur napas panjang dan sedikit berlari ke arah mereka.
Mencapai Puncak Gunung Kerinci

Perjalanan kurang lebih 4 jam dari Shelter III mengantarkan kami ke tujuan akhir pendakian ini. Sebuah tempat tertinggi di Pulau Sumatera yang menjadi kebanggan para pendaki gunung Indonesia. Perjalanan mengarungi medan berbatu akhirnya mencapai akhir. Fisik dan Mental benar-benar diuji di perjalanan ini. Semua perjuangan pasti akan meraih kemenangan. Inilah titik tertinggi dari Gunung Kerinci yang juga dijuluki atap Sumatera.
Puncak Gunung Kerinci 3805 MPDL (Kamis, 1 Februari 2024)

Kami tiba sekitar pukul 07.00 WIB. Alhamdulillah seluruh anggota tim dalam kondisi sehat dan tidak kurang satu apapun. Perjalanan dari Shelter III tadi seperti sebuah ujian akhir untuk tiba di puncak ini. Disaat dini hari yang dingin dan fisik masih lelah, kami harus kembali berjalan menyusuri jalur berbatu yang panjang dan menanjak. Medan berbatu sepeti tidak berhujung terpampang didepan kami. Tidak sia-sia perjalanan ini. Puncak Sumatera akhirnya kami gapai.
Kawah Gunung Kerinci

Puncaknya merupakan sebuah area memanjang yang tidak begitu lebar. Posisinya berada di tepi kawah. Terlihat dari atas, kaldera yang luas dengan kepulan asap belerang yang terus menyembur keluar meski tidak begitu intensif. Bebatuan banyak berhamburan di kawasan puncak ini. Saat kami di puncak bau menyengat sesekali tercium. Saat pagi seperti ini semburan cukup intens dan kami harus terus waspada. Saat kami di puncak, kami terus mengamati aktifitas kawah jikalau intensitasnya meningkat maka kami harus segera kembali. Memang selama kami di puncak sesekali aroma belerang sangat menyengat namun tidak begitu lama.
Puncak Gunung Kerinci - 3805 MDPL, (Kamis, 1 Februari 2024)

Puncak Kerinci biasa disebut juga Puncak Indrapura. Ketinggiannya berada pada posisi 3805 MDPL yang juga merupakan atap Pulau Sumatera. Gunung Kerinci masuk dalam Seven Summits Indonesia yang mewakili Pulau Sumatera. Gunung Kerinci berada di Kab. Kerinci, Provinsi Jambi.

Rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya menginjakkan kaki di salah satu Gunung bergengsi di Indonesia ini. Inilah Kerinci, yang merupakan Gunung Api tertinggi di Indonesia. Sebuah kebanggan dapat menjejakkan kaki di titik tertingginya.
Puncak Gunung Kerinci - 3805 MDPL, (Kamis, 1 Februari 2024)

Saat pagi cerah seperti ini, kita bisa memandang jauh lepas. Kita dapat melihat Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang melintasi beberapa provinsi di Pulau Sumatera. Saat pagi cerah dari arah barat kita bisa memandang Samudera Hindia. Dari arah barat daya, jauh terlihat Danau Kerinci, dari arah timur laut terlihat Gunung Tujuh dan Danaunya yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Inilah puncak yang tampak dari atas pesawat yang saya tumpangi kemarin. Subhanalllah, atas izin Allah niatku pun terwujud disini.
Puncak Gunung Kerinci - 3805 MDPL, (Kamis, 1 Februari 2024)

Pemandangan dari ketinggian memberikan sebuah cerita dan catatan bagi siapa saja yang telah mengalaminya. Kita berada jauh diatas awan dan sepuasnya melihat alam tanpa batas. Banyak kalimat puitis yang bisa kita hasilkan saat hanyut dalam panorama memukau dan mengagumkan ini. Sebagai seorang hamba, sepatutnyalah kita semakin bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Tidak semua orang dipilih untuk dapat sampai di tempat luar biasa ini. Hanya orang-orang yang tangguh dan sabar dalam melalui lika-liku untuk mencapai kemenangan. Itulah sebagai modal kehidupan yang dilalui manusia yang penuh dengan tantangan dan rintangan hingga mencapai kesuksesan.
Puncak Gunung Kerinci - 3805 MDPL, (Kamis, 1 Februari 2024)

Puji Syukur kepada Allah SWT yang masih mengizinkanku untuk menggapai puncak-puncak tertingginya. Alhamdulillah, meski sempat bimbang sebelumnya, namun hari ini saya terima takdirku untuk berada di atas atap Sumatera ini. Gunung Kerinci merupakan puncak Ke-21 pendakianku. Insya Allah umur panjang saya masih akan bertandang ke puncak-puncak lainnya yang belum saya jamah.
Tim Pendaki Gunung Kerinci

Terima Kasih saya haturkan kepada Bang Dody Chandra yang telah memotivasi saya untuk datang ke Sumatera dan mendaki bersama ke Gunung Kerinci. Terima kasih atas semua fasilitas yang telah diberikan. Buat tim di Basecamp Kijang serta Tim Kerinci Tanah Surga yang telah membantu persiapan pendakian ini serta segala bantuan yang telah diberikan. Saya juga berterima kasih kepada adik-adik Mahasiwa Universitas Jambi yang bersama-sama kami dalam perjalanan. Semoga dilain waktu kita bisa bertemu kembali........ Semoga Tulisan ini bermanfaat ..!!!

Penulis : Muhammad Dagri Nizar

No comments:

Post a Comment

Flag Counter