TAMAN NASIONAL KOMODO
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 306/Kpts-II/1995
Tanggal 26 Juni 1995.
Luas : ± 173.300 Ha ; Pulau Komodo : 33.937 Ha, Pulau Rinca 19.625 Ha, Pulau Padar 2.017 Ha, Pulau Gilimotang 3.328 Ha, ditambah pulau-pulau kecil, dan perairan laut di sekitarnya
Letak : Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Manggarai, Kecamatan Komodo.
Koordinat :
119° 22' - 119° 49' BT dan
08° 23' - 08° 50' LS
Peta Taman Nasional Komodo |
Taman Nasional Komodo merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya dan terletak diantara Pulau Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Sumbawa (Provinsi Nusa Tenggara Barat). Kawasan ini merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis), yaitu reptilia purba yang tersisa di bumi ini.
Kondisi alamnya demikian unik. Padang savana yang luas yang ditumbuhi pohon lontar (Borassus flabellifer), sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas menjadikin kawasan ini sangat unik, sunyi, keras, dan eksotis.
Taman Nasional Komodo merupakan aset nasional yang mendapat dukungan secara internasional, karena ditetapkan juga sebagai Warisan Alam Dunia dan sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO.
Sejarah Kawasan :
1. Tahun 1911, satwa komodo pertama kali ditemukan oleh JKH Van Steyn.
2. Tahun 1912, satwa tersebut diberi nama Varanus komodoensis oleh PA Owens.
3. Tahun 1912, Sultan Bima melindungi satwa komodo dengan surat keputusan.
4. Tahun 1938, Residen Flores mengeluarkan keputusan tentang pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Rinca dan Pulau Padar, disusul penetapan Suaka Margasatwa Pulau Komodo pada tahun 1965.
5. Pada 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menunjuk Pulau Komodo, Padar dan Rinca sebagai Taman Nasional Komodo.
6. Pada tahun 1991, dicantumkan pada daftar warisan alam dunia (world heritage site) oleh UNESCO.
7. Pada tahun 1995, ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo oleh Menteri Kehutanan dengan luas 173.300,00 ha.
Fisik
Geologi
Kawasan Taman Nasional Komodo terletak pada pertemuan dua lempengan kontinen Sahul dan Sunda. Gesekan antara kedua lempengan ini telah menimbulkan letusan vulkanis besar, tekanannya juga menyebabkan pengangkatan terumbu karang dan gejala-gejala vulkanis inilah yang menjadikan pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Komodo.
Komodo Barat oleh para ahli diperkirakan terbentuk pada era Jurasic atau sekitar 130 juta tahun lalu, sedangkan Komodo Timur, Rinca dan Padar diperkirakan terbentuk sekitar 49 juta tahun lalu dalam era Eosin. Pulau-pulau ini berubah terus menerus melalui proses erosi dan penumpukan. Berdasarkan peta geologis berskala 1:250.000 oleh van Bemmelen tahun 1949, formasi batu yang tersebar di Taman Nasional Komodo adalah formasi andesit, deposit vulkanis dan formasi efusif.
Tanah
Pulau Komodo Barat terdiri dari konglomerat kapur, pasir, tanah liat, batu vulkanis dan batu pasir. Batu kapur agaknya mendominasi struktur tanah di pulau Komodo Timur, Rinca dan Padar. Berdasarkan peta tanah tahun 1970 (skala 1:250.000) dari Lembaga Penelitian Tanah, Taman Nasional Komodo memiliki jenis-jenis tanah sebagai berikut :
- Tanah mediteranea merah kuning, ditemukan di pulau Rinca dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Tanah ini termasuk jenis tanah yang mudah tererosi.
- Tanah Komplek, ditemukan di pulau Komodo, pulau Padar, dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Jenis tanah ini berwarna coklat keabu-abuan dan merupakan komposit dari beberapa jenis tanah, termasuk latosol dan grumusol yang peka terhadap erosi.
Topografi
Pada umumnya pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Komodo memiliki topografi bergelombang, berupa bukit-bukit dan gunung-gunung. Di beberapa tempat terdapat lereng yang terjal dan curam dengan kemiringan mencapai 80% dan ketinggiannya berkisar antara 0-735 m dpl. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Satalibo (735 m dpl) terletak di Pulau Komodo dan Gunung Doro Ora (667 m dpl) di Pulau Rinca.
Iklim
Kawasan Taman Nasional Komodo memiliki curah hujan rendah atau sama sekali tidak berhujan selama sekitar 7-8 bulan dalam setahun, dan sangat dipengaruhi oleh hujan musim dengan tingkat kelembaban tinggi. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklimnya termasuk jenis F (sangat kering), dengan nilai Q=1,97. Bulan kering antara April sampai dengan Oktober dan bulan basah antara Nopember sampai dengan Maret. Curah hujan rata-rata 200-1500 mm per tahun. Suhu umumnya berkisar antara 17°-34° C, dengan tingkat kelembaban rata-rata 36%.
Fisik
Geologi
Kawasan Taman Nasional Komodo terletak pada pertemuan dua lempengan kontinen Sahul dan Sunda. Gesekan antara kedua lempengan ini telah menimbulkan letusan vulkanis besar, tekanannya juga menyebabkan pengangkatan terumbu karang dan gejala-gejala vulkanis inilah yang menjadikan pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Komodo.
Komodo Barat oleh para ahli diperkirakan terbentuk pada era Jurasic atau sekitar 130 juta tahun lalu, sedangkan Komodo Timur, Rinca dan Padar diperkirakan terbentuk sekitar 49 juta tahun lalu dalam era Eosin. Pulau-pulau ini berubah terus menerus melalui proses erosi dan penumpukan. Berdasarkan peta geologis berskala 1:250.000 oleh van Bemmelen tahun 1949, formasi batu yang tersebar di Taman Nasional Komodo adalah formasi andesit, deposit vulkanis dan formasi efusif.
Tanah
Pulau Komodo Barat terdiri dari konglomerat kapur, pasir, tanah liat, batu vulkanis dan batu pasir. Batu kapur agaknya mendominasi struktur tanah di pulau Komodo Timur, Rinca dan Padar. Berdasarkan peta tanah tahun 1970 (skala 1:250.000) dari Lembaga Penelitian Tanah, Taman Nasional Komodo memiliki jenis-jenis tanah sebagai berikut :
- Tanah mediteranea merah kuning, ditemukan di pulau Rinca dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Tanah ini termasuk jenis tanah yang mudah tererosi.
- Tanah Komplek, ditemukan di pulau Komodo, pulau Padar, dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Jenis tanah ini berwarna coklat keabu-abuan dan merupakan komposit dari beberapa jenis tanah, termasuk latosol dan grumusol yang peka terhadap erosi.
Topografi
Pada umumnya pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Komodo memiliki topografi bergelombang, berupa bukit-bukit dan gunung-gunung. Di beberapa tempat terdapat lereng yang terjal dan curam dengan kemiringan mencapai 80% dan ketinggiannya berkisar antara 0-735 m dpl. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Satalibo (735 m dpl) terletak di Pulau Komodo dan Gunung Doro Ora (667 m dpl) di Pulau Rinca.
Iklim
Kawasan Taman Nasional Komodo memiliki curah hujan rendah atau sama sekali tidak berhujan selama sekitar 7-8 bulan dalam setahun, dan sangat dipengaruhi oleh hujan musim dengan tingkat kelembaban tinggi. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklimnya termasuk jenis F (sangat kering), dengan nilai Q=1,97. Bulan kering antara April sampai dengan Oktober dan bulan basah antara Nopember sampai dengan Maret. Curah hujan rata-rata 200-1500 mm per tahun. Suhu umumnya berkisar antara 17°-34° C, dengan tingkat kelembaban rata-rata 36%.
Biotik
Keadaan alamnya yang kering menjadikan keunikan tersendiri, seperti padang savana yang luas, sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas; yang ternyata merupakan habitat yang disenangi oleh sejenis binatang purba yaitu biawak komodo (Varanus komodoensis). Sebagian besar taman nasional ini merupakan savana dengan pohon lontar (Borassus flabellifer) yang khas.
Flora
Ekosistem Taman Nasional Komodo sangat dipengaruhi oleh iklim yang dihasilkan dari kombinasi musim kemarau panjang dan suhu tinggi serta curah hujan rendah. Disamping itu Taman Nasional Komodo terletak dalam zona transisi antara flora dan fauna Asia dan Australia. Ekosistem perairannya dipengaruhi oleh dampak El Nino/La Nina, yang berakibat memanasnya lapisan air laut di sekitarnya.
Berikut adalah tipe-tipe vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Komodo :
Padang Rumput dan Hutan Savana
Padang rumput dan hutan savana (70% dari luas kawasan) mendominasi kawasan Taman Nasional Komodo dengan dominasi pohon lontar (Borassus Flobellifer) yang merupakan tumbuhan khas. Terdapat berbagai jenis rumput diantaranya Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus, Themeda gigantea dan Themeda gradiosa.
Hutan Tropis Musim (dibawah 500 m dpl)
Sekitar 25% dari luas kawasan Taman Nasional Komodo merupakan vegetasi hutan tropis musim dengan jenis tumbuhan antara lain ; Albizia lebbekoides, Cassia javanica, Oroxylumindicum, Piliostigma malabarica, kesambi (Schleichera oleosa), kepuh (Sterculia foetida), asem (Tamarindus indica), dan Zyzyhus horsfieldi.
Pohon yang sering dijumpai pada vegetasi sekunder antara lain Annona squamasa, Cladogynos orientalis, Eupatorium multifolium, Glycosmis penthaphylla, Hypoestes, Jatropha curcas, Ocium sanctum, Tabenaemontana floribunda dan Vernaninia capituliflora. Spesies belukar khas yang biasanya terbentuk setelah kebakaran antara lain : Azyma sarmentosa, Callicarpa sappan, Microcus paniculata dan Salamun paniculata. Di pulau Rinca terdapat jenis pohon Acacia tomentosa dan Opuntia migrican yang tidak ditemukan di pulau Komodo dan pulau Padar.
Hutan di atas 500 m dpl
Jenis vegetasi yang terdapat pada ketinggian di atas 500 m dpl, yang terdapat di puncak-puncak bukit antara lain Callophyllum spectobile, Colona kostermansiana, Glycosmis pentaphylla, Ficus orupacea, Mischcarpus sundaicus, Podocarpus nerifolia, Terminalia zollingeri, Uvaria ruva, rotan (Callamus sp), bambu (Bambusa sp), dan lumut yang hidup menempel di bebatuan.
Hutan Bakau
Hutan bakau terdapat di teluk yang terlindungi dengan jenis vegetasi antara lain Rhizophora sp, Rhizophora mucronata, Lumnitzera racemosa merupakan jenis yang dominan. Namun secara umum terdapat pula api-api (Avicennia marina), Bruguiera sp, Capparis seplaria, Cerips tagal, dan Sonneratia alba. Komunitas pohon bakau Taman Nasional Komodo merupakan penghalang/benteng fisik alami terhadap erosi tanah. Akarnya menjadi tempat pembiakan, berpijah, dan daerah perlindungan bagi ikan, kepiting, udang, dan moluska.
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan komunitas yang terdiri dari sejumlah tumbuhan dan satwa perairan, baik yang hidup maupun yang telah mati. Terumbu karang yang ada di Taman Nasional Komodo merupakan habitat penting bagi sekitar 1.000 jenis ikan, lebih dari 250 jenis koral pembentuk karang, sedikitnya 105 jenis crustacea dan 70 jenis bunga karang.
Fauna
Mamalia; antara lain rusa (Cervus timorensis), anjing hutan (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kuda liar (Equus caballus) dan kerbau liar (Bubalus bubalus), musang (Paradoxurus hermaphroditus), tikus besar rinca (Ratus rintjanus), dan kalong buah (Cynopterus brachyotis dan Pteropsis sp)
Burung; tercatat terdapat 111 jenis burung, antara lain Megapodius reinwardti, kakatua jambul kening (Cacatua sulphurea), perkutut (Geopelia striata), tekukur (Streptopelia chinensis), pergam hijau (Ducula aenea), Philemon buceroides, burung raja udang (Halcycon capensis), dan burung kacamata laut (Zosterops chloris).
Reptil; Taman Nasional Komodo mempunyai 34 jenis reptil. Disamping satwa komodo, jenis reptil lainnya antara lain ular kobra (Najabnaja), ular russel (Viperia russeli), ular pohon hijau (Trimeresurus albolabris), ular sanca (Python sp), ular laut (Elapidae), kadal (Scinidae, Dibamidae, dan Varanidae), tokek (Gekko sp), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Di Taman Nasional Komodo terdapat juga 3 jenis amphibi, lebih dari 1000 jenis ikan, 8 jenis lumba-lumba, 10 jenis paus, dugong, 70 jenis sponge, 260 jenis terumbu karang, 43 jenis seaweed dan 9 jenis seagrass (seperti Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii).
Wisata
Daya tarik utama Taman Nasional Komodo yaitu adanya reptilia purba biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan potensi lainnya yaitu berupa keaslian dan kekhasan alamnya, khususnya panorama bawah laut.
Di kawasan ini banyak terdapat pantai berpasir putih yang indah, laut yang biru jernih, terumbu karang dengan berbagai jenis ikan yang sangat menawan. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata bahari, misalnya memancing, bersampan, snorkeling, dan diving. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang dapat dikembangkan adalah pengamatan satwa, hiking, dan berkemah.
Wisatawan yang paling banyak mengunjungi Taman Nasional Komodo adalah wisatawan mancanegara, dimana mereka menyebut taman nasional ini dengan julukan "dunia lain". Savana dengan pohon lontarnya yang tegak menjulang ke langit dilatarbelakangi rangkaian pegunungan, terkesan gersang dan tandus tetapi alam yang demikian itu merupakan habitat ideal bagi biawak komodo dan satwa lainnya seperti kuda liar, kerbau liar, rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung.
Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi ;
1. Loh Liang ; Pintu masuk utama untuk kegiatan pengamatan satwa liar pada hutan musim. Terdapat pantai berpasir dan perkampungan tradisional masyarakat setempat.
2. Loh Buaya ; Menikmati pemandangan alam dan berburu satwa liar dengan teropong dan kamera.
3. Pulau Lasa, Pantai Merah, Loh Bo dan Sebita. Menyelam dan snorkeling dengan fasilitas dive shop dan glass bottom boat.
4. Banu Nggulung. Pengamatan satwa.
Musim kunjungan terbaik : Bulan Maret sampai Juni dan Oktober sampai Desember.
Cara mencapai lokasi
- Denpasar-Mataram-Bima (darat) selama 2 hari, dilanjutkan dengan menggunakan kapal ferry dari Pelabuhan Sape menuju Labuan Bajo (Kantor Taman Nasional Komodo).
- Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat seminggu 2 kali.
- Dari Labuan Bajo ke Taman Nasional Komodo (tujuan Loh Liang atau Loh Buaya) dengan mencarter perahu motor nelayan.
Pengelolaan
Taman Nasional Komodo dikelola oleh Balai Taman Nasional Komodo sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Guna kepentingan pengelolaan, Taman Nasional Komodo dibagi dalam beberapa zona pengelolaan, yaitu :
1. Zona Inti, merupakan zona yang mutlak dilindungi, di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia, kecuali yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
2. Zona Rimba Daratan, merupakan zona yang didalamnya tidak diperbolehkan adanya aktivitas manusia sebagaimana pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas.
3. Zona Rimba Perairan/bahari, adalah daerah dari garis pantai sampai 500 m ke arah luar dari garis isodepth 20 m ke sekeliling batas karang dan pulau, kecuali pada zona pemanfaatan tradisional bahari. Pada zona ini tidak boleh dilakukan kegiatan pengambilan hasil laut, seperti halnya pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas.
4. Zona pemanfaatan wisata daratan, diperuntukkan secara intensif hanya bagi kegiatan wisata alam daratan.
5. Zona pemanfaatan wisata bahari, diperuntukkan secara intensif hanya bagi kegiatan wisata alam perairan.
6. Zona pemanfaatan tradisional darat, zona yang dapat dilakukan kegiatan untuk mengakomodasi kebutuhan dasar penduduk asli dalam kawasan dengan ijin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo.
7. Zona pemanfaatan tradisional bahari, zona yang dapat dilakukan kegiatan untuk mengakomodasi kebutuhan dasar penduduk asli dalam kawasan dengan ijin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo. Pada zona ini dapat dilakukan pengambilan hasil laut dengan alat yang ramah lingkungan (pancing, bagan, huhate dan payang).
8. Zona pemukiman masyarakat tradisional, zona untuk bermukim hanya bagi penduduk asli dengan peraturan tertentu dari Kepala Balai Taman Nasional Komodo bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
9. Zona pemanfaatan khusus penelitian dan pendidikan, merupakan zona yang hanya diperuntukkan bagi kegiatan dan pengembangan penelitian, pendidikan, pelatihan dan rehabilitasi.
10. Zona pemanfaatan khusus pelagis, merupakan zona yang terluas dengan total luas 62.568,68 hektar. Pada zona ini dapat dilakukan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut lainnya yang tidak dilindungi dengan alat yang ramah lingkungan (pancing, bagan, huhate dan payang) serta kegiatan wisata / rekreasi.
Dalam rangka peningkatan pengelolaan kawasan maka Taman Nasional Komodo bermitra dengan berbagai lembaga lain, seperti TNC, Rare, UNESCO, San Diego Zoo, Universitas Udayana, Universitas Gajah Mada, dan IPB
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam kawasan maupun lingkungan di sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan komodo (Varanus komodoensis), savana, dan ekosistem perairan lautnya (berbagai jenis karang dengan segala biota yang hidup di dalamnya dan pola migrasi ikan paus).
Dalam rangka mendukung pengelolaan telah dibangun berbagai sarana dan prasarana;
- Sarana/Prasarana pengelolaan, antara lain ; Bangunan kantor, rumah dinas, pondok jagawana, floating ranger station (kapal yang dipergunakan untuk patroli), perpustakaan, radio komunikasi, dan rumah diesel.
- Sarana/Prasarana pengunjung, antara lain ; gedung pusat informasi, wisma tamu, wisma peneliti, front office, restorant, akses jalan, dan jalan setapak.
Alamat Pengelola Kantor
Balai Taman Nasional Komodo
Jl. Jend. Sudirman 87 Labuan Bajo, Flores Barat 86554
Nusa Tenggara Timur Telp. (0385) 41004, 41005 Fax No. 41006
Sumber : Kemeterian Kehutanan RI
No comments:
Post a Comment