Home » , , » Napak Tilas Jejak "Laksamana Cheng Ho" || Klenteng Sam Poo Kong - Semarang, Jawa Tengah

Napak Tilas Jejak "Laksamana Cheng Ho" || Klenteng Sam Poo Kong - Semarang, Jawa Tengah

Napak Tilas Jejak "Laksamana Cheng Ho"
KLENTENG  SAM POO KONG
SEMARANG - JAWA TENGAH

Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Semarang - Jawa Tengah, Jauh sebelum kolonialisme belanda menginjakkan kakinya di wilayah nusantara. Ratusan tahun sebelumnya, para pedagang tionghoa telah melabuhkan sauhnya di beberapa wilayah pesisir indonesia. Misi daganglah yang menjadi motif utama untuk menjejakkan kaki di nusantara. Para saudagar dari tiongkok tersebut menempuh ribuan mil gelombang samudera dari negerinya hingga akhirnya berlabuh di gugusan kepulauan Indonesia.

Pulau Jawa merupakan salah satu tempat sandaran bahtera dari negeri tirai bambu tersebut, selain Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Mereka berlayar dengan puluhan armada dengan mengangkut ratusan orang untuk mejalankan misi dagang di tanah Jawa.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Beranda Depan Klenteng Sam Poo Kong

Salah satunya di kawasan ramai di pesisir utara jawa, yang kini dikenal dengan nama Kota Semarang. Ibukota Provinsi Jawa tengah ini menyimpan begitu banyak jejak peninggalan para saudagar dari Tionghoa. Sejak ratusan tahun yang lalu, mereka telah melakukan aktiftas perdagangan barang dan jasa.
Vihara atau Klenteng Sam Poo Kong merupakan sebuah bangunan yang didedikasikan untuk seorang laksamana yang memimpin misi dagang pertama bangsa tiongkok ke daratan jawa. Tempat ini merupakan tempat pendaratan pertama armada kapal dagang yang dipimpin oleh seorang Laksamana beragama islam yaitu Laksamana Zheng He atau Cheng Ho. Tanda yang menunjukkan sebagai bekas petilasan yang berciri keislaman dengan ditemukannya tulisan berbunyi “Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Quran”
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Gerbang Klenteng Sam Poo Kong

Kita seakan sedang berada di masa ribuan tahun yang lalu tatkala melihat bangunan megah ini. Susananya seperti berada dalam kompleks istana dinasti-dinasti kuno cina kala itu. Suasana vihara ini begitu menggambarkan artisektur tionghoa yang penuh dengan sentuhan seni. Begitu saya melangkahkan kaki masuk kedalam, terasa suasana berbeda dalam pandangan saya. Sebuah gerbang besar menjadi pertanda selamat datang di Klenteng ini. Paduan warna merah mendominasi gerbang dan keseluruhan bangunan di kompleks ini.
 
Lokasi Klenteng "Sam Poo Kong"

Klenteng ini ramai dikunjungi oleh para peziarah dan warga etnis Tionghoa yang akan melakukan peribadatan. Masyarakat umum juga tidak ketinggalan berkesempatan menyisir setiap sisi kompleks bangunan yang penuh sentuhan seni ini. Setiap hari, tempat ini selalu saja ramai pengunjung, baik dari Kota Semarang dan masyarakat luar kota. Mereka menjadikan tempat ini salah satu kunujungan wisata yang wajib dikunjungi saat di Kota Semarang.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Sisi Pelataran Klenteng Sam Poo Kong

Kompleks Sam Poo Kong berada di daerah Simongan, sebelah barat daya kota Semarang. Bangunan ini merupakan Klenteng yang biasa digunakan untuk tempat pemujaan dan kegiatan ritual warga Tionghoa. Beberapa bangunan besar berada di dalam kompleks ini. Setiap bangunan didesain dengan arsitektur berciri khas tionghoa. Selain sebagai sarana peribadatan, klenteng ini juga menjadi tujuan wisata budaya dan religius. Para pengunjung bisa lebih dekat mengenal sosok Cheng Ho dan kebudayaan etnis tionghoa.
Cukup dengan tarif Rp. 10 Ribu saja para pengunjung sudah dapat mengakses tempat ini. Pengunjung bisa menikmati suasana layaknya di negeri tirai bambu cina. Beberapa sudut kompleks Sam Poo Kong memiliki tampilan background yang mempercantik jepretan foto dan video. Orang awam akan mengganggap anda sedang berada di negeri cina ketika sekilas melihat tampilan foto anda, padahal anda tidak kemana mana, masih berada di Negeri yang kita cintai, Indonesia.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Sisi Pelataran Klenteng Sam Poo Kong

Kompleks Sam Poo Kong terdiri dari beberapa bagian bangunan besar dengan sebuah pelataran luas ditengahnya. Dominasi warna merah menutupi setiap sisi permukaan bangunan. Warna merah memiliki makna khusus bagi etnis tionghoa dan memberikan corak khas bagi tampilan budaya religiusnya.
Konon menurut legenda, Laksamana Zheng Ho sedang berlayar melintasi perairan Laut Jawa, namun saat melintasi perairan tersebut, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit, lalu ia memerintahkan untuk membuang sauh. Kemudian, kapalnya merapat ke Pantai Utara Semarang untuk berlindung di sebuah goa dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang pada perkembangannya sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Patung Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong

Dahulunya lokasi ini berada di sebuah bukit batu yang terdapat Gua Batu Besar sehingga Klenteng ini disebut juga dengan nama Gedung Batu Besar. Sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Zheng He, maka masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia membangun Klenteng ini yang juga diperuntukkan sebagai sarana peribadatan, persembahyangan dan ziarah. Di dalam klenteng ini juga ditempatkan sebuah altar serta patung-patung Sam Po Tay Dijen.
Meskipun Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, masyarakat tetap menganggapnya sebagai Dewa. Patung Cheng Ho ditempatkan didalam ruang peribadatan dan pemujaan. Dalam kepercayaan penganut Kong Hucu atau Taoisme, mereka meyakini bahwa orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada mereka. Ini sangat nampak terlihat, dimana Patung Cheng Ho dijadikan sebagai wujud dewa yang di puja dan didoakan.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Patung Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong

Sebuah patung besar menjadi ikon klenteng ini. Ia berdiri tegak menjulang dengan gagahnya. Patung ini adalah Patung Laksamana Cheng Ho. Sebuah kisah kebesaran masa lalu seakan ingin diperlihatkan melalui tampilan patung ini. Pada awal masa abad ke 14, mereka adalah bangsa tionghoa pertama yang menginjakkan kaki ke nusantara melalui misi dagang. Sehingga selanjutnya terjalinlah hubungan dagang antara negeri tiongkok dan Indonesia, hingga kini.
Klenteng ini pertama kali dibangun pada tahun 1724. Selanjutnya mengalami beberapa kali renovasi hingga tahun 2005. Saat itu bangunan klenteng masih terbuat dari bahan dasar kayu. Setelah renovasi, bangunan klenteng berdiri megah dengan bahan dan material bangunan yang permanen.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Klenteng Dewa Bumi
(Salah Satu Bangunan di Dalam Kompleks Klenteng Sam Poo Kong)


Klenteng Sam Poo Kong
menghadirkan sebuah situs sejarah dan budaya tionghoa di Indonesia, khususnya di Kota Semarang. Akulturasi budaya tionghoa dan budaya jawa mulai terjadi sejak masuknya para saudagar untuk misi dagang pada awal abad ke 14 silam. Jejak Peninggalan budaya tionghoa, hingga kini masih terpelihara dengan baik pada beberapa bangunan, salah satunya adalah Sam Poo Kong.

Sejak dulu hingga kini etnis tionghoa telah menyebar di seluruh penjuru nusantara. Mereka telah berasimilasi dan menyatu dengan tradisi kehidupan masyarakat indonesia. Keberagaman budaya di indonesia yang kulituristik dan spiritualistik menjadikan budaya tionghoa dapat beradaptasi dengan tradisi masyarakat indonesia yang tentunya dalam norma-norma yang sejalan.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Pelataran Klenteng Sam Poo Kong

Menyusuri setiap sisi Klenteng Sam Poo Kong, hampir tidak berbeda dengan berada di negeri cina. Suasana dan arsitektur bangunan seakan menggiring imajinasi kita ke tanah tiongkok yang jauh disana. Kita seperti tidak perlu jauh-jauh menyebrang ke negeri tirai bambu tersebut, karena tampilan yang tersedia disini sudah menggambarkan rupa yang sebenarnya seperti disana.

Ada empat Klenteng yang terdapat di Kompleks Sam Poo Kong ini, yaitu Klenteng Dewa Bumi, Klenteng juru mudi, Klenteng sam poo tay dijen dan kelnteng Kyai Jangkar. Setiap bagian dalam klenteng dihiasi dengan kelengkapan prosesi ritual seperti beberapa Lampion digantungkan di langit-langit atap. Patung-patung dewa juga menghiasi areal klenteng ini. Kaligrafi Cina terpahat di tiang penyangga bangunan. Pilar berbentuk lingkaran menopang megahnya bangunan klenteng. Hiolo atau tempat dupa juga ditaruh di klenteng ini.
Pariwisata Dunia, Pariwisata Indonesia, Pariwisata Jawa Tengah, Kota Semarang, Kampung Pelangi, Simpang Lima, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Dataran Tinggi Dieng, Vihara Buddhagaya Watugong
Klenteng Sam Poo Kong

Konon setelah Laksamana Zheng He meninggalkan tempat tersebut, banyak awak kapalnya yang tinggal di Desa Simongan dan menikah dengan penduduk setempat.
Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Zheng he memberikan pelajaran bercocok tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Di Klenteng ini juga terdapat makam seorang juru mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho.
Sebagai situs sejarah dan budaya tionghoa, Klenteng Sam Poo Kong merupakan perwujudan jejak masa lalu peradaban orang tionghoa di nusantara. Napak tilas perjalanan Laksamana Cheng Ho hingga sampai ke nusantara dapat tergambar dari beberapa petunjuk di Kompleks Sam Poo Kong ini. Semoga Tulisan Ini Bermanfaat...!!!!

Penulis : Muhammad Dagri Nizar

No comments:

Post a Comment

Flag Counter