Home » » Taman Nasional Alas Purwo

Taman Nasional Alas Purwo

TAMAN NASIONAL
ALAS PURWO

Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 283/Kpts-II/1992
Tanggal 26 Pebruari 1992
Luas : ± 43.420 Ha
Letak : Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo.
Koordinat :
114° 20' - 114° 36' BT dan
08° 25' - 08° 47' LS 
 
Peta Taman Nasional Alas Purwo
Umum
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Kawasan ini sedikitnya memiliki 5 tipe ekosistem, yaitu hutan bambu, hutan pantai, hutan mangrove, hutan tanaman dan padang rumput. Hutan bambunya diperkirakan mendominasi sekitar 40 % kawasannya.
Bagi para peselancar profesional dunia kawasan ini sangat terkenal, karena di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo terdapat Pantai Plengkung yang bentuknya memang melengkung dan lebih dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land yang merupakan lokasi berselancar yang sangat menantang.
Disamping itu letak Alas purwo sangat strategis karena berada dekat obyek-obyek wisata alam lain seperti Pulau Bali, Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Taman Nasional Baluran dan obyek-obyek wisata agro. Beragamnya budaya Banyuwangi merupakan komponen strategis dalam upaya meningkatkan kepariwisataan di Banyuwangi.

Sejarah Penunjukkan :
- Tanggal 26 Pebruari 1992 ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas 43.420 ha.
- Tanggal 10 Juni 2002, Balai Taman Nasional Alas Purwo mengelola kawasan Taman Nasional Alas Purwo dan kawasan Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen.

Fisik
Geologi dan tanah

Berdasarkan peta Geologi Jawa dan Madura yang dibuat Direktorat Geologi Tahun 1963, kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari batuan sedimen aluvium dan miosen facies batuan gamping dengan daerah penyebaran yang cukup luas. Batuan miosen meliputi Semenanjung Purwo bagian Timur, Selatan, Barat dan Tanjung Sembulungan sedangkan selebihnya termasuk batuan alluvium.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjai I Provinsi Jawa Timur, Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, di kawasan ini terdapat 4 (empat) jenis tanah antara lain:
1. Jenis tanah mediteran coklat dan litosol dengan bahan induk endapan kapur. Penyebarannya di Semenanjung Purwo.
2. Jenis tanah reusol dengan bahan induk endapan pasir. Penyebarannya meliputi sepanjang pantai dari Tanjung Kayuaking sampai Segoro Anak.
3. Jenis tanah grumosol kelabu dengan bahan induk endapan liat. Penyebarannya meliputi Rawa Badak, Rawa Saring, Rawa Turunan Ajag, dan Rawa Terusan.
4. Jenis tanah alluvial hidromorf dengan endapan liat. Penyebarannya di luar daerah tersebut di atas.
 
Topografi
Secara umum kawasan Taman Nasional Alas Purwo mempunyai topografi datar, bergelombang ringan sampai berat dengan puncak tertinggi Gunung Manis (322 mdpl). Di beberapa tempat terdapat bukit gamping yang erjal menjorok ke laut membentuk tebing pantai yang terjal, terutama yang terdapat di sekitar Tanjung Sembulungan sampai Tanjung Kucur di sebelah Timur.

Ketinggian
0 - 322 m di atas permukaan laut

Iklim
Menurut Schmidt dan Ferguson tipe iklim Taman Nasional Alas Purwo termasuk tipe iklim E dengan nilai Q rata-rata antara 100 - 167 %, rata-rata curah hujan berkisar 1.000 -1.500 mm pertahun, temperatur berkisar antara 22º - 31ºC dengan kelembaban udara antara 40 - 85 %. Wilayah sebelah Barat taman nasional menerima curah hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah Timur. Taman nasional ini juga dipengaruhi oleh angin musim, yaitu angin musim Barat dan angin musim Timur yang kering. Musim kemarau mulai bulan April s/d Oktober dan musim hujan bulan November s/d Maret.

Hidrologi
Tanah di kawasan Taman Nasional Alas Purwo mengandung air yang kurang produktif, karena daerahnya tertutup oleh batuan sedimen padu yang mengandung sedikit celahan dan porositasnya kecil. Jenis-jenis batuan ini tidak dapat meneruskan air, sedangkang sungai-sungainya dangkal dan pendek.
Di pantai sebelah Barat, Selatan dan Timur pola aliran air sungai lurus dan paralel satu sama lain. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat, yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Pada musim penghujan muara sungai sering bobol dan air mengalir jernih. Sungai Pancur mengalir sepanjang tahun namun pada musim kemarau airnya berasa sadah, sedangkan pada musim penghujan terasa tawar.
Di beberapa tempat sumber air dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari sistem rekahan atau celahan dari lapisan lapuk tebal serta endapan alluvium yang tipis. Sumber air semacam ini dapat ditemui di blok hutan Pecari Kuning dan Sadengan. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kucur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge.

Hidrooceanografi
Panjang pantai nabitik (batas pasang surut) di sekitar pantai Plengkung dapat mencapai 300 meter dengan dasar pantai berupa batu kapur yang rata akibat abrasi air laut. Kedalaman laut di Teluk Grajagan sekitar 27 - 66 meter. Di depan pantai Plengkung terdapat patahan dasar laut, sehingga membentuk palung laut dengan kedalaman sekitar 437 meter. Akibat patahan tersebut terjadi pengangkatan arus bawah laut dan membentuk gelombang permukaan laut yang besar membentur pantai Teluk Grajagan yang cekung dengan gelombang permukaan laut yang besar. Gelombang laut di muara Segoro Anak cukup besar namun tidak pernah pecah, sehingga sering membahayakan bagi pelayaran, sedangkan pada pantai di daerah Plengkung yang terbuka, gelombang laut yang besar pecah dipermukaan sehingga sangat baik untuk oleh raga air seperti selancar atau surfing. Panjang gelombang di pantai Plengkung dapat mencapai 2 kilo meter dengan tujuh lapis gelombang dan ketinggian dapat mencapai lebih dari 6 meter.

Biotik
Flora
Secara umum tipe hutan di kawasan hutan Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan hujan tropis dataran yang dipengaruhi oleh angin musim. Ciri-ciri hutan musim masih terlihat dengan adanya padang rumput, pohon gebang dan jenis tumbuhan yang menggugurkan daun dimusim kemarau. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan diduga 40 dari hutan yang ada didominasi oleh bambu. Terdapat sedikitnya 485 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan pohon.
Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di Taman Nasional Alas Purwo dapat di kelompokkan menjadi
 a. Hutan Bambu
Di Taman Nasional Alas Purwo terdapat 13 jenis bambu, antara lain bambu ampel (bambusa vulgaris), Bambu Wuluh (schizostachyum blumer), bambu apus (gigantochloa apus), bambu gesing (bambusa spinosa), bambu jajang (gigantochloa nigrociliata), bambu jalar (dinochloa scandens), bambu jawa (gigantochloa verticiliata), bambu rampal (schizostachyum branchyladum), bambu jabal, bambu wulung dan bambu manggong (gigantochloa manggong).
Hutan bambu di kawasan Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan bamboo terluas di Pulau Jawa, yaitu mencapai lebih kurang 17.000 Ha.
Keberadaan hutan bambu di Taman Nasional Alas Purwo secara alami mempunyai nilai penting bagi masyarakat sekitar hutan, karena merupakan sumber plasma nutfah yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat untuk keperluan bahan bangunan, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian dan peralatan penangkapan ikan selain itu dapat juga diperjual belikan.
b. Hutan Pantai
Sepanjang pantai terdapat formasi hutan pantai, jenis pohon yang umum antara lain ketapang (terminalia catapa), nyamplung (calophylum inophylum), waru laut (hibicus sp) dan keben (baringtonia asiatica). Tumbuhan langka dan khas di wilayah ini adalah sawo kecik (manilkara kauki (L.) DUBARD). Berdasarkan hasil inventarisasi dan penomoran pohon sawo kecik tahun 1993 terdapat 449 batang tingkat pohon dan 11.024 batang tingkat belta. Sawo Kecik tumbuh secara alami tersebar tidak merata sepanjang pantai Selatan mulai dari Parang Ireng sampai dengan Parang Gedek seluas 82,45 Ha dan pantai Timur dimulai dari Payaman sampai Bringinan 24 Ha.
c. Hutan Mangrove
Formasi hutan bakau dapat dijumpai di daerah Perpat dan Sagoro Anak. Pengamatan di Sagoro Anak menemukan terdapat 13 jenis tumbuhan yang menyusun hutan bakau yaitu : rhizophora apiculata, rhizophora mucronata, bruguiera sexanguyla, bruguiera gymnorrhyza, bruguiera sp, avicenia marina, avicenia sp, xylocarpus granatum, heritiera littoralis, sonneratia alba dan sonneratia caseolaris.
d. Hutan Tanaman
Selain hutan alam terdapat hutan tanaman seluas 1.203 Ha di blok. Marengan, terdiri dari tanaman jati (tectona grandis), mahoni (swietenia macrophyla) johar (cassia siamea), legaran (alstonia villosa), akasia (acacia auriculiformis) dan sonokeling (dalbergia latifolia).
e. Padang Rumput
Padang Rumput terdapat di padang pengembalaan Sadengan merupakan ekosistem buatan seluas 84 Ha. Terdapat 21 jenis rumput dari 45 jenis tumbuhan bawah yang ada di padang rumput ini. Jenis rumput yang umum antara lain lamuran (dichantium coricosum) dan rumput merakan (heteropogon contortus). Jenis pohon yang mudah dilihat antara lain ketangi (lagerstroemia speciosa) dan bendo (artocarpus elasticus). Tujuan utama dibuat padang pengembalaan ini adalah untuk mencukupi pakan Banteng (bos javanicus) dan Rusa (cervus timorensis) sehingga populasinya dapat meningkat selain itu untuk memudahkan wisatawan dalam upaya untuk menyaksikan atraksi satwa liar dalam kunjungannya ke Taman Nasional Alas Purwo.

Fauna
Fauna di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, antara lain:
Mamalia; Di kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdapat jenis satwa antara lain banteng (bos javanicus), rusa (cervus timorensis), ajag (cuon alpinus), babi hutan (sus scrofa), kijang (muntiacus muntjak), macan tutul (panthera pardus), lutung (presbytis cristata), kera abu-abu (macaca fascicularis) dan biawak (varanus salvator).
Selain itu juga terdapat satwa kecil seperti tupai tanah (tupara glis), tando (cynocephalus variegatus), kalong (pteropus vampirus), jelarang (ratufa bicolor), rase (vivericula malaccensis), linsang (prionodon linsang), luwak (paradoxurus hermaprhoditus), garangan (Herpestes javanicus) dan kucing hutan (felis bengalensis).
Aves; Jenis burung yang telah berhasil di identifikasi berjumlah 236 jenis terdiri dari burung darat dan burung air beberapa jenis diantaranya merupakan burung migran. Beberapa jenis burung yang mudah dilihat diantaranya ayam hutan (gallus gallus), kangkareng (antracoceros coronatus), rangkong (buceros undulatus), merak (pavo muticus) dan cekakak Jawa (halcyon cyanoventris).
Reptil; Untuk reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis. Jenis paling populer yang ada adalah 4 jenis penyu di sepanjang panjang Ngagelan, yaitu penyu sisik, penyu lekang, penyu hijau dan penyu blimbing.
Pisces; Jenis ikan yang sudah teridentifikasi yang sebagian besar berada di Segoroanak sebanyak 30 jenis. Ini sudah banyak dimanfaatkan masyarakat tradisional sebagai mata pencaharian sehari-hari.

Wisata
Berikut beberapa lokasi tujuan wisata, yaitu:
1. Sadengan : Padang rumput seluas 80 ha dengan rumput dominan jenis lamuran. Di tepi padang rumput ini terdapat menara pengintai untuk melihat satwa antara lain banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan dan burung-burung.
2. Trianggulasi : Nama yang diambil dari sebuah tugu Triangulasi (titik ikat pengukuran dan pemetaan) merupakan pantai landai berpasir putih dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon Bogem dan Nyamplung. Di pantai ini tidak dapat digunakan untuk berselancar (surfing) dan juga berbahaya untuk direnangi. Fasilitas pengunjung yang tersedia yaitu wisma tamu dan pesanggarahan.
3. Pancur : Terletak ± 3 Km disebelah Timur Triangulasi. Pancur merupakan lokasi bumi perkemahan (camping ground) dan tempat yang dikenal untuk bersemedi/bermeditasi. Dua kilo meter sebelah utara Pancur terdapat goa yang disakralkan yaitu Goa Istana. Terdapat pula Sendang Srengenge yang sangat terkenal dikalangan supranatural. Tidak jauh dari Pancur terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng dan dilokasi ini pantainya berpasir kasar yang terkenal dengan sebutan pasir gotri.
4. Plengkung : Plengkung adalah pantai lokasi berselancar yang telah terkenal di dunia, terutama bagi peselancar profesional. Letaknya berada di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo. Pantai Plengkung yang memang melengkung itu, lebih dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land. Sebutan G-land diartikan karena letak pantai untuk berselancar tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G, dan mungkin ditunjang oleh keberadaan green forest, hamparan hutan pantai dan hutan dataran rendah yang masih asli di sekitarnya. Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia dan Afrika Selatan. Tinggi gelombangnya dapat mencapai antara 6-10 kaki dan panjang gelombang dapat mencapai 700 - 2000 meter (6 lapis gelombang) terutama pada bulan Juli. Disamping itu, sangat jarang ditemukan lokasi untuk surfing seperti Plengkung yang mempunyai karakteristik "left-handed".
5. Batu Lawang : Dipantai ini terdapat batu yang menonjol dipinggir pantai yang menyerupai pintu (lawang). Keberadaan pantai Batu Lawang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pantai Plengkung. Plengkung terkenal dengan ombaknya yang sangat baik untuk berselancar, sedangkan Batu Lawang merupakan alternatif kedua bilamana ombak pantai Plengkung sedang kurang baik. Batu lawang ini juga dikenal dengan sebutan pantai twenty-twenty karena untuk mencapainya hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Plengkung.
6. Pantai Ngagelan : Terletak 7 km dari Trianggulasi. Pantai ini merupakan tempat bertelurnya beberapa jenis penyu.
7. Bedul Segoro Anak : Ditempat ini pengunjung dapat bersampan, berenang, ski air dan mengamati burung migran dari Australia.
8. Goa : Terdapat 40 buah tempat, baik alam maupun buatan yang dapat disebut goa , antara lain Goa Jepang dengan 2 buah meriam sepanjang 6 meter peninggalan tentara Jepang. Goa-goa lainnya seperti Goa Istana, Goa Padepokan biasa untuk kepentingan wisata budaya dan wisata petualangan goa.
9. Pura Luhur Giri Salaka : Tempat persembahyangan umat Hindu, berada di jalan masuk ke Triangulasi. Pura ini merupakan salah satu pura peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih dipakai oleh umat Hindu untuk acara keagamaan yaitu upacara Pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali. Acara sakral tersebut yaitu upacara penyelamatan ilmu pengetahuan penolak ancaman raksasa bagi umat manusia yang diturunkan oleh para dewa. Dalam upacara tersebut ada yang disebut Prosesi Palemahan yaitu membuang sesaji ke tanah agar dimakan oleh Raksasa Betarakala. Pawongan yaitu upacara umat Hindu tanda syukur kepada Sang Dewa yang telah memberikan ilmu pengetahuan.

Cara pencapaian lokasi
1. Banyuwangi-Pasaranyar = 65 km, dan Pasaranyar-Trianggulasi =12 km. Menggunakan mobil.
2. Trianggulasi-Plengkung berjalan kaki sepanjang 10 km menyelusuri pantai.
3. Lokasi lainnya seperti Danau Segara Anak, Sadengan, Rowobendo dapat ditempuh berjalan kaki dari Trianggulasi.

Pengelolaan
Taman Nasional Alas Purwo dikelola oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Dalam pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo yang luasnya 43.420 Ha, dibagi dalam beberapa zona, yaitu ;
1. Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 Ha
2. Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 Ha
3. Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha
4. Zona penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 Ha.

Alamat Pengelola
Kantor Balai Taman Nasional Alas Purwo
Jl. Achmad Yani 108 Banyuwangi 68416 - Jawa Timur
Telp./Fax (0333) 410857
No. Frekuensi SSB : 75.650 Mhz

Sumber : Kementerian Kehutanan RI

No comments:

Post a Comment

Flag Counter