Home » » Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Taman Nasional Bukit Tigapuluh

TAMAN NASIONAL
BUKIT TIGAPULUH


Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan  
Nomor: 539/Kpts-II/1995
Tanggal 5 Okt 1995

Ditetapkan:
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 6407/Kpts-II/2002
Tanggal 21 Juni 2002
Luas : ± 144.223 Ha

Letak :  
- Provinsi Riau Kabupaten Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir (111.223 ha)
- Provinsi Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tebo (33.000)

Koordinat :  
102° 13' - 102° 45' BT dan
00° 40' - 01° 30' LS.
Peta Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Umum
Taman Nasional Bukit Tigapuluh memiliki ekosistem yang unik karena menempati suatu kawasan perbukitan yang cukup curam di tengah-tengah dataran rendah di bagian Timur Sumatera, terpisah sama sekali dari pegunungan Bukit Barisan. Taman nasional ini seolah-olah "pulau perbukitan" di tengah-tengah "lautan" hutan hujan dataran rendah dan rawa pasang surut di Provinsi Riau dan Jambi.

Kawasan ini mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi. Disamping keanekaragamannya, kawasan ini juga berfungsi dalam perlindungan hidro-orologis Daerah Aliran Sungai Kuantan Indragiri. Semula kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas, namun demikian keberadaan hutannya relatif masih cukup alami.

Sejarah
-  Kawasan ini sebelumnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas.
- Tahun 1995, melalui perubahan fungsi kawasan ini dirubah menjadi Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan luas 127.648 ha.

Fisik
Geologi dan Tanah
Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh terbentuk dari batuan induk zaman pretersier (zaman Plis-plistosen dan pliosen, Miosen atas, miosen tengah, miosesn bawah dan trias) yang terdiri dari batuan metamorf dan sedimen. Batuan metamorf ini terdiri dari batuan sabak pasiran dan batu pasir kerasitan serta batu pasir kwarsa. Sebagian besar dari batuan ini telah mengalami metamorfosis kontak dan berubah menjadi kompleks dan batu-batu sabak yang berbentuk modul-modul.

Sebagian besar tanah di Taman Nasional Bukit Tigapuluh terdiri dari podsolik merah kuning yang tersebar di daerah perbukitan sebelah Timur dan laotosol merah di sebelah Barat. Tanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang rendah. Hal ini berhubungan dengan tingkat keasaman tanah, kandungan hara yang rendah, kandungan liat tinggi dan adanya unsur-unsur beracun dalam tanah. Kedalaman tanah bervariasi dari 40 cm sampai lebih dari 150 cm. Pada daerah-daerah sekitar puncak bukit dan lereng atas bukit, kedalaman solum tanahnya hanya 30 - 50 cm, sedangkan pada lereng bawah berkisar antara 50 - 100.

Topografi
Secara umum kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh mempunyai kondisi topografi berbukit-bukit dengan kelerengan curam. Secara garis besar kawasan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Pegunungan dengan lereng sangat curam (75 %),
b. Pegunungan dengan lereng yang agak curam (25 % - 75 %), dan
c. Dataran antara pegunungan dan perbukitan kecil (16 %)

Ketinggian : 60 - 843 m dpl.

Iklim dan Curah Hujan
Menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson kawasan ini termasuk tipe iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2.577 mm per tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 347 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 83 mm.

Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25.6 - 27.7 ºC. Suhu bulanan maksimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 33 ºC, suhu bulanan minimum terjadi pada bulan Januari sebesar 20.8 ºC, sehingga kawasan ini memiliki udara yang relatif sejuk yang merupakan salah satu potensi pengembangan wisata.

Kelembaban udara cukup tinggi, yaitu antara 81 % sampai 90 %. Kelembaban udara maksimum hampir terjadi di sepanjang tahun kecuali bulan Juli. Sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 46%.

Hidrologi
Di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh terdapat beberapa sungai, antara lain Sungai Gangsal, Sungai Megatal, Sungai Akar, Sungai Simpang dan Sungai Lempang. Sungai-sungai ini merupakan sumber air bersih dan objek wisata yang menarik.

Biotik
Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh mempunyai tipe ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest) karena memiliki iklim yang sangat basah, tanah kering, dan ketinggian dibawah 1000 m dpl, menempati suatu perbukitan yang cukup curam ditengah-tengah dataran rendah di bagian Timur Sumatera.
Berdasarkan perbedaan struktur tegakan, komposisi jenis dan fisiognominya, ekosistem tanam nasional ini terdiri atas 4 macam, yaitu:
1. Hutan alam primer (Virgin forest), yaitu hutan hujan alami yang belum terganggu oleh aktivitas pembalakan kayu.
2. Hutan alam bekas tebangan (logged over-area), yaitu kawasan hutan yang telah mengalami gangguan berupa aktivitas penebangan, baik yang dilakukan oleh pemegang HPH maupun perambah hutan/penebang liar.
3. Semak belukar, yaitu kawasan yang telah dibuka untuk perladangan kemudian ditinggalkan. Kawasan ini juga sering disebut hutan sekunder karena di aeras ini terjadi suksesi sekunder.
4. Kebun karet dan ladang, yaitu komunitas tumbuhan hasil penanaman.

Flora ;
Taman Nasional Bukit Tigapuluh memiliki keanekaragam jenis yang tergolong tinggi. Hingga saat ini telah terindentifikasi 176 jenis tumbuhan dan 82 jenis dari tumbuhan tersebut sangat menarik secara taksonomi dan beberapa diantaranya tergolong endemik dan diduga langka. Beberapa diantaranya, yaitu cendawan muka rimau (Rafflesia hasseltii), salo (Johannestejsmania altifrons), mapau (Pinanga multiflorai), jernang (Daemonorops draco), rotan (Calamus ciliaris, C.Exilis), pinang bancung (Nenga gajah), akar mendera (Phanera kochiana), meranti (Shorea peltata), keduduk rimba (Baccaurea racemosa), pasak bumi (Eurycoma longifolia), dan kayu gaharu (Aquilaria malacensis). Cendawan muka rimau merupakan tumbuhan khas dan endemik Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

Jenis flora lainya antara lain jelutung (Dyera costulata), getah merah (Palaquium spp), pulai (Alstonia scolaris), kempas (Koompassia excelsa), rumbai (Shorea spp), medang (Litsea sp, Dehaasia sp), kulit sapat (Parashorea sp.), bayur (Pterospermum javanicum), kayu kelat (Eugenia sp), dan kasai (Pometia pinnata).

Jenis-jenis tumbuhan yang biasa digunakan untuk obat-obatan masyarakat asli taman nasional, antara lain akar kunyit, akar kelobosan (Rourea sp), kayu manau (Canarium litorale), kemenyan (Stryrax benzoin), cabai tempala (Piper canium), lase putih, pasak bumi (Eurycoma longifolia), kulim (Scorodocarpus borneensis), lumpang (Sterculia oblongata), dan palem batang isi (Arenga sp.).

Fauna ;
Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh tercatat 59 jenis mamalia, 198 jenis burung termasuk elang jawa, 18 jenis kelelawar dan berbagai jenis kupu-kupu.

Mamalia; satwa primata antara lain ungko tangan putih (Hylobates lar), ungko tangan hitam (Hylobates agilis), siamang (Symphalangus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), simpai (Presbytis malalophos), dan kukang (Nycticebus coucang).

Jenis lainnya antara lain harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing congkok (Felis bengalensis), kucing batu (Felis marmorata), musang (Paradoxurus hermaphroditus), musang pandan (Viverra tangalunga), tuntung tobu (Hemigalus derbyanus), binturong (Artictis binturong), rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), napu (Tragulus napu), kambing hutan (Carpricornis sumatrensis), dan kancil (Tragulus javanicus), dan kelelawar pemakan buah (Balionycteris maculata, Megaerops wetmorei, dan Murina cyclotis).

Burung; antara lain burung kuaw (Argusianus argus), ayam hutan (Gallus gallus), elang bido (Spilornis cheela), punai kecil (Treron olax), walik jambu (Ptilinopus jambu), julang (Rhyticeros corrogatus), murai batu (Copsychus malabaricus), pelatuk api (Dryocopus javensis), dan beo (Gracula religiosa). Sedangkan jenis burung yang tergolong langka, yaitu itik liar sumatera (Cairina scutulata), bangau (Ciconia stormi), peniol (Lophura erythropthalma), cabak wono (Batrachostomus auritius), dan rangkong (Rhinoplax vigil).

Reptil; antara lain buaya muara (Crocodylus porossus), senyulong (Tomistoma schlegelii), ular piton (Phyton reticulata), ular tedung (Ophiophagus hannah), kura-kura (Notochelys platynota),bulus (Chitra indica), dan moru (Bungaurus candidus).

Ikan; sedikitnya tercatat 97 jenis dan jenis-jenis yang dilindungi antara lain Notopterus notopterus, N. chiliata dan ikan arwana (Schlerophages formosus).

Wisata
Beberapa obyek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi antara lain :
1. Puputan Keling : panorama alam dan pengamatan satwa/tumbuhan.
2. Pintu Tujuh : Wisata goa.
3. Tembelung Berasap : Melihat panorama air terjun, mandi dan pengamatan tumbuhan.
4. Camp Granit : Dilokasi ini terdapat air terjun, jalur trail wisata sepanjang 8,6 km dan terdapat bekas areal tambang. Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan ini adalah wisata penelitian, photo hunting, bird watching, hiking dan menikmati panorama alam.
5. Dusun Lemang dan Siamang : Di areal ini terdapat juga air terjun, Sungai Gangsal, pemukiman suku talang mamak dan masyarakat melayu. Objek wisata alam yang dapat dinikmati di lokasi ini adalah panorama alam.
6. Dusun Datai : Di dusun Datai terdapat masyarakat Talang Mamak yang masih primitive (jarang berinteraksi dengan masyarakat luar). Kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi ini selain menikmati panorama alam adalah melakukan pengamatan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat suku terasing.

Potensi Budaya ; Masyarakat di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh merupakan suku dengan adat istiadat dan budaya yang relatif masih sangat tradisional, seperti Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak dan lain-lain.

Masyarakat sekitar (terutama Suku Talang Mamak) percaya, bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di taman nasional mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka, sehingga secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit dan tumbuhan di taman nasional. wisata budaya yang ada antara lain adalah melihat upacara keagamaan Suku Talang Mamak di dusun Lemang, Siamang dan Datai
Atraksi budaya di luar taman nasional khususnya di Provinsi Riau antara lain Siak Bermandah pada bulan Juni dan Pacu Jalur pada bulan Agustus.

Cara mencapai lokasi ;
Untuk mencapai kawasan hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh ada beberapa jalur yang dapat dijadikan pilihan, terutama dari kedua ibukota Provinsi Jambi dan Riau.

Berikut adalah beberapa jalur yang dapat di tempuh :
- Pekanbaru-Pematang Reba (kantor taman nasional)-Siberida/Keritang (kawasan taman nasional) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
- Jambi-Keritang/Siberida (kawasan taman nasional)-Pematang Reba (kantor taman nasional) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
- Jalur laut dapat ditempuh dari Pelabuhan Kuala Tungkal-Pelabuhan Tembilahan (kapal laut). Dilanjutkan Tembilahan - Rengat - Pematang Reba dengan kendaraan roda empat.

Pengelolaan
Taman Nasional Bukit Tigapuluh dikelola oleh Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Alamat Pengelola
Kantor Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Jl. Raya Rengat No. 70. Pematang Reba, Rengat Indragiri Hulu
Provinsi Riau
Telp/Fax : 0769-341279
Website : http://www.inhu.go.id
Email : balai_tnbt@yahoo.com

No comments:

Post a Comment

Flag Counter