Taman Nasional Wasur
Dasar Penunjukan :
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 282 / Kpts-II/1997
Tanggal 23 Mei 1997
Luas : ± 413.810 Ha
Letak :
Propinsi Papua Kabupaten Merauke dan Kecamatan Merauke.
Koordinat :
140° 29' - 141° 00' BT dan
08° 04' - 09° 07' LS.
Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 282 / Kpts-II/1997
Tanggal 23 Mei 1997
Luas : ± 413.810 Ha
Letak :
Propinsi Papua Kabupaten Merauke dan Kecamatan Merauke.
Koordinat :
140° 29' - 141° 00' BT dan
08° 04' - 09° 07' LS.
Umum
Taman Nasional Wasur berada di bagian tenggara Pulau Papua. Wasur sebenarnya nama salah satu desa yang berada di dalam taman nasional, yang berasal dari kata Waisol, yang dalam bahasa Marori berarti kebun. Kawasan taman nasional Wasur sebagian besar tergenang air selama 4 - 6 bulan dalam setahun, dan merupakan perwakilan lahan basah yang paling luas di Papua.
Lahan basah di kawasan ini memegang peranan yang sangat penting, terutama sebagai habitat burung migran. Siklus airnya merupakan pemelihara keseimbangan dan integritas habitat. Pada musim kering, airnya surut membentuk rawa-rawa permanen yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh parit-parit yang mengalirkan airnya ke laut. Rawa-rawa disini merupakan pendukung kehidupan makhluk hidup yang hidup di kawasan ini.
Sejarah Kawasan
1. Tahun 1978, Suaka Margasatwa Wasur ditunjuk dengan luas 206.000 ha dan
Cagar Alam Rawa Biru dengan luas 4.000 ha.
2. Tahun 1990 Menteri Kehutanan menyatakan Suaka Margasatwa Wasur seluas
409.810 ha. dan Cagar Alam Rawa Biru seluas 4.000 ha. sebagai taman
nasional.
3. Penunjukan Taman Nasional Wasur sendiri baru dilakukan Menteri Kehutanan
pada tahun 1997 dengan luas 413.810 ha., melalui perubahan fungsi Suaka
Margasatwa Wasur seluas 409.810 ha dan Cagar Alam Rawa Biru seluas
4.000 ha.
Taman Nasional Wasur berada di bagian tenggara Pulau Papua. Wasur sebenarnya nama salah satu desa yang berada di dalam taman nasional, yang berasal dari kata Waisol, yang dalam bahasa Marori berarti kebun. Kawasan taman nasional Wasur sebagian besar tergenang air selama 4 - 6 bulan dalam setahun, dan merupakan perwakilan lahan basah yang paling luas di Papua.
Lahan basah di kawasan ini memegang peranan yang sangat penting, terutama sebagai habitat burung migran. Siklus airnya merupakan pemelihara keseimbangan dan integritas habitat. Pada musim kering, airnya surut membentuk rawa-rawa permanen yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh parit-parit yang mengalirkan airnya ke laut. Rawa-rawa disini merupakan pendukung kehidupan makhluk hidup yang hidup di kawasan ini.
Sejarah Kawasan
1. Tahun 1978, Suaka Margasatwa Wasur ditunjuk dengan luas 206.000 ha dan
Cagar Alam Rawa Biru dengan luas 4.000 ha.
2. Tahun 1990 Menteri Kehutanan menyatakan Suaka Margasatwa Wasur seluas
409.810 ha. dan Cagar Alam Rawa Biru seluas 4.000 ha. sebagai taman
nasional.
3. Penunjukan Taman Nasional Wasur sendiri baru dilakukan Menteri Kehutanan
pada tahun 1997 dengan luas 413.810 ha., melalui perubahan fungsi Suaka
Margasatwa Wasur seluas 409.810 ha dan Cagar Alam Rawa Biru seluas
4.000 ha.
Fisik
Geologi dan Tanah
Kawasan Taman Nasional Wasur berada pada dataran yang datar sampai bergelombang yang berasal dari dataran aluvial pleistosen tua (plato oriomo). Kawasan ini memiliki sedimen berlapis dengan batuan dasar kristalin. Sedimen aluvial ini diperoleh dari erosi daerah dataran tinggi pada periode kuarter.
Secara umum jenis tanah di kawasan Taman Nasional Wasur adalah aluvial dan jenis lain yang merupakan hasil proses hidromorfik. Jenis tanah ini bertekstur halus, berlempung kuat dan lebih sering berada dibawah air pada musim hujan.
Di daerah dekat pasang surut pantai dan sungai, tanah menjadi lebih alkalin, namun semakin ke arah darat cenderung memiliki peningkatan kadar asam. Tanah di Desa Wasur dan Rawa Biru secara umum adalah gleisol yang dibentuk oleh tanah yang sangat muda dan berada diatas deposit aluvium yang masih baru.
Jenis tanah kambisol dan podsolik tersebar luas didaerah savana Nauclea-Baringtonia-Livistonia yang dicirikan oleh keberadaan sejumlah besar sarang-sarang rayap. Honison argilik yang berasosiasi terhadap impermeabilitasnya, meningkat pada saat banjir dimusim hujan, sedangkan pada musim kemarau akan semakin menurun dengan naiknya tanah pada lapisan kapiler sehingga mengakibatkan peningkatan kekeringan lapisan tanah bagian atas.
Topografi
Secara umum Kawasan Taman Nasional Wasur dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan daerah berbukit yang bergelombang (plato) yang terbentang mulai dari pantai laut Arafura ke daerah Utara melalui dataran pantai yang rata dan agak bergelombang (kemiringan lereng kurang lebih 12°), serta dataran yang rata yang terpotong-potong oleh plato yang bergelombang dibagian Utara kawasan. Titik tertinggi terdapat didaerah Waam dengan tinggi hanya 90 meter dpl.
Iklim
Secara umum kawasan Taman Nasional Wasur memiliki iklim musiman (monsoon). Iklim tersebut dicirikan oleh dua musim utama, yaitu musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai November/Desember dan musim basah yang terjadi pada bulan Desember sampai Mei.
Temperatur bulan kering di kota Merauke dan Sekitarnya berkisar antara 29°C sampai 33°C yang terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Sedangkan temperatur bulan basah berkisar antara 22°C sampai 24°C yang terjadi pada bulan Januari sampai Mei.
Hari hujan rata-rata antara 3,5 hari pada bulan Oktober hingga 17,6 hari pada bulan Januari, hujan maksimum sekitar 6,5 mm pada bulan Agustus hingga 67,7 mm pada bulan Januari. Kelembaban rata-rata antara 76,8 mm pada bulan November hingga 84,2 mm pada bulan Maret. Curah hujan bervariasi antara 17,1 mm pada bulan Agustus hingga 275,7 mm pada bulan Januari. Kondisi iklim ini dapat memberikan gambaran bagaimana variasi yang cukup besar antara musim kemarau dan musim hujan.
Geologi dan Tanah
Kawasan Taman Nasional Wasur berada pada dataran yang datar sampai bergelombang yang berasal dari dataran aluvial pleistosen tua (plato oriomo). Kawasan ini memiliki sedimen berlapis dengan batuan dasar kristalin. Sedimen aluvial ini diperoleh dari erosi daerah dataran tinggi pada periode kuarter.
Secara umum jenis tanah di kawasan Taman Nasional Wasur adalah aluvial dan jenis lain yang merupakan hasil proses hidromorfik. Jenis tanah ini bertekstur halus, berlempung kuat dan lebih sering berada dibawah air pada musim hujan.
Di daerah dekat pasang surut pantai dan sungai, tanah menjadi lebih alkalin, namun semakin ke arah darat cenderung memiliki peningkatan kadar asam. Tanah di Desa Wasur dan Rawa Biru secara umum adalah gleisol yang dibentuk oleh tanah yang sangat muda dan berada diatas deposit aluvium yang masih baru.
Jenis tanah kambisol dan podsolik tersebar luas didaerah savana Nauclea-Baringtonia-Livistonia yang dicirikan oleh keberadaan sejumlah besar sarang-sarang rayap. Honison argilik yang berasosiasi terhadap impermeabilitasnya, meningkat pada saat banjir dimusim hujan, sedangkan pada musim kemarau akan semakin menurun dengan naiknya tanah pada lapisan kapiler sehingga mengakibatkan peningkatan kekeringan lapisan tanah bagian atas.
Topografi
Secara umum Kawasan Taman Nasional Wasur dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan daerah berbukit yang bergelombang (plato) yang terbentang mulai dari pantai laut Arafura ke daerah Utara melalui dataran pantai yang rata dan agak bergelombang (kemiringan lereng kurang lebih 12°), serta dataran yang rata yang terpotong-potong oleh plato yang bergelombang dibagian Utara kawasan. Titik tertinggi terdapat didaerah Waam dengan tinggi hanya 90 meter dpl.
Iklim
Secara umum kawasan Taman Nasional Wasur memiliki iklim musiman (monsoon). Iklim tersebut dicirikan oleh dua musim utama, yaitu musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai November/Desember dan musim basah yang terjadi pada bulan Desember sampai Mei.
Temperatur bulan kering di kota Merauke dan Sekitarnya berkisar antara 29°C sampai 33°C yang terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Sedangkan temperatur bulan basah berkisar antara 22°C sampai 24°C yang terjadi pada bulan Januari sampai Mei.
Hari hujan rata-rata antara 3,5 hari pada bulan Oktober hingga 17,6 hari pada bulan Januari, hujan maksimum sekitar 6,5 mm pada bulan Agustus hingga 67,7 mm pada bulan Januari. Kelembaban rata-rata antara 76,8 mm pada bulan November hingga 84,2 mm pada bulan Maret. Curah hujan bervariasi antara 17,1 mm pada bulan Agustus hingga 275,7 mm pada bulan Januari. Kondisi iklim ini dapat memberikan gambaran bagaimana variasi yang cukup besar antara musim kemarau dan musim hujan.
Biotik
Tipe ekosistem yang terdapat di kawasan Taman Nasional wasur adalah sebagai berikut :
1. Ekosistem Rawa berair payau musiman, terdapat di daerah Rawa Taram,
Rawa Kitar-Kitar sampai daerah Waam dan Samleber.
2. Ekosistem rawa berair tawar permanen, terdapat di Rawa Biru, Ukra, Maar dan
Kankania.
3. Ekosistem pesisir berair tawar, terdapat didaerah Mbo, Okilum, Rawa Pilmul dan
Rawa Badek.
4. Ekosistem daratan berair tawar, terdapat disepanjang jalan Trans Irian
5. Ekosistem pesisir berair payau, terdapat di Desa Wasur, Rawa Ndalir dan
Desa Sota.
Flora
Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa vegetasi savana, sedang sisanya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca sp.).
Di kawasan ini juga dapat dijumpai flora eksotik, seperti:
1. Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan pengganggu
ekosistem perairan;
2. Kelampis air/putri malu raksasa (Mimossa pigra) merupakan tumbuhan
pengganggu ekosistem tepi sungai karena pertumbuhannya telah menutupi
sebagian besar tepian sungai Maro
3. Krinyuh (Cromolaena odorata) perkembangannya telah menganggu
ekosistem terbuka terutama areal bekas peladangan,
4. Semak ekor tikus/jarong (Stachyiarpheta urticaefolia) penyebaranya telah
mengokupasi habitat padang rumput didaerah Ukra dan Kankania ;
Tumbuhan lain yang berpotensi mengancam kelestarian flora fauna endemik antara lain tebu rawa (Hanguana sp), selada air (Pitsia sp), salvima (Salvinia sp), sidagori (Sida acuta) dan tahi ayam (Lantana camara), serta acasia berduri (Acaccia nilotica).
Fauna
Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat sekitar 80 jenis mamalia dan 399 jenis burung, sehingga merupakan wilayah yang paling kaya akan jenis burung di Irian Jaya.
Mamalia; Berdasarkan survey pendahuluan telah teridentifikasi 34 spesies dari 80 species yang diperkirakan ada dan 32 spesies diantaranya adalah satwa endemik Irian Jaya. Mamalia besar asli yang terdapat di kawasan Taman Nasional Wasur adalah tiga marsupial yaitu kanguru lapang (Macropus agilis), kanguru hutan/biasa (Darcopsis veterurn) dan kanguru bus (Thylogale brunii). Marsupial karnivora di dalam kawasan ini adalah musang hutan (Dasyurus spartocus) yang merupakan satwa endemik untuk kawasan Trans-fly. Mamalia lainnya antara lain kuskus berbintik (Spilocuscus maculatus), Petaurus breviceps (diketahui oleh masyarakat setempat sebagai tupai), Dactylopsa trivirgata semuanya terdapat di sekitar hutan pantai, landak irian bermoncong pendek, tikus berkantung, kucing berkantung, kalong, dan kelelawar
Burung; Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman burung yang tinggi. Tercatat 403 species dan 74 species diantaranya endemik Irian Jaya dan diperkiraan terdapat 114 species yang dilindungi. Jenis-jenis burung tersebut antara lain burung garuda irian (Aquita gunisyei), cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), kakatua (Cacatua sp), mambruk (Crown pigeons), kasuari (Cassowary), elang (Circus sp), alap-alap (Accipiter sp), Namdur (Ailuroedus sp), tetengket (Alcedo sp), belibis (Anas sp), dan cangak (Ardea sp).
Taman Nasional Wasur merupakan daerah lahan basah dan merupakan tempat yang sangat penting untuk burung burung air di Indonesia, khususnya burung migran dari Australia dan New Zealand. Oleh karena itu, kawasan itu memiliki arti penting bagi kepentingan internasional sebagai tempat persinggahan ribuan burung migran asal Australia dan Asia. Daerah-daerah yang sering menjadi habitat burung migran adalah padang rumput, savana, danau Rawa Biru dan pantai Ndalir.
Pantai Ndalir sering dihadiri sekelompok burung pantai migran setiap tahunnya selama bulan Agustus sampai September seperti misalnya, burung red-necked stint, terek, great knot and greater serta lesser sandplover.
Koloni ibis, egreta dan tiga koloni besar dari burung kapal selam (cormorant) sering menempati padang rumput rawa dekat Ukra, Rawa Biru, Mblatar dan Upaimbar. Sejumlah burung air seperti bangau abu-abu/Ndarau (Cranes Trans-Fly), pelikan, ibis (straw-necked, Glossy dan White), Boha (Magpie Geese) melakukan perkawinan di kawasan Taman Nasional Wasur. Burung pantai (Plovers, Australian Pratincole), gajahan keciI/little curlew (Numenius rninutus) dan paruh sendok (Royal Spoonhills) semuanya merupakan burung migran yang mempunyai peranan penting dalam ekologo kawasan ini.
Pada daerah sungai Fly di bagian Utara kawasan, sering dijumpai sejumlah burung-burung Australia seperti elang (Wedge-tailed Eagle). kasuari lapang (Australian Bustard), bangau abu-abu/Ndarau (BroIga), Grey crowned Babbler dan Blue-winged Kookaburra.
Pada kawasan ini juga terdapat 5 (lima) species burung endemik di kawasan Trans-Fly yaitu Megalurus albolimbatus (Fly-River Warbler), Lonchura (emprit) 2 species, Alcedo pusilla pusilla (Little Paradise Kingfisher) dan Dacelo tyro archboldi (Spangled Kookaburra). Burung-burung tersebut biasanya muncul di kawasan padang rumput di sekitar Rawa Biru.
Reptil; Berdasarkan survey pendahuluan telah tercatat 21 jenis reptil, yaitu 2 jenis buaya (Crocodylus prosus dan Crocodylus novaguineae), 3 jenis biawak (Varanus sp), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp), 8 jenis ular (Candoidae, Liasis, Phyton) dan 1 jenis bunglon (Calotus jutatas). Sedangkan jenis katak yang tercatat hanya 3 jenis yaitu katak pohon (Hylla crureelea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata) dan katak hijau (Rana macrodon).
Sangat sedikit informasi yang diketahui dari jenis reptil termasuk buaya, ular, biawak dan kura-kura. Secara umum buaya muara Crocodylus porosus dan buaya air tawar Crocodylus novaguineae dapat ditemukan di sungai dan laguna dalam kawasan. Buaya muara telah jarang dijumpai, kecuali di muara sungai torasi. Hasil survey tahun 1997 di Danau Rawa Biru dan Rawa Ukra, Rawa Pemul, dan sungai Maro, jumlah individu yang tercatat berturut-turut 32, 10 dan kurang dari 10 ekor.
Kura-kura leher panjang Irian (Chelodina novaeguineae) dan kura-kura dada merah (Emydura subglobosa) hidup di daerah rawa dan danau dan biawak besar (Varanus sp) ditemukan di kawasan Trans-Fly.
Ikan; Kawasan Taman Nasional Wasur merupakan lahan basah yang luas, dimana banyak kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman hayati dalam kawasan. Pada kawasan ini terdapat 39 jenis ikan dari 72 jenis yang diperkirakan ada, dan 32 jenis diantaranya terdapat di danau Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di sungai Maro.
Banyak spesies ikan yang unik di kawasan ini seperti misalnya Scleropages jardinii, Cochlefelis, Doiichthys, Nedystoma, Tetranesodon, Iriatherina dan Kiunga. Selain itu juga terdapat jenis-jenis ikan lain seperti Oxyeleotris firnbriata, Glassornia aprian, Ambassis, dan Arius, serta ikan kakap (Lates calcarifer) yang memiliki arti penting bagi perekonomian penduduk sekitar kawasan.
Serangga; Informasi jenis-jenis serangga dalam kawasan Taman Nasional Wasur masih belum banyak diperoleh, namun telah tercatat sebanyak 48 jenis, diantaranya rayap (Tumulitermis. sp dan Protocapritermis sp), kupu-kupu (Ornithopera priamus), dan semut (Fomicidae, Nyptalidae. Pieridae).
Selain jenis-jenis fauna asli sepenti tersebut di atas, di dalam kawasan Taman Nasional Wasur juga terdapat jenis-jenis eksotik, sepeti sapi (Bos sp), babi (Sus scrofa), rusa (Cervus timorensis). kuda, anjing, kucing, bekicot (Achatina fulica,), keong dan bermacam-macam species ikan seperti betik (Anabas testudineus), gabus (Crassius auratus). mujair (Oreochromis rnossambica), dan tawes (Cyprinus carpio).
Satwa tersebut merupakan hama sebab mereka merusak Iahan, memangsa jenis-jenis asli (seperti memangsa kura-kura air tawar) dan membantu penyebaran serta perkecambahan biji gulma (misaInya biji Starchytarpeta sp)
Fauna eksotik antara lain :
1. Sapi (Bos indicus); keberadaannya di dalam Taman Nasional Wasur terutama di
sekitar Desa Tomerau. Sistem pengembalaan dengan cara melepas di luar zona
pemukiman telah memberikan dampak negatif terhadap perlindungan,
pengawetan dan pelestarian flora fauna endemik, terutama tingkat persaingan
konsumsi pakan dan air serta mempercepat penyebaran biji-biji tumbuhan
eksotik yang mengancam ekosistem taman nasional.
2. Rusa timor (Cervus timorensis); keberadaan dan daerah jelajahnya yang luas
merupakan pesaing bagi satwa endemik terutama jenis mamalia berkantung
kangguru/wallaabi, serta kesukaannya terhadap jenis rumput buluh/kasim
(Phragmites karka) disepanjang sungai dan badan air mengakibatkan ekosistem
sungai menjadi dangkal sehingga mengurangi debit air.
3. Anjing (Canis fainittaris); hidupnya semi liar dan menjadi hewan carnifora
pemakan satwa-satwa endemik. Keberadaannya didalam kawasan berasal dari
para pemburu masyarakat tradisional yang menggunakan anjing sebagai sarana
bantu berburu. Awalnya anjing-anjing tersebut terpisah dari kawanannya dan
akhirnya menjadi hewan yang liar dan buas.
Tipe ekosistem yang terdapat di kawasan Taman Nasional wasur adalah sebagai berikut :
1. Ekosistem Rawa berair payau musiman, terdapat di daerah Rawa Taram,
Rawa Kitar-Kitar sampai daerah Waam dan Samleber.
2. Ekosistem rawa berair tawar permanen, terdapat di Rawa Biru, Ukra, Maar dan
Kankania.
3. Ekosistem pesisir berair tawar, terdapat didaerah Mbo, Okilum, Rawa Pilmul dan
Rawa Badek.
4. Ekosistem daratan berair tawar, terdapat disepanjang jalan Trans Irian
5. Ekosistem pesisir berair payau, terdapat di Desa Wasur, Rawa Ndalir dan
Desa Sota.
Flora
Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa vegetasi savana, sedang sisanya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca sp.).
Di kawasan ini juga dapat dijumpai flora eksotik, seperti:
1. Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan pengganggu
ekosistem perairan;
2. Kelampis air/putri malu raksasa (Mimossa pigra) merupakan tumbuhan
pengganggu ekosistem tepi sungai karena pertumbuhannya telah menutupi
sebagian besar tepian sungai Maro
3. Krinyuh (Cromolaena odorata) perkembangannya telah menganggu
ekosistem terbuka terutama areal bekas peladangan,
4. Semak ekor tikus/jarong (Stachyiarpheta urticaefolia) penyebaranya telah
mengokupasi habitat padang rumput didaerah Ukra dan Kankania ;
Tumbuhan lain yang berpotensi mengancam kelestarian flora fauna endemik antara lain tebu rawa (Hanguana sp), selada air (Pitsia sp), salvima (Salvinia sp), sidagori (Sida acuta) dan tahi ayam (Lantana camara), serta acasia berduri (Acaccia nilotica).
Fauna
Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat sekitar 80 jenis mamalia dan 399 jenis burung, sehingga merupakan wilayah yang paling kaya akan jenis burung di Irian Jaya.
Mamalia; Berdasarkan survey pendahuluan telah teridentifikasi 34 spesies dari 80 species yang diperkirakan ada dan 32 spesies diantaranya adalah satwa endemik Irian Jaya. Mamalia besar asli yang terdapat di kawasan Taman Nasional Wasur adalah tiga marsupial yaitu kanguru lapang (Macropus agilis), kanguru hutan/biasa (Darcopsis veterurn) dan kanguru bus (Thylogale brunii). Marsupial karnivora di dalam kawasan ini adalah musang hutan (Dasyurus spartocus) yang merupakan satwa endemik untuk kawasan Trans-fly. Mamalia lainnya antara lain kuskus berbintik (Spilocuscus maculatus), Petaurus breviceps (diketahui oleh masyarakat setempat sebagai tupai), Dactylopsa trivirgata semuanya terdapat di sekitar hutan pantai, landak irian bermoncong pendek, tikus berkantung, kucing berkantung, kalong, dan kelelawar
Burung; Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman burung yang tinggi. Tercatat 403 species dan 74 species diantaranya endemik Irian Jaya dan diperkiraan terdapat 114 species yang dilindungi. Jenis-jenis burung tersebut antara lain burung garuda irian (Aquita gunisyei), cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), kakatua (Cacatua sp), mambruk (Crown pigeons), kasuari (Cassowary), elang (Circus sp), alap-alap (Accipiter sp), Namdur (Ailuroedus sp), tetengket (Alcedo sp), belibis (Anas sp), dan cangak (Ardea sp).
Taman Nasional Wasur merupakan daerah lahan basah dan merupakan tempat yang sangat penting untuk burung burung air di Indonesia, khususnya burung migran dari Australia dan New Zealand. Oleh karena itu, kawasan itu memiliki arti penting bagi kepentingan internasional sebagai tempat persinggahan ribuan burung migran asal Australia dan Asia. Daerah-daerah yang sering menjadi habitat burung migran adalah padang rumput, savana, danau Rawa Biru dan pantai Ndalir.
Pantai Ndalir sering dihadiri sekelompok burung pantai migran setiap tahunnya selama bulan Agustus sampai September seperti misalnya, burung red-necked stint, terek, great knot and greater serta lesser sandplover.
Koloni ibis, egreta dan tiga koloni besar dari burung kapal selam (cormorant) sering menempati padang rumput rawa dekat Ukra, Rawa Biru, Mblatar dan Upaimbar. Sejumlah burung air seperti bangau abu-abu/Ndarau (Cranes Trans-Fly), pelikan, ibis (straw-necked, Glossy dan White), Boha (Magpie Geese) melakukan perkawinan di kawasan Taman Nasional Wasur. Burung pantai (Plovers, Australian Pratincole), gajahan keciI/little curlew (Numenius rninutus) dan paruh sendok (Royal Spoonhills) semuanya merupakan burung migran yang mempunyai peranan penting dalam ekologo kawasan ini.
Pada daerah sungai Fly di bagian Utara kawasan, sering dijumpai sejumlah burung-burung Australia seperti elang (Wedge-tailed Eagle). kasuari lapang (Australian Bustard), bangau abu-abu/Ndarau (BroIga), Grey crowned Babbler dan Blue-winged Kookaburra.
Pada kawasan ini juga terdapat 5 (lima) species burung endemik di kawasan Trans-Fly yaitu Megalurus albolimbatus (Fly-River Warbler), Lonchura (emprit) 2 species, Alcedo pusilla pusilla (Little Paradise Kingfisher) dan Dacelo tyro archboldi (Spangled Kookaburra). Burung-burung tersebut biasanya muncul di kawasan padang rumput di sekitar Rawa Biru.
Reptil; Berdasarkan survey pendahuluan telah tercatat 21 jenis reptil, yaitu 2 jenis buaya (Crocodylus prosus dan Crocodylus novaguineae), 3 jenis biawak (Varanus sp), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp), 8 jenis ular (Candoidae, Liasis, Phyton) dan 1 jenis bunglon (Calotus jutatas). Sedangkan jenis katak yang tercatat hanya 3 jenis yaitu katak pohon (Hylla crureelea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata) dan katak hijau (Rana macrodon).
Sangat sedikit informasi yang diketahui dari jenis reptil termasuk buaya, ular, biawak dan kura-kura. Secara umum buaya muara Crocodylus porosus dan buaya air tawar Crocodylus novaguineae dapat ditemukan di sungai dan laguna dalam kawasan. Buaya muara telah jarang dijumpai, kecuali di muara sungai torasi. Hasil survey tahun 1997 di Danau Rawa Biru dan Rawa Ukra, Rawa Pemul, dan sungai Maro, jumlah individu yang tercatat berturut-turut 32, 10 dan kurang dari 10 ekor.
Kura-kura leher panjang Irian (Chelodina novaeguineae) dan kura-kura dada merah (Emydura subglobosa) hidup di daerah rawa dan danau dan biawak besar (Varanus sp) ditemukan di kawasan Trans-Fly.
Ikan; Kawasan Taman Nasional Wasur merupakan lahan basah yang luas, dimana banyak kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman hayati dalam kawasan. Pada kawasan ini terdapat 39 jenis ikan dari 72 jenis yang diperkirakan ada, dan 32 jenis diantaranya terdapat di danau Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di sungai Maro.
Banyak spesies ikan yang unik di kawasan ini seperti misalnya Scleropages jardinii, Cochlefelis, Doiichthys, Nedystoma, Tetranesodon, Iriatherina dan Kiunga. Selain itu juga terdapat jenis-jenis ikan lain seperti Oxyeleotris firnbriata, Glassornia aprian, Ambassis, dan Arius, serta ikan kakap (Lates calcarifer) yang memiliki arti penting bagi perekonomian penduduk sekitar kawasan.
Serangga; Informasi jenis-jenis serangga dalam kawasan Taman Nasional Wasur masih belum banyak diperoleh, namun telah tercatat sebanyak 48 jenis, diantaranya rayap (Tumulitermis. sp dan Protocapritermis sp), kupu-kupu (Ornithopera priamus), dan semut (Fomicidae, Nyptalidae. Pieridae).
Selain jenis-jenis fauna asli sepenti tersebut di atas, di dalam kawasan Taman Nasional Wasur juga terdapat jenis-jenis eksotik, sepeti sapi (Bos sp), babi (Sus scrofa), rusa (Cervus timorensis). kuda, anjing, kucing, bekicot (Achatina fulica,), keong dan bermacam-macam species ikan seperti betik (Anabas testudineus), gabus (Crassius auratus). mujair (Oreochromis rnossambica), dan tawes (Cyprinus carpio).
Satwa tersebut merupakan hama sebab mereka merusak Iahan, memangsa jenis-jenis asli (seperti memangsa kura-kura air tawar) dan membantu penyebaran serta perkecambahan biji gulma (misaInya biji Starchytarpeta sp)
Fauna eksotik antara lain :
1. Sapi (Bos indicus); keberadaannya di dalam Taman Nasional Wasur terutama di
sekitar Desa Tomerau. Sistem pengembalaan dengan cara melepas di luar zona
pemukiman telah memberikan dampak negatif terhadap perlindungan,
pengawetan dan pelestarian flora fauna endemik, terutama tingkat persaingan
konsumsi pakan dan air serta mempercepat penyebaran biji-biji tumbuhan
eksotik yang mengancam ekosistem taman nasional.
2. Rusa timor (Cervus timorensis); keberadaan dan daerah jelajahnya yang luas
merupakan pesaing bagi satwa endemik terutama jenis mamalia berkantung
kangguru/wallaabi, serta kesukaannya terhadap jenis rumput buluh/kasim
(Phragmites karka) disepanjang sungai dan badan air mengakibatkan ekosistem
sungai menjadi dangkal sehingga mengurangi debit air.
3. Anjing (Canis fainittaris); hidupnya semi liar dan menjadi hewan carnifora
pemakan satwa-satwa endemik. Keberadaannya didalam kawasan berasal dari
para pemburu masyarakat tradisional yang menggunakan anjing sebagai sarana
bantu berburu. Awalnya anjing-anjing tersebut terpisah dari kawanannya dan
akhirnya menjadi hewan yang liar dan buas.
Wisata
Wisata alamnya belum banyak dikembangkan, namun demikian potensi wisata alamnya sangat luar biasa. Bagi para petualang yang menyukai atraksi hidupan liar, inilah surga yang jarang dicari tandingannya.
Bulan September merupakan peralihan musim basah dan kering dimana pada pagi dan malam hari udaranya sangat dingin. Pada saat itu burung-burung air mulai berdatangan untuk mencari makan dan bermain, dan pohon bangsia di sekitar Yanggadur dan rawa Biru mulai mengeluarkan bunga uniknya yang berwarna kuning.
Pada bulan Oktober dan November yang merupakan puncak musim panas, dimana banyak rawa-rawa menjadi lebih kering, tanah mulai pecah-pecah, dan kebakaran semakin sering, mamalia seperti kangguru, rusa, babi hutan, dan burung bersama-sama mengunjungi rawa-rawa dan sungai-sungai yang masih berair untuk mencari minum dan berkubang. Perilaku satwa-satwa tersebut pada saat minum dan berkubang juga merupakan atraksi yang sangat luar biasa, dan pada saat musim-musim seperti inilah pengunjung akan lebih mudah menemukan satwa-satwa khususnya mamalia besar.
Atraksi burung migran, sarang rayap, berkano, berkuda dan menyaksikan kehidupan masayarakat asli dengan kehidupan tradisionalnya adalah daya tarik lain yang tidak akan habis-habisnya untuk dijelajahi. Salah satu nilai tradisional yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat adalah "sasi", yaitu salah satu kearifan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, bukan saja dapat dijadikan bahan kajian dan pembelajaran, tetapi juga sangat potensial untuk dikemas sebagai atraksi yang menarik bagi para wisatawan.
Suku Marin yang merupakan suku asli yang terbesar di lrian Jaya, memiliki budaya dan mitologi adat yang berakar di daerah sekitar desa Kondo. Tempat sakral orang Kanum terdapat di Sota yang merupakan dusun tua masyarakat Kanum. Kegiatan adat masyarakat suku Kanum dipusatkan di daerah dalam kawasan Taman Nasional Wasur, meskipun mereka memiliki tanah tradisional di negara tetangga Papua Nugini. Marori-Men Gey adalah suku yang unik dalam bahasa dan mempunyai tanah adat di sekitar desa Wasur.
Pengetahuan metafisik masyarakat tradisional umumnya merupakan pengetahuan-pengetahuan tradisional yang mendasarkan pada indikator alam. Pengetahuan tersebut dipergunakan untuk menentukan atau memulai suatu kegiatan, seperti berburu dan bercocok tanam.
Cara mencapai lokasi
- Jayapura ke Merauke menggunakan pesawat terbang dengan waktu perjalanan
sekitar 1,5 jam, dan
- Merauke ke lokasi sekitar 9 s/d 85 km menggunakan kendaraan roda empat
dengan waktu tempuh 1 s/d 2 jam.
- Taman Nasional Wasur dibelah jalan Trans Irian yang menghubungkan Jayapura
dan Merauke.
Wisata alamnya belum banyak dikembangkan, namun demikian potensi wisata alamnya sangat luar biasa. Bagi para petualang yang menyukai atraksi hidupan liar, inilah surga yang jarang dicari tandingannya.
Bulan September merupakan peralihan musim basah dan kering dimana pada pagi dan malam hari udaranya sangat dingin. Pada saat itu burung-burung air mulai berdatangan untuk mencari makan dan bermain, dan pohon bangsia di sekitar Yanggadur dan rawa Biru mulai mengeluarkan bunga uniknya yang berwarna kuning.
Pada bulan Oktober dan November yang merupakan puncak musim panas, dimana banyak rawa-rawa menjadi lebih kering, tanah mulai pecah-pecah, dan kebakaran semakin sering, mamalia seperti kangguru, rusa, babi hutan, dan burung bersama-sama mengunjungi rawa-rawa dan sungai-sungai yang masih berair untuk mencari minum dan berkubang. Perilaku satwa-satwa tersebut pada saat minum dan berkubang juga merupakan atraksi yang sangat luar biasa, dan pada saat musim-musim seperti inilah pengunjung akan lebih mudah menemukan satwa-satwa khususnya mamalia besar.
Atraksi burung migran, sarang rayap, berkano, berkuda dan menyaksikan kehidupan masayarakat asli dengan kehidupan tradisionalnya adalah daya tarik lain yang tidak akan habis-habisnya untuk dijelajahi. Salah satu nilai tradisional yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat adalah "sasi", yaitu salah satu kearifan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, bukan saja dapat dijadikan bahan kajian dan pembelajaran, tetapi juga sangat potensial untuk dikemas sebagai atraksi yang menarik bagi para wisatawan.
Suku Marin yang merupakan suku asli yang terbesar di lrian Jaya, memiliki budaya dan mitologi adat yang berakar di daerah sekitar desa Kondo. Tempat sakral orang Kanum terdapat di Sota yang merupakan dusun tua masyarakat Kanum. Kegiatan adat masyarakat suku Kanum dipusatkan di daerah dalam kawasan Taman Nasional Wasur, meskipun mereka memiliki tanah tradisional di negara tetangga Papua Nugini. Marori-Men Gey adalah suku yang unik dalam bahasa dan mempunyai tanah adat di sekitar desa Wasur.
Pengetahuan metafisik masyarakat tradisional umumnya merupakan pengetahuan-pengetahuan tradisional yang mendasarkan pada indikator alam. Pengetahuan tersebut dipergunakan untuk menentukan atau memulai suatu kegiatan, seperti berburu dan bercocok tanam.
Cara mencapai lokasi
- Jayapura ke Merauke menggunakan pesawat terbang dengan waktu perjalanan
sekitar 1,5 jam, dan
- Merauke ke lokasi sekitar 9 s/d 85 km menggunakan kendaraan roda empat
dengan waktu tempuh 1 s/d 2 jam.
- Taman Nasional Wasur dibelah jalan Trans Irian yang menghubungkan Jayapura
dan Merauke.
Pengelolaan
Taman Nasional Wasur dikelola oleh Balai Taman Nasional Wasur, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola Kantor
Balai Taman Nasional Wasur
Jl. Raya Mandala SPADEM No. 2 Kotak Pos 109, Merauke - Papua,
Telp. 0971 - 322495, Fax. 0971 - 325407
Email : tn_wasur@jayapurawasantara.net
Taman Nasional Wasur dikelola oleh Balai Taman Nasional Wasur, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola Kantor
Balai Taman Nasional Wasur
Jl. Raya Mandala SPADEM No. 2 Kotak Pos 109, Merauke - Papua,
Telp. 0971 - 322495, Fax. 0971 - 325407
Email : tn_wasur@jayapurawasantara.net
No comments:
Post a Comment