TAMAN NASIONAL SEBANGAU
Luas : ± 568.700 Ha
Letak :
Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya.
Koordinat :
113° 18' - 114° 03' BT dan
01° 55' - 03° 07' LS
Umum
Kawasan Taman Nasional Sebagau merupakan perwakilan ekosistem rawa gambut di Provinsi Kalimantan Tengah yang relatif masih utuh. Kawasan ini mempunyai karakteristik ekosistem yang unik ditinjau dari struktur dan jenis tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna. Kedalaman gambutnya mulai dari 3 meter sampai 12 meter, dan dari aspek keanekaragaman hayati, kawasan ini merupakan habitat satwa langka orangutan (Pongo pygmeus) terbesar, yaitu sekitar 14 % dari total populasi di Pulau Kalimantan.
Kawasan ini merupakan pendukung tiga Dareah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Katingan, DAS Sebangau, dan DAS Kahayan. Secara ekologis DAS tersebut berperan mendistribusikan fungsi hidrologisnya bagi irigasi, pertanian, perikanan, suplai kebutuhan air minum lokal dan sekitarnya, serta mendukung kegiatan transportasi air sungai yang merupakan transportasi utama masyarakat di desa-desa sekitar kawasan Sebangau. Bila hutan Sebangau rusak, jelas akan berdampak pada rusaknya DAS di dalam kawasan, sehingga DAS tidak lagi mampu memberikan kontribusi maksimal, dan hal ini akan berpengaruh negatif bagi kesinambungan perekonomian masyarakat.
Sejarah Kawasan
- Taman Nasional Sebangau awalnya berupa kawasan hutan pada Kelompok Hutan Sebangau, yang terdiri terdiri dari Hutan Produksi dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi hektar.
- Tahun 2004, Menteri Kehutanan menunjuk kawasan ini menjadi Taman Nasional Sebangau dengan luas ± 568.700 hektar yang terletak di Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Fisik
Geologi
Kawasan Sebangau terbentuk oleh formasi endapan alluvium (Qa) yang terdiri dari:
1. Endapan alluvium sungai dan endapan gambut dan/atau bahan organik. Berdasarkan literatur, bahan organik yang ditemukan adalah endapan bahan organik, pasir dan liat,
2. Endapan bahan organik berwarna hitam sampai hitam kemerahan, dengan kedalaman mencapai 12 meter, membentuk kubah gambut (peat dome).
3. Fisiografi Sebangau terdiri dari satuan lahan alluvial (membentuk dataran rawa (floodplain) dan tanggul sungai (levee) dan satuan lahan kubah gambut (gambut ombrogen/oligotrofik) dengan tingkat kemata-ngan fibril sampai saprik.
Tanah
Tanah di kawasan Sebangau termasuk ke dalam kelompok histosol (tanah gambut). Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman atau lapukan bahan organik pada daerah cekungan yang selalu tergenang dalam jangka waktu yang lama. Kandungan bahan organik tanahnya antara 12-18 % dengan ketebalan minimal 40 atau 60 cm. Bahan organik tanah dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan tingkat kematangannya, yaitu fibric, hemic, dan safric.
Iklim
Secara umum berdasarkan sistem klasifikasi Koppen, (sistem yang mengacu pada suhu dan curah hujan) iklim di Pulau Kalimantan adalah iklim hujan tropis. Iklim ini memiliki delapan bulan basah dan tidak memiliki bulan kering yang nyata. Jumlah hujan pada bulan paling kering lebih dari 60 mm (kelas Af). Sedangkan berdasarkan sistem Schmidt dan Ferguson, kawasan Sebangau termasuk ke dalam kelompok A, dengan nilai Q 14,3 %. Sementara itu menurut Oldeman, masuk ke dalam zona agroklimat A1.
Hidrologi
Kawasan ini merupakan pendukung tiga Dareah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Katingan, DAS Sebangau, dan DAS Kahayan.
Biotik
Taman Nasional Sebangau memiliki keanekaragaman hayati flora yang cukup tinggi, meliputi 166 jenis flora, 150 jenis burung, 35 jenis orang utan dan 36 jenis ikan yang telah teridentifikasi.
Flora
Beberapa jenis flora yang terdapat di kawasan ini, antara lain ramin (Gonystilus bancanus), jelutung (Dyera costulata), dan belangeran (Shorea belangeran), bintangur (Calophyllum sclerophyllum), meranti (Shorea spp), nyatoh (Palaquium spp), kruing (Dipterocarpus spp), agathis (Agathis spp), menjalin (Xanthophyllum spp).
Fauna
Mamalia; antara lain orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), owa (Hylobates agilis), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus barbatus), rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus atheroides), kancil (Tragulus javanicus), macan dahan (Neofelis nebulosa), tupai (Tupaia spp), loris (Nycticebus coucang), dan tarsius (Tarsius bancanus).
Burung; antara lain pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak laut (Ardea sumatrana), cangak merah (Ardea purpurea), elang hitam (Ictinaetus malayensis), pergam (Ducula bicolor), enggang berjambul putih (Aceros comatus), enggang gunung (A. Undulatus), enggang gading (Buceros vigil), enggang badak (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilus javanicus), layang-layang api (Hirundo rustica), dan layang-layang bulu (H. Tahitica).
Reptil; antara lain sanca (Python reticulatus), ular air (Homalopsis buccata), ular pipa berekor merah (Cylindrophis rufus), cobra (Naja sumatrana), ular hijau (Ahaetulla prasina), ular coklat malaya (Xenelaphis hexagonatus), cicak terbang (Draco sp.), biawak (Varanus salvator), kura-kura kotak (Cuora amboinensis), dan kura-kura berduri (Heosemys spinosa).
Wisata
Perpaduan alam dan masyarakat Sebangau, merupakan potensi wisata yang sangat menarik. Panorama alam, keanekaragaman hayati, dan budaya masyarakat dapat dipadukan sebagai paket ekowisata dan wisata budaya yang bernilai tinggi, khususnya bagi para petualang dan wisatawan minat khusus.
Hutan yang terdapat di sepanjang sungai, atraksi satwa liar, ekosistem air hitam dan hutan rawa gambut menyediakan panorama eksotik yang menjanjikan pengalaman baru bagi para petualang.
Kehidupan masyarakat Dayak sebagai suku asli Kalimantan Tengah, memiliki tradisi dan peninggalan budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan sakral yang diyakini secara turun temurun dan berpengaruh kuat dalam segala aspek kehidupan.
Salah satu upacara adat yang terkenal adalah "tiwah", yaitu upacara yang diadakan untuk mengantarkan arwah seseorang menuju ke alam baka (surga). Upacara ini berlangsung beberapa hari dengan diiringi tari-tarian dinamis suku dayak. "Festival Isen Mulang" diselenggarakan setiap tahun dengan perlombaan-perlombaan tradisional, sepeti sepak bola api, perahu naga, perahu hantu dan pertandingan menyumpit. Kedua acara tersebut merupakan sebagian dari berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan di Taman Nasional Sebangau.
Cara mencapai lokasi:
- Jakarta-Palangkaraya atau Surabya-Palangkaraya dapat dengan penerbangan komersial
- Dilanjutkan dengan kendaraan darat menuju Kereng Bangkirai (20 menit dari airport Palangkaraya) sebagai gerbang masuk kawasan ini dari Sungai Sebangau
- Atau dilanjutkan dengan kendaraan darat dari Palangkaraya menuju kota Kasongan (90 menit dari airport Palangkaraya) sebagai gerbang masuk kawasan ini dari Sungai Katingan.
Pengelolaan
Taman Nasional Sebangau baru ditunjuk pada Oktober 2004, sehingga belum memiliki Unit pengelola sendiri. Untuk sementara pengelolaannya dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola
Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah
Jl. Yos Sudarso No. 3 Palangkaraya 73112
KALIMANTAN TENGAH
Telp. (0536) 21268
Fax (0536) 37034
Letak :
Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya.
Koordinat :
113° 18' - 114° 03' BT dan
01° 55' - 03° 07' LS
Umum
Kawasan Taman Nasional Sebagau merupakan perwakilan ekosistem rawa gambut di Provinsi Kalimantan Tengah yang relatif masih utuh. Kawasan ini mempunyai karakteristik ekosistem yang unik ditinjau dari struktur dan jenis tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna. Kedalaman gambutnya mulai dari 3 meter sampai 12 meter, dan dari aspek keanekaragaman hayati, kawasan ini merupakan habitat satwa langka orangutan (Pongo pygmeus) terbesar, yaitu sekitar 14 % dari total populasi di Pulau Kalimantan.
Lokasi Taman Nasional Sebagau |
Sejarah Kawasan
- Taman Nasional Sebangau awalnya berupa kawasan hutan pada Kelompok Hutan Sebangau, yang terdiri terdiri dari Hutan Produksi dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi hektar.
- Tahun 2004, Menteri Kehutanan menunjuk kawasan ini menjadi Taman Nasional Sebangau dengan luas ± 568.700 hektar yang terletak di Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Fisik
Geologi
Kawasan Sebangau terbentuk oleh formasi endapan alluvium (Qa) yang terdiri dari:
1. Endapan alluvium sungai dan endapan gambut dan/atau bahan organik. Berdasarkan literatur, bahan organik yang ditemukan adalah endapan bahan organik, pasir dan liat,
2. Endapan bahan organik berwarna hitam sampai hitam kemerahan, dengan kedalaman mencapai 12 meter, membentuk kubah gambut (peat dome).
3. Fisiografi Sebangau terdiri dari satuan lahan alluvial (membentuk dataran rawa (floodplain) dan tanggul sungai (levee) dan satuan lahan kubah gambut (gambut ombrogen/oligotrofik) dengan tingkat kemata-ngan fibril sampai saprik.
Taman Nasional Sebagau |
Tanah di kawasan Sebangau termasuk ke dalam kelompok histosol (tanah gambut). Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman atau lapukan bahan organik pada daerah cekungan yang selalu tergenang dalam jangka waktu yang lama. Kandungan bahan organik tanahnya antara 12-18 % dengan ketebalan minimal 40 atau 60 cm. Bahan organik tanah dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan tingkat kematangannya, yaitu fibric, hemic, dan safric.
Iklim
Secara umum berdasarkan sistem klasifikasi Koppen, (sistem yang mengacu pada suhu dan curah hujan) iklim di Pulau Kalimantan adalah iklim hujan tropis. Iklim ini memiliki delapan bulan basah dan tidak memiliki bulan kering yang nyata. Jumlah hujan pada bulan paling kering lebih dari 60 mm (kelas Af). Sedangkan berdasarkan sistem Schmidt dan Ferguson, kawasan Sebangau termasuk ke dalam kelompok A, dengan nilai Q 14,3 %. Sementara itu menurut Oldeman, masuk ke dalam zona agroklimat A1.
Taman Nasional Sebagau |
Kawasan ini merupakan pendukung tiga Dareah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Katingan, DAS Sebangau, dan DAS Kahayan.
Biotik
Taman Nasional Sebangau memiliki keanekaragaman hayati flora yang cukup tinggi, meliputi 166 jenis flora, 150 jenis burung, 35 jenis orang utan dan 36 jenis ikan yang telah teridentifikasi.
Flora
Beberapa jenis flora yang terdapat di kawasan ini, antara lain ramin (Gonystilus bancanus), jelutung (Dyera costulata), dan belangeran (Shorea belangeran), bintangur (Calophyllum sclerophyllum), meranti (Shorea spp), nyatoh (Palaquium spp), kruing (Dipterocarpus spp), agathis (Agathis spp), menjalin (Xanthophyllum spp).
Fauna
Mamalia; antara lain orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), owa (Hylobates agilis), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus barbatus), rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus atheroides), kancil (Tragulus javanicus), macan dahan (Neofelis nebulosa), tupai (Tupaia spp), loris (Nycticebus coucang), dan tarsius (Tarsius bancanus).
Burung; antara lain pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak laut (Ardea sumatrana), cangak merah (Ardea purpurea), elang hitam (Ictinaetus malayensis), pergam (Ducula bicolor), enggang berjambul putih (Aceros comatus), enggang gunung (A. Undulatus), enggang gading (Buceros vigil), enggang badak (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilus javanicus), layang-layang api (Hirundo rustica), dan layang-layang bulu (H. Tahitica).
Reptil; antara lain sanca (Python reticulatus), ular air (Homalopsis buccata), ular pipa berekor merah (Cylindrophis rufus), cobra (Naja sumatrana), ular hijau (Ahaetulla prasina), ular coklat malaya (Xenelaphis hexagonatus), cicak terbang (Draco sp.), biawak (Varanus salvator), kura-kura kotak (Cuora amboinensis), dan kura-kura berduri (Heosemys spinosa).
Taman Nasional Sebagau |
Perpaduan alam dan masyarakat Sebangau, merupakan potensi wisata yang sangat menarik. Panorama alam, keanekaragaman hayati, dan budaya masyarakat dapat dipadukan sebagai paket ekowisata dan wisata budaya yang bernilai tinggi, khususnya bagi para petualang dan wisatawan minat khusus.
Hutan yang terdapat di sepanjang sungai, atraksi satwa liar, ekosistem air hitam dan hutan rawa gambut menyediakan panorama eksotik yang menjanjikan pengalaman baru bagi para petualang.
Taman Nasional Sebagau |
Salah satu upacara adat yang terkenal adalah "tiwah", yaitu upacara yang diadakan untuk mengantarkan arwah seseorang menuju ke alam baka (surga). Upacara ini berlangsung beberapa hari dengan diiringi tari-tarian dinamis suku dayak. "Festival Isen Mulang" diselenggarakan setiap tahun dengan perlombaan-perlombaan tradisional, sepeti sepak bola api, perahu naga, perahu hantu dan pertandingan menyumpit. Kedua acara tersebut merupakan sebagian dari berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan di Taman Nasional Sebangau.
Taman Nasional Sebagau |
- Jakarta-Palangkaraya atau Surabya-Palangkaraya dapat dengan penerbangan komersial
- Dilanjutkan dengan kendaraan darat menuju Kereng Bangkirai (20 menit dari airport Palangkaraya) sebagai gerbang masuk kawasan ini dari Sungai Sebangau
- Atau dilanjutkan dengan kendaraan darat dari Palangkaraya menuju kota Kasongan (90 menit dari airport Palangkaraya) sebagai gerbang masuk kawasan ini dari Sungai Katingan.
Pengelolaan
Taman Nasional Sebangau baru ditunjuk pada Oktober 2004, sehingga belum memiliki Unit pengelola sendiri. Untuk sementara pengelolaannya dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Alamat Pengelola
Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah
Jl. Yos Sudarso No. 3 Palangkaraya 73112
KALIMANTAN TENGAH
Telp. (0536) 21268
Fax (0536) 37034
Sumber : Kementerian Kehutanan RI
TN di Pulau Kalimantan : | |
---|---|
TN Gunung Palung | TN Danau Sentarum |
TN Betung Kerihun | TN Bukit Baka Bukit Raya |
TN Tanjung Puting | TN Sebangau |
TN Kutai | TN Kayan Mentarang |
No comments:
Post a Comment