THE MONKEY FOREST UBUD
Pariwisata Pulau Dewata sudah sejak dulu dikenal luas, sampai ke mancanegara. Orang-orang berdatangan ke Pulau Bali tentunya untuk tujuan yang menyenangkan dan menenangkan. Karenannya, dengan berwisatalah kesenangan tersebut dapat diraih. Begitu banyak gambaran tentang pulau bali di benak banyak orang. Selain budaya dan seni, pulau bali juga merupakan pusat umat hindu terbanyak di Indonesia. Nilai-nilai spiritual terlihat dari bangunan candi dan tempat peribadatan. Tempat-tempat tersebutlah yang menarik para pengunjung untuk lebih dekat, dan secara langsung menyaksikan apa saja yang terdapat disana. Salah satu kompleks kegiatan spiritual yang dipadukan dengan Hutan Lindung dan pusat penangkaran fauna yang dilindungi adalah Cagar Alam Wenara Wana.
Pintu Masuk Kawasan Cagar Alam |
Untuk mencapai lokasi ini, hanya berjarak sekitar 1 Jam dari Bandar Udara Ngurah Rai. Perjalanan ke Monkey Forest akan dilalui dengan menyusuri pusat-pusat wisata terkenal, salah satunya Desa Adat Ubud yang lokasinya tidak jauh dari tempat ini. Berkunjung ke Monkey Forest merupakan salah satu agenda yang wajib dilakukan saat berada di Bali, sebab ditempat ini merupakan Cagar Alam dan Pusat Penangkaran Kera yang juga didalamnya terdapat tempat suci yaitu Candi Pura Dalem Agung.
Lokasi The Monkey Forest
Mengunjungi tempat ini, banyak pengalaman dan pengetahuan yang akan diperoleh, yakni, dari sisi spiritual berupa melihat dari dekat pusat kegiatan ritual umat hindu, dari sisi pengetahuan lingkungan berupa mengenal berbagai jenis pepohonan dilindungi serta bercengkrama langsung dengan fauna utama penghuni tempat ini yaitu Kera.
Cagar Alam Padangtegal Monkey Forest |
The Monkey Forest merupakan salah satu tempat kunjungan wisata di Pulau Bali. Dalam paket tour perjalanan travel, lokasi ini selalu masuk dalam daftar kunjungan. Saat memasuki kawasan ini, hutan rimbun yang sejuk akan mulai dilalui. Suasana rindang dan teduh menutupi seluruh kawasan cagar alam ini. Pengunjung bisa melepas gerah ditempat ini, apalagi setelah berkeliling di tempat wisata lainnya, yang terbuka oleh sengatan matahari. Beberapa pohon beringin yang berumur ratusan tahun dapat dijumpai dalam kawasan hutan ini. Ini terlihat dari ukuran serta akar-akarnya yang menjuntai seperti tirai.
Seperti halnya tempat-tempat kunjungan di Pulau Bali, di Monkey Forest Ubud selalu dipadati oleh wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara. Sangat besar animo wisatawan untuk menyempatkan diri berkunjung di hutan teduh ini. Ini terlihat dari lalu lalang manusia yang sepertinya tidak berhenti saat dari pintu masuk sampai jauh kedalam kawasan.
Kawasan ini didesain dengan pola tour dalam kawasan hutan. Jalan setapak yang bermotif budaya Bali mengitari seluruh kawasan. Beberapa jalur harus menaiki anak tangga dan melintasi beberapa jembatan untuk melihat lebih dekat cagar alam yang memiliki koleksi ratusan ekor kera dan berbagai jenis pepohonan tua.
Karena berada dalam kompleks candi, penataan kawasan ini tentu harus bemotif dan bercorak budaya bali. Disemua ruas jalan setapak akan dijumpai Patung, Arca dan ornament lain yang mencirikan budaya bali. di kompleks cagar alam ini juga terdapat sebuah area pemakaman Umat Hindu. Menurut keterangan dari pengelola, ketika saatnya tiba, makam-makam ini akan dikeluarkan jasadnya untuk diupacarakan pada proses Ngaben Massal. Makam makam ini sudah berumur puluhan tahun dan bersifat sementara.
Selain mengelilingi kompleks candi, tujuan utama pengunjung di tempat ini yaitu melihat langsung kehidupan kera yang bebas berekeliaran di dalam cagar alam ini. Terdapat 340 jenis kera yang menghuni kawasan hutan ini. Mereka hidup berkelompok dan memenuhi seluruh pepohonan yang menjulang dan memadati kawasan.
Kera tersebut sangat mudah dijumpai. Saat mulai memasuki pintu masuk, sudah akan terlihat beberapa ekor kera bergelantungan di pohon. Pengunjung seakan disambut hangat saat mereka melompat kegirangan sambil berteriak-teriak. Pengunjung akan terhibur melihat aksi-aksi mereka yang lucu dan unik. Ada-ada saja tingkah mereka..!!!. terlebih lagi saat akan diberi makan atau dipotret. Mereka mendekat dan bertingkah riang penuh harap.
Kera-kera disini seperti sudah terdidik dalam menyambut tamu yang jauh-jauh datang untuk melihat mereka. Begitu jinak dan sangat bersahabat. Tidak sulit untuk mendekati kera-kera ini. Disepanjang jalan, mereka membaur dengan siapapun yang mendekatinya. Meskipun termasuk hewan liar, tapi kera disini begitu dekat dengan manusia sehingga pengujung leluasa untuk duduk bersampingan dan mengambil gambar
Seluruh peliharaan disini termasuk dalam jenis Kera Ekor Panjang atau Macaca Fascicularis. Semua kera yang kami lihat disini bentuk dan warnanya sama dengan cirri khas memiliki ekor yang panjang. Dari segala usia kera, ada di cagar alam ini, dari yang bayi mungil sampai yang terlihat seperti yang dituakan. Mereka hidup berkelompok yang kesemuanya merupakan satu keluarga.
Bagi warga setempat khususnya, kera-kera disini merupakan Simbol Spiritual. Kera-kera tersebut leluasa berkeliaran di hutan teduh yang sesungguhnya merupakan kompleks sebuah Candi Pura Dalem Agung. Selain sebagai tempat peribadatan umat hindu, kawasan hutan ini merupakan habitat dari ratusan species pohon yang dilindungi. Oleh karena itu kelestarian hutan dan kelangsungan hidup kera benar-benar diperhatikan oleh warga setempat.
Berdasarkan keterangan pihak pengelola, tujuan pendirian Monkey Forest ini yaitu dalam upaya umat hindu menjalankan prinsip agama yakni Tri Hata Karana, yang merupakan tiga prinsip untuk bisa memperoleh kebahagiaan dalam bentuk menjaga harmonitas manusia dengan lingkungannya. Antara kehidupan manusia dan lingkungan adalah simpul yang saling memiliki ketergantungan dan tidak dapat terpisahkan. Kehidupan manusia dapat selaras jika alam dan lingkungan terjaga.
Sebagai objek utama di tempat ini, kera ini menunjukkan kedekatan dengan pengunjung yang lalu lalang. Tidak seperti halnya kera di hutan lindung lain yang menjauh bahkan ketika hanya mendengar suara manusia. Di Monkey Forest, pengunjung dengan mudahnya bercengkrama dan mendekat. Mereka cukup jinak dan tidak memperlihatkan sifat-sifat buas atau ingin menyerang.
Pengunjung juga harus memperhatikan beberapa hal agar tidak mengusik atau sampai membuat kera-kera tersebut marah. Jika sekelompok kera sedang berkumpul bersama koloninya sebaiknya janganlah mendekat karena itu bisa membuat mereka tidak nyaman dan marah. Saat berjalan di jalur setapak, Berhati hatilah melangkah...!! Karena kebanyakan kera lalu lalang dan duduk tepat ditengah jalan yang membuat ekor panjang mereka meliuk liuk kesana kemari. Kondisi ini akan berpotensi terinjak oleh pengunjung yang melintas. Jika itu terjadi, secara spontan kera tersebut akan menyerang orang yang menginjak ekornya tersebut.
Karakter kera-kera disini sudah terbentuk dari kebiasaan mereka yang setiap hari melihat manusia, mereka tidak malu-malu untuk mendekati pengunjung, terlebih lagi saat akan diberi makanan. Sifat-sifat jinak mereka tentunya tidak lepas dari latihan yang terus dibiasakan oleh para pawang mereka sehinga mereka begitu akrab dengan pengunjung.
Kunjungan ke Cagar Alam Monkey Forest Ubud memberikan kami pengalaman baru tentang harmonisasi manusia, lingkungan dan faunanya. The Monkey Forest merupakan perpaduan antara cagar alam dan pusat kegiatan spiritual. Banyak pengetahuan yang akan anda temukan setelah mengelilingi dan melihat langsung simbol simbol budaya dan spiritual di Cagar Alam Padangtegal ini. Semoga tulisan ini menambah wawasan kita tetang kekayaan pariwisata Indonesia.
Seperti halnya tempat-tempat kunjungan di Pulau Bali, di Monkey Forest Ubud selalu dipadati oleh wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara. Sangat besar animo wisatawan untuk menyempatkan diri berkunjung di hutan teduh ini. Ini terlihat dari lalu lalang manusia yang sepertinya tidak berhenti saat dari pintu masuk sampai jauh kedalam kawasan.
Kawasan ini didesain dengan pola tour dalam kawasan hutan. Jalan setapak yang bermotif budaya Bali mengitari seluruh kawasan. Beberapa jalur harus menaiki anak tangga dan melintasi beberapa jembatan untuk melihat lebih dekat cagar alam yang memiliki koleksi ratusan ekor kera dan berbagai jenis pepohonan tua.
Karena berada dalam kompleks candi, penataan kawasan ini tentu harus bemotif dan bercorak budaya bali. Disemua ruas jalan setapak akan dijumpai Patung, Arca dan ornament lain yang mencirikan budaya bali. di kompleks cagar alam ini juga terdapat sebuah area pemakaman Umat Hindu. Menurut keterangan dari pengelola, ketika saatnya tiba, makam-makam ini akan dikeluarkan jasadnya untuk diupacarakan pada proses Ngaben Massal. Makam makam ini sudah berumur puluhan tahun dan bersifat sementara.
Selain mengelilingi kompleks candi, tujuan utama pengunjung di tempat ini yaitu melihat langsung kehidupan kera yang bebas berekeliaran di dalam cagar alam ini. Terdapat 340 jenis kera yang menghuni kawasan hutan ini. Mereka hidup berkelompok dan memenuhi seluruh pepohonan yang menjulang dan memadati kawasan.
Kera tersebut sangat mudah dijumpai. Saat mulai memasuki pintu masuk, sudah akan terlihat beberapa ekor kera bergelantungan di pohon. Pengunjung seakan disambut hangat saat mereka melompat kegirangan sambil berteriak-teriak. Pengunjung akan terhibur melihat aksi-aksi mereka yang lucu dan unik. Ada-ada saja tingkah mereka..!!!. terlebih lagi saat akan diberi makan atau dipotret. Mereka mendekat dan bertingkah riang penuh harap.
Kera-kera disini seperti sudah terdidik dalam menyambut tamu yang jauh-jauh datang untuk melihat mereka. Begitu jinak dan sangat bersahabat. Tidak sulit untuk mendekati kera-kera ini. Disepanjang jalan, mereka membaur dengan siapapun yang mendekatinya. Meskipun termasuk hewan liar, tapi kera disini begitu dekat dengan manusia sehingga pengujung leluasa untuk duduk bersampingan dan mengambil gambar
Seluruh peliharaan disini termasuk dalam jenis Kera Ekor Panjang atau Macaca Fascicularis. Semua kera yang kami lihat disini bentuk dan warnanya sama dengan cirri khas memiliki ekor yang panjang. Dari segala usia kera, ada di cagar alam ini, dari yang bayi mungil sampai yang terlihat seperti yang dituakan. Mereka hidup berkelompok yang kesemuanya merupakan satu keluarga.
Bagi warga setempat khususnya, kera-kera disini merupakan Simbol Spiritual. Kera-kera tersebut leluasa berkeliaran di hutan teduh yang sesungguhnya merupakan kompleks sebuah Candi Pura Dalem Agung. Selain sebagai tempat peribadatan umat hindu, kawasan hutan ini merupakan habitat dari ratusan species pohon yang dilindungi. Oleh karena itu kelestarian hutan dan kelangsungan hidup kera benar-benar diperhatikan oleh warga setempat.
Berdasarkan keterangan pihak pengelola, tujuan pendirian Monkey Forest ini yaitu dalam upaya umat hindu menjalankan prinsip agama yakni Tri Hata Karana, yang merupakan tiga prinsip untuk bisa memperoleh kebahagiaan dalam bentuk menjaga harmonitas manusia dengan lingkungannya. Antara kehidupan manusia dan lingkungan adalah simpul yang saling memiliki ketergantungan dan tidak dapat terpisahkan. Kehidupan manusia dapat selaras jika alam dan lingkungan terjaga.
Sebagai objek utama di tempat ini, kera ini menunjukkan kedekatan dengan pengunjung yang lalu lalang. Tidak seperti halnya kera di hutan lindung lain yang menjauh bahkan ketika hanya mendengar suara manusia. Di Monkey Forest, pengunjung dengan mudahnya bercengkrama dan mendekat. Mereka cukup jinak dan tidak memperlihatkan sifat-sifat buas atau ingin menyerang.
Pengunjung juga harus memperhatikan beberapa hal agar tidak mengusik atau sampai membuat kera-kera tersebut marah. Jika sekelompok kera sedang berkumpul bersama koloninya sebaiknya janganlah mendekat karena itu bisa membuat mereka tidak nyaman dan marah. Saat berjalan di jalur setapak, Berhati hatilah melangkah...!! Karena kebanyakan kera lalu lalang dan duduk tepat ditengah jalan yang membuat ekor panjang mereka meliuk liuk kesana kemari. Kondisi ini akan berpotensi terinjak oleh pengunjung yang melintas. Jika itu terjadi, secara spontan kera tersebut akan menyerang orang yang menginjak ekornya tersebut.
Karakter kera-kera disini sudah terbentuk dari kebiasaan mereka yang setiap hari melihat manusia, mereka tidak malu-malu untuk mendekati pengunjung, terlebih lagi saat akan diberi makanan. Sifat-sifat jinak mereka tentunya tidak lepas dari latihan yang terus dibiasakan oleh para pawang mereka sehinga mereka begitu akrab dengan pengunjung.
Kunjungan ke Cagar Alam Monkey Forest Ubud memberikan kami pengalaman baru tentang harmonisasi manusia, lingkungan dan faunanya. The Monkey Forest merupakan perpaduan antara cagar alam dan pusat kegiatan spiritual. Banyak pengetahuan yang akan anda temukan setelah mengelilingi dan melihat langsung simbol simbol budaya dan spiritual di Cagar Alam Padangtegal ini. Semoga tulisan ini menambah wawasan kita tetang kekayaan pariwisata Indonesia.
Cagar Alam Padangtegal - The Monkey Forest Ubud Bali
Penulis : Muhammad Dagri Nizar
No comments:
Post a Comment